Miniatur Rumah Adat Banjar

Miniatur Rumah Adat Banjar
Menerima Pesanan Pembuatan Miniatur Rumah Adat Banjar Hubungi RUSMAN EFFENDI : HP. 0852.4772.9772 Pin BB D03CD22E


Berbagi ke

Ir. H. Pangeran Muhammad Noor

Posted: Rabu, 05 September 2012 by Rusman Effendi in
7

Ir. H. Pangeran Muhammad Noor dilahirkan di Martapura tanggal 24 Juni 1901.  Gelar pangeran beliau dapatkan karena beliau termasuk keturunan Raja Banjar yaitu garis dari Ratu anom Mangkubumi Kentjana bin Sultan Adam Al Watsiq Billah. Beliau merupakan keturunan terakhir yang menggunakan gelar Pangeran, setelah itu baru tahun 2010 melalui Musyawarah Adat Banjar, gelar Pangeran kembali di berikan kepada Gusti Khairul saleh sebagai Raja Muda Banjar.
Nama kecil beliau adalah Gusti Muhammad Noor. Sejak kecil beliau telah terlihat cerdas, namun belaiu tidak menyombongkan diri walaupun beliau masih termasuk keluarga bangsawan. Beliau tidak membatasi pergaulan, kawan-kawan beliau berasal dari seluruh lapisan masyarakat.

Ir. Pangeran M. Noor menempuh pendidikan mulai HIS lulus tahun 1917, kemudian MULO lulus tahun 1921, dilanjutkan ke HBS lulus tahun 1923, selanjutnya beliau melanjutkan Tecnise Hooge School (THS) Bandung dan tahun 1927 beliau lulus dengan gelar Insiyur. Beliau merupakan orang Kalimantan pertama yang bergelar Insiyur, setahun setelah Ir. Soekarno.

Pada periode tahun 1935-1939 beliau menggantikan ayahnya Pangeran Muhammad Ali sebagai wakil Kalimantan dalam Volksraad di masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda.Setelah habis periode, beliau digantikan oleh Mr. Tadjudin Noor.
Sebelum kemerdekaan, beliau termasuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bersama Soekarno dan Hatta. Sesaat setelah proklamasi kemerdekaan, Presiden Soekarno menunjuk beliau sebagai Gubernur Kalimantan periode 1945 - 1950. Dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, beliau memilih bertempat di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan alasan agar dekat dengan pemerintah pusat.   Namun seluruh operasi gerilya di Kalimantan tetap dibawah komando beliau. Dalam upaya tersebut beliau mendirikan pasukan MN 1001 yang terdiri dari pejuang-pejuang Kalimantan yang ada di Jawa. Pasukan MN 1001 merupakan singkatan dari Pasukan Muhammad Noor 1001 Akal. Selama aksinya, pasukan MN 1001 sering menerobos blokade Belanda pada jalur Jawa – Kalimantan. Diantara pejuang yang pernah menerobos blokade ini adalah Letkol Hasan Basry, Tjilik Riwut, dan lain-lain.

Pada saat pertempuran Surabaya tanggal 10 November 1945, beliau juga berada langsung di lokasi pertempuran bersama-sama pejuang lainnya bertempur langsung dengan Pasukan Sekutu. Diceritakan saat itu, sebuah bom meledak dekat beliau, namun belaiu terselamatkan oleh seseorang yang mendorong badan beliau sehingga terhindar dari ledakan bom tersebut. Sampai akhir hayat, beliau tidak mengetahui pejuang yang telah menyelamatkannya.

Selepas dari jabatan Gubernur, Ir. Pangeran M. Noor ditunjuk sebagai Menteri Pekerjaan Umum periode 24 Maret 1956 – 10 Juli 1959 pada Kabinet Ali Sastromijoyo. Ketika itu beliau membuat gagasan Proyek Sungai Barito, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di DAS Barito. Proyek ini hamper mirip dengan Proyek Mekhong, Vietnam. Proyek Sungai barito yaitu pembangunan PLTA Riam Kanan, pembukaan persawahan pasang surut, pembukaan kanal Banjarmasin-Sampit, pengerukan ambang Barito, dan penyempurnaan folder Alabio.

Selesai tugas di Kabinet, Ir. Pangeran M. Noor ditugaskan lagi sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Agung. Kemudian pada masa Gubernur Kalimantan Selatan Aberanie Sulaiman periode 1963 – 1968 beliau ditunjuk sebagai Penasihat Gubernur Bidang Pembangunan.

Menjelang akhir hayatnya beliau terbaring lemah di RS. Pelni Jakarta, tetapi semangat beliau untuk membicarakan pembangunan di Kalimantan Selatan tak pernah surut. Setiap ada tamu yang berkunjung beliau masih saja bertukar pikiran mengenai pembangunan di banua. Bagi beliau pembangunan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat adalah identik dengan kehidupannya. Ia akan berhenti berpikir dan berbicara akan hal itu (pembangunan) bilamana otak dan nafasnya sudah berhenti. Saat hari-hari akhir masa hidupnya dengan kondisi tubuh yang sudah mulai menurun, PM Noor berkata, “Teruskan . . . Gawi kita balum tuntung“

Akhirnya, dengan ketetapan Allah Yang Maha Kuasa, Ir. Mohamad Noor, dipanggil-Nya dalam usia 78 tahun pada 15 Januari 1979. Dimakamkan disamping istri tercinta ibunda Gusti Aminah yang sudah mendahuluinya di TPU Karet Jakarta. Namun atas permintaan keluarga, kerangka beliau dan isteri kemudian dipindahkan ke Pemakaman Sultan Adam, Martapura, Kalimantan Selatan pada tanggal 18 Juni 2010.
Sebagai penghormatan bagi Ir. Pangeran M. Noor, nama beliau diabadikan sebagai nama PLTA di Waduk Riam Kanan dan nama jalan di Banjarmasin dan Banjarbaru. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Banjar dan Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan telah mengusulkan gelar Pahlawan Nasional bagi beliau, namun sampai sekarang Pemerintah Pusat belum mengabulkan.

Bendungan Riam Kanan
Bendungan Riam Kanan, merupakan persediaan air bagi warga Kalimantan Selatan yang mengairi untuk persawahan atau untuk Perikanan di daerah lintasan Irigari, Bendungan ini juga persediaan Listrik untuk kawasan Kalimantan terutama Kalimantan Selatan.


Semua ini tidak luput dari jasa seorang terpelajar putra daerah Kalimantan Selatan yang bernama Ir. Pangeran Muhammad Noor sehingga Kalimantan Selatan memiliki sebuah pembangkit listrik tenaga air untuk menyuplai kebutuhan listrik daerah Kalimantan Selatan dan Tengah. Pangeran Mohammad Noor adalah putra Pangeran Muhammad Ali seorang wakil Kalimantan dalam voolksraad (DPR) pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Setelah lulus dari HBS beliau melanjutkan studi di sekolah tinggi teknik Bandung hingga meraih gelar Insinyur pada tahun 1927. Pada periode 1935 – 1939 Pangeran Mohammad Noor menggantikan kedudukan ayah beliau di voolksraad, dan pada tahun 1945 beliau diangkat oleh Soekarno menjadi gubernur pertama Kalimantan. Di masa kemerdekaan Pangeran Mohammad Noor pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dalam kabinet Ali Sastromijoyo tahun 1956 – 1959. Ketika itulah beliau memberikan gagasan dan berhasil merealisasikan pembangunan pembangkit listrik tenaga air Riam Kanan. Pangeran Muhammad Noor wafat pada tanggal 15 Januari 1979 pada usia 78 tahun. Untuk mengenang jasanya, nama beliau kini diabadikan sebagai nama waduk serta jalan raya menuju waduk tersebut di Kalimantan Selatan.

Wakil Presiden RI pertama Bung Hatta (depan kiri) didampingi Ir Pangeran Muhammad Noor (depan tengah) berkenan mengunjungi Proyek PLTA Riam Kanan. Ir PM Noor adalah Gubernur Kalimantan pertama, dan Menteri Pekerjaan Umum 1956-1959. Beliaulah yang mendesak Pemerintah agar Riam Kanan segera direalisasikan.




19 Januari 1980 nama PLTA Riam Kanan diganti menjadi PLTA Ir. Pangeran Muhammad Noor sebagai wujud penghormatan terhadap jasa-jasa Alm. Ir. PM. Noor

Lokasi Pemasangan Turbin Air di Gedung Pembangkit Riam Kanan

Sudah puluhan tahun warga Kalimantan Selatan menikmati terangnya lampu listrik berkat kehadiran waduk Riam Kanan, di sana ada tiga unit turbin yang setiap hari mengolah arus air dari bendungan sampai menghasilkan energi listrik yang selama ini sudah dinikmati. Waduk riam Kanan sendiri dibangun dengan membendung 8 buah sungai yang mengalir di kawasan Riam Kanan. Untuk kepentingan mega proyek tersebut harus diiringi dengan pengorbanan masyarakat yang berhuni di kawasan Riam Kanan. bukan hanya perkampungan saja yang di tenggelam, kuburan serta lahan perkebunan milik 9 kampung yang ikut tenggelam.



Peristiwa Pelaksanaan Pengalihan Sungai 
pada 18 Juli 1969.

Dengan ditutupnya sungai dan dialihkan alirannya ke diversion tunnel, maka pekerjaan main dan (bendungan utama) akan dimulai.

Untuk menutup sungai, maka beberapa bulldozer dikerahkan untuk mendorong tanah dari atas tebing untuk mempersempit sungai. Ada kesulitan yang terjadi saat lebar sungai mulai menyempit, yaitu arus sungai menjadi lebih deras.

Sang operator bercerita bahwa pekerjaan dilakukan siang malam secara bergantian, termasuk opetator dari Hazama Gumi warga Jepang.

Pada saat kritis dimana tanah yang ditimbunkan ke badan sungai selalu terbawa arus air yang makin deras, maka diambil keputusan dari pimpinan bahwa satu-satunya cara untuk menghentikan aliran air adalah dengan memasukkan satu bulldozer di tengah sungai.

Operator warga Jepang akhirnya ditunjuk untuk memasukkan bulldozer ke tengah sungai yang makin menyempit, dan tindakan yang cukup berbahaya ini akhirnya berhasil dilakukan dan si operator selamat dan berhasil meninggalkan bulldozer tersebut tanpa cedera.

Setelah satu bulldozer berhasil menahan aliran air yang mengalir makin deras, maka bulldozer lainnya menimbun dengan tanah dari atas tebing.

Riam Kanan
Riam Kanan terletak di desa Aranio Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Dulu tempat ini termasuk Distrik Riam Kanan yang merupakan bagian dari wilayah administratif Onderafdeeling Riam Kiwa dan Riam Kanan pada zaman kolonial Hindia Belanda dahulu. Ibukotanya adalah Karang Intan, yaitu bekas ibukota kesultanan Banjar di masa Sultan Sulaiman.
Sungai Riam Kanan Sebelum dibelokan pada tahun 1966

Bendungan Utama Riam Kanan pada tahun 1973


Bendungan Riam Kanan dibangun bangun dengan membendung 8 buah sungai yang mengalir di kawasan Riam Kanan. Untuk kepentingan mega proyek tersebut harus diiringi dengan derita masyarakat yang berhuni di kawasan Riam Kanan. Bukan hanya perkampungan saja yang ditenggelamkan, kuburan serta lahan perkebunan milik 9 kampung yang ada ikut tenggelam. Akan tetapi semua pengorbanan itu tidak menjadi sia-sia karena waduk ini PT. PLN berhasil menggerakan generator  turbin hingga 3 x 10.000 KW yang berguna untuk menerangi masyarakat Kalimantan Selatan dan bahkan Kalimantan Tengah.

Untuk menuju lokasi dari Banjarbaru, diperlukan waktu kl  1/2  sampai 1 jam untuk menempuh jarak 25 km. Setelah mengambil jalan lurus di Simpang Empat (kiri: ke Martapura, kanan: ke Cempaka/Pleihari), akan dilewati Markas Batalyon Raiders, kemudian Mandiangin salah satu tempat wisata. Setelah melewati jalan naik yang sedikit berliku dan aspal yang banyak mengelupas akibat seringnya dilewat oleh truck pengangkut pasir dan batu gunung tibalah kita dilokasi waduk riam kanan.

-oOo-

Sebagian Sumber
http://riamkanan.com/

7 komentar:

  1. GUSTI MUHAMMAD FIKRI IZZUDIN NOOR

    Sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih atas isi blog anda, saya sangat terharu dan bangga apa yang anda kemukakan mengenai beliau. Memang banyak pemikiran-pemikiran beliau untuk Banua, tak hanya Riam Kanan saja, melainkan juga pengerukan alur sungai Barito yang pernah digagas pada awal tahun 1970an bekerjasama dengan pihak Jepang.
    Selain itu, sekedar koreksi saja, nama beliau yang sebenarnya adalah "IR. H. PANGERAN MOHAMAD NOOR", ini berdasarkan pada buku beliau yang kami miliki yang berjudul "Teruskan, Gawi Kita Balum Tuntung..". Di buku itu juga terdapat beberapa pemikiran dan gagasan beliau mengenai pembangunan tak hanya untuk Banua saja, melainkan untuk bangsa Indonesia.
    Sekali lagi saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas kepedulian anda mengangkat kembali nama beliau yang hampir tenggelam di era millenium ini. Wassalam.

  1. Sama-sama Dangsanak, hanya dengan cara seperti ini kami bisa mengangkat nama-nama tokoh banua supaya tidak hilang dimakan waktu, bila ada masukkan tentang beliau tolong ditambahkah, penulisan nama beliau akan seperti yang tertera.

  1. Unknown says:

    untuk GUSTI MUHAMMAD FIKRI IZZUDIN NOOR ada tahu orang-orang jepang yang bekerjasama dengan IR. H. PANGERAN MOHAMAD NOOR? bisa kah saya minta datanya karena saya ingin mempelajari silsilah kerajaan kotawaringin karena saya dapat surat sekitar tahun 1970 keatas ada seorang jepang yang mengirim suarat ke keluarga kami yang berada di pangkalan bun ia berkata ingin bertemu kelurganya yang di pangkalan bun. sebab salah satu orang jepang itu adalah keturunan ASLI kerajaan kotawaringin yang mana kerajaan kotawaringin adalah saudara dari kerajaan banjar. saya udah lama mencari keturunan saya. mohon bantuannya.... nih kontak saya 085252170090.... saya ingin merubah sejarah yang tidak asli

  1. Terima kasih sdh berbagi informasi tentang tokoh Banua, semoga dengan artikel ini , Generasi muda Kalimantan pada umumnya dan Kalimantan selatan pada khususnya mengetahui tokoh Pahlawan di Bumi Kalimantan

  1. Anonim says:

    Saya sangat berkeinginan mendapatkan buku pengeran muhammad noor, teruskan gawi kita balum tuntung

  1. Anonim says:

    Seharusnya susunan nama dan gelarnya adalah. Pangeran Ir H.Muhammad Noor , gelar pangeran selalu ada di awal nama .

  1. Anonim says:

    Di singakat menjadi PHM.NOOR