tag:blogger.com,1999:blog-22284008919235042842024-02-06T21:48:14.978-08:00Rizaldy's WeblogKisah Seputar Banjar dan KalimantanRusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.comBlogger102125tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-31617326790031389742015-05-14T04:43:00.002-07:002015-05-14T19:34:27.243-07:00Menelusuri Jejak Puteri Mayang Sari<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVkBOpD_2rUykonJp6I5PPDe2joYLjffM8sUYoEKsW0bXDVrd1kxs1OL0Y0MTg5_6RABVsrCmyoaAvdj7kUjFZmsnrU-pe1E6yonxFqHfD6XsAn3RjtzfjKDTmI0QR9WcvRmOtTAI_4rL3/s1600/Nisan.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVkBOpD_2rUykonJp6I5PPDe2joYLjffM8sUYoEKsW0bXDVrd1kxs1OL0Y0MTg5_6RABVsrCmyoaAvdj7kUjFZmsnrU-pe1E6yonxFqHfD6XsAn3RjtzfjKDTmI0QR9WcvRmOtTAI_4rL3/s320/Nisan.JPG" width="240" /></a></div>
<span style="font-size: 12pt;">
Batu nisan Putri Mayang Sari, anak Raja Mata Habang atau yang dikenal dengan Sultan
Suriansyah terdapat di wilayah Barito Timur. Mengapa seorang putri dari
Kerajaan Banjar dimakamkan di Desa Jaar, Tamiang Layang? Berikut hasil
penelusuran wartawan Tabengan.</span><br />
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
Pada abad XIV-XV, di wilayah Barito-sekarang Kabupaten
Bartim konon, keturunan Dayak terbagi atas Dayak Kampung Sepuluh, Benua Lima, Lawangan, dan Paju Epat.
Di antara keturunan Dayak, ada garis silsilah yang disebut Uria atau orang kaya
terhormat.</span><br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
Garis Uria ini tidak jatuh pada keturunan Dayak
Kampung Sepuluh, Lawangan, atau Paju Epat, melainkan Dayak Benua Lima.
Keturunan Uria terdiri dari dua orang Dayak Benua lima yang bernama Uria Mapas Negara dan Uria
Rinyam.</span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
<br />
Keduanya hidup akur, rukun, dan damai hingga suatu
hari terjadi perselisihan paham kepercayaan masalah anutan dalam adat-adat
Kaharingan. Uria Rinyam kemudian bermukin di wilayah Kampung Dayak Paju
Sepuluh--sekarang Desa Dayu, Kecamatan Karusen Janang--dengan membawa
adat-istiadat kepercayaan walaupun ada beberapa benda pusaka yang sama dan
kesamaan adat, seperti Abeh dan Batu Maruken.<br />
Seto Lansai (76), juru kunci makam Putri Mayang
Sari, Senin (10/1), menceritakan, setelah tumbuh besar di Kampung Dayu, Uria
Rinyam yang memiliki wajah rupawan merantau dan bekerja di Kerajaan Banjar di
Kayu Tangi--sekarang Kota Banjarmasin, Kalsel--.</span><br />
<span style="font-size: 12pt;"><br />Uria Rinyam kemudian dipercaya Raja Banjar Sultan
Suriansyah, sebagai pembantu/pengawal kerajaan, karena pengabdian yang setia
kepada Raja Banjar. Namun, kepercayaan buyar seketika setelah mengetahui
istrinya memiliki hubungan khusus dengan Uria Rinyam. </span><br />
<span style="font-size: 12pt;">
</span>
<br />
<div style="text-align: right;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGU1XojN4WcrI_UBCj2_oPZGatCQldeYE_REkvdniErXEg6R79UfzX5JeqETXPbLAW7j8vkFosdAdkGwCNEsh-wz9SR5hNqcZxykKqGckrtZ0np1tdbfaCeIr4XI9LNVz0T7D5aFLm-rEK/s1600/Mayang+sari.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGU1XojN4WcrI_UBCj2_oPZGatCQldeYE_REkvdniErXEg6R79UfzX5JeqETXPbLAW7j8vkFosdAdkGwCNEsh-wz9SR5hNqcZxykKqGckrtZ0np1tdbfaCeIr4XI9LNVz0T7D5aFLm-rEK/s320/Mayang+sari.jpg" width="209" /></a></div>
<br />
<span style="font-size: 12pt;">Ratu Banjar takjub melihat ketampanan Uria Rinyam.
Demikian halnya Uria Rinyam, tidak tahan dengan godaan istri sang raja. Kala
itu, Sultan Suriansyah memang sering berpergian ke berbagai daerah di hulu
Barito karena urusan kerajaan. Lantaran sering ditinggal itulah, Uria Rinyam
dan Ratu Banjar mendapat kesempatan untuk berbagi kasih.<br />
<br />
Sampai suatu hari, Uria Rinyam mendapat kabar Raja
Banjar ingin pulang dari Puruk Cahu ke kerajaannya. Mendengar kepulangan sang
raja, Uria Rinyam pun bertolak pulang ke Dayu, tempatnya tumbuh dan besar. Tapi
sesampainya di Sungai Barito wilayah Hulu Marabahan, Uria Rinyam berpapasan
dengan Sultan Suriansyah dan saling berjabat tangan. </span><br />
<span style="font-size: 12pt;"><br />
Saat itulah Raja Banjar mulai memendam murka pada
Uria Rinyam.<br />
Pasalnya, sang raja mencium bau harum minyak wangi
Setambol dari tubuh Uria Rinyam yang biasa dipakai istrinya. Konon, minyak
wangi yang biasa dipakai istri Raja Banjar itu bisa tercium dari kejauhan 3km.
<span class="textexposedshow">Sultan
Suriansyah hanya bisa memendam amarah. Ia belum memiliki bukti-bukti yang kuat.
Setibanya di rumah, sang raja memanggil istrinya untuk bercerita jujur mengapa
sampai bau minyak wangi Setambol bisa menempel di tubuh Uria Rinyam.</span><br />
<br />
<span class="textexposedshow">Kendati sempat berusaha mengelak, istri Raja Banjar
akhirnya membuka rahasia. Ia mengakui memiliki hubungan khusus dengan Uria
Rinyam secara diam-diam. Hal tersebut membuat Raja Banjar terbakar amarah.
Istrinya kemudian diungsikan. Sedangkan Uria Rinyam menerima Patok Bekaka,
sebuah patung yang memiliki lambang dengan simbol ukiran khusus sebagai pesan
dari Sang Raja.</span>
<br />
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span class="textexposedshow">Uria Rinyam diperintahkan segera datang ke Kerajaan
Banjar dengan mencukur rambut, karena akan diangkat menggantikan kedudukan Raja
Banjar. Tapi, Uria rinyam memiliki firasat buruk. Sebelum berangkat, dia
bertapa untuk mendapatkan kabar apa yang akan terjadi. Ternyata, kabar yang
diterimanya, rencana pembunuhan oleh sang raja. Uria segera ‘melihat’ tali
kehidupannya. Benar saja, tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan berumur panjang.
Singkat kisah, ia tewas dipancung di Kerajaan Banjar.</span></span></span></div>
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Mendengar kabar adiknya tewas, Uria Mapas Negara,
kakak kandung Uria Rinyam yang tinggal di sebuah kampung bernama Lubuk Kajang
di Desa Jaar berniat membalas dendam. Uria Mapas lantas pergi dengan sebilah
mandau bernama Langsar Tewomea yang berarti haus akan darah, lapar akan daging.
Ia juga membawa sebatang halu (kayu penumbuk padi) pusaka keluarga.</span></div>
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Uria Mapas berlabuh mengikuti alur Sungai Tabalong
tembus ke Sungai Banjar sekarang Sungai Martapura hanya menggunakan kumpai
(rumput ilalang) yang dirakit menjadi sebuah perahu besar.</span></div>
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Ia bertekad, di mana kumpai yang dinaikinya itu
tertambat, di daerah itulah dirinya memulai perang.</span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEin7Fn8yV_asIWdtXS-CjlBZOCIMaGzsxWER-Qll7byOXynyXzOUPsghRe5HoIaVfkv5WP-G47JftmrQ-Sotk42kPnJB2oaHt5YL_Y8gWcQ3U5m14b0HWOuk0VFsmn3vJLhsIkA1M4-_g0j/s1600/Batu+Peninggalan.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEin7Fn8yV_asIWdtXS-CjlBZOCIMaGzsxWER-Qll7byOXynyXzOUPsghRe5HoIaVfkv5WP-G47JftmrQ-Sotk42kPnJB2oaHt5YL_Y8gWcQ3U5m14b0HWOuk0VFsmn3vJLhsIkA1M4-_g0j/s320/Batu+Peninggalan.JPG" width="320" /></a></div>
<span style="font-size: 12pt;">Ternyata, kumpai yang dinaikinya tertambat di
sebuah rawai (tempat kurungan ikan) daerah Hulu Marabahan. Di situlah Uria
Mapas memulai amukannya dengan menghabisi separuh dari warga Kerajaan Bakumpai,
salah satu daerah milik Kerajaan Banjar.</span>
</div>
</div>
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Mendengar hal itu, Raja Banjar mengirimkan pesan
Patok Bekaka yang berisi permintaan agar Uria Mapas mau berdamai. Ajakan itu
kemudian diterima oleh Uria Mapas. Dalam pesannya, Raja Banjar bersedia
memberikan anaknya, Putri Mayang Sari, sebagai pengganti adik Uria Mapas yang
tewas.</span></div>
</div>
<br />
<span style="font-size: 12pt;">
</span>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Sejak itulah, Uria Mapas dan adik angkatnya Putri
Mayang Sari hidup di Lubuk Kajang di Desa Jaar, Tamiang Layang.</span></span></span></span></div>
</div>
<span style="font-size: 12pt;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">
</span></span></span>
</span><br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Dia sangat menyayangi adik perempuannya yang cantik
itu. Hingga suatu hari, Putri Mayang mandi di Sungai Lubuk Kajang dan mulai sakit-sakitan.
Di tempat itulah sang putri kemudian meninggal dunia. Putri Mayang Sari
meninggal pada usia 30 tahun dan masih perawan. Dia dilahirkan di Banjar pada
Hari Arba (Rabu) tahun 1585 dan wafat pada Hari Arba pula, tahun 1615. Sekitar
13 tahun kemudian, Uria Mapas yang dilahirkan tahun 1569, kemudian wafat tahun
1628.</span></div>
</div>
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">
</span></span></span>
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Dari cerita secara turun-temurun, Seto Lansai
menuturkan, Putri Mayang Sari memiliki wajah cantik rupawan serta memiliki
rambut nan panjang. “Jika sang putri selesai mandi dan sudah tiba kembali di
rumah, rambutnya masih berada di sungai tersebut,” kisah Seto.</span><br />
<br />
<span style="font-size: 12pt;">Keterangan :</span><br />
<span style="font-size: 12pt;">1. Photo Nisan Puteri Mayang Sari</span><br />
<span style="font-size: 12pt;">2. Photo Puteri Mayang Sari yang biasa di jual di Candi Agung Amuntai</span><br />
<span style="font-size: 12pt;">3. Batu Peninggalan Puteri Mayang Sari berlafaz Al-Qur'an</span></div>
</div>
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Sumber : <a href="http://aryosangpenggoda.blogspot.com/2012/09/menelusuri-jejak-putri-mayang-sari-di.html?m=1" target="_blank">http://aryosangpenggoda.blogspot.com/2012/09/menelusuri-jejak-putri-mayang-sari-di.html?m=1</a></span></div>
</div>
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">
</span></span></span>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-22457216814461240842015-05-13T05:45:00.000-07:002015-05-13T07:03:21.262-07:00Kisah Cinta Abdullah Teladan dan Siti Misbah<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
</span>
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVGs_x6VruIOjkjceP3QAWvtYLWDrvImWg4SCy06kssnuCFDd0QxgcKlp3g2U_lfIifeV6E16uDXa0R8jEtcItviDm_kByCrvnq1ZLeh6qYKpm0pGyJ6znHbjiI34S0ZOgS3-0dm0ddWfr/s1600/Siti+Misbah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="364" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVGs_x6VruIOjkjceP3QAWvtYLWDrvImWg4SCy06kssnuCFDd0QxgcKlp3g2U_lfIifeV6E16uDXa0R8jEtcItviDm_kByCrvnq1ZLeh6qYKpm0pGyJ6znHbjiI34S0ZOgS3-0dm0ddWfr/s640/Siti+Misbah.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Menurut kisah cerita ini terjadi pada tahun
1973, di kampung keramat, kampung melayu<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Martapura, namun belum diketahui kebenarannya.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Ada</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;"> sebuah
keluarga kaya beliau bernama H. Saleh dan istrinya bernama Hj. Rahmah mereka
mempunyai anak semata wayang yang bernama St. Misbah. Pada saat itu tidak ada
yang tidak kenal dengan yang namanya H. Saleh, karena selain terkaya di sana, beliau juga seorang
Tuan guru, beliau seorang alim ulama</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Di lain cerita, di Malaysia hidup seorang janda
yang di tinggal mati suaminya yaitu Raudah, mempunyai seorang anak yang bernama
Abdullah Teladan. .mendapat warisan dari almarhum ayahnya sebuah kebun yang
luas untuk bekal hidup mereka berdua. Hidup mereka serba kekurangan, tanah yang
di jual tak laku-laku Raudah memutuskan untuk berangkat ke Martapura untuk
mengadu nasib disana tanah warisanpun dititipkan kepada orang yang di
percayainya.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Singkat cerita:</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Berangkatlah Raudah dan anaknya Abdullah Teladan
menuju martapura, tiba di Banjarmasin Raudah pun berkata kepada anaknya si Abdullah
yang berumur 6 tahun</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Raudah : Abdullah anakku, kita sekarang hidup di
tanah orang nak jangankan keluarga, sebatang jarum pun kita tak punya maka
pandai-pandai lah kita membawa diri kita nak.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Iya Bu .." kata Abdullah</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Tanpa sengaja bertemu H. Saleh disana H. Saleh
iba melihat keadaan mereka.. .mereka berdua pun di ajak oleh H. Saleh untuk
tinggal di tempatnya sambil bekerja menjaga dan merawat kebun H. Saleh yang
luas. Maka di buatkanlah sebuah gubuk di tengah kebun sekitar 1 km dibelakang
rumah H. Saleh Tidak terasa 2 tahun sudah berlalu, Abdullah Teladan pun berumur
8 tahun sudah bisa banyak untuk membantu ibunya Tercerita H. Saleh dan H
.Rahmah di rumahnya sedang ngobrol berdua.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H. Saleh : Sekarang anak kita St. Misbah sudah
berumur 6 tahun, Bapak rasa sudah cukup umurnya untuk sekolah.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H .Rahmah : Saya khawatir Pak, sanggupkah anak
kita ke sekolah dengan menyeberangi sungai Martapura yang begitu deras arusnya
..?? Hanya dengan sampan kecil.. ?</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H. Saleh pun berfikir sejenak bagaimana
caranya??? .. kemudian membuka lagi pembicaraan.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H. Saleh : Begini saja Bu ... Raudah itu kan mempunyai seorang
anak laki 2 yang lebih besar dari anak kita, bagaimana kalau kita angkat
menjadi anak kita juga ..kita sekolah kan
dia untuk menemani St. Misbah . .."!?!</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Sepontan
Hj .Rahmah menjawab :" Jangan Pak.<br />
" Kenapa Bu?" H. Saleh bingung.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Hj. Rahmah : Raudah itu orang susah pak tidak
bias kita salah bicara, dia akan tersinggung apalagi kita mau mengambil
anaknya. ..!</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H. Saleh :"Pokoknya Saya jamin Bu ..saya
yang akan bicara, ibu diam saja semua akan berjalan mulus.."! H. Saleh
meyakinkan.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Singkat Cerita :</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Berangkatlah H . Saleh kegubuk Raudah dan
Abdullah ,</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">" Assalamu'alaikum" H. Saleh Memberi
salam</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">" Wa' alaikum salam" Ooh Pak Haji,
Jawab Raudah dan Abdullah. </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">" ..Maksud kedatanganku kemari ingin
mengundang kalian makan malam dirumahku, untuk mempererat tali silaturrahim.
."kata H. Saleh </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">" ..Terima kasih Pak Haji, suatu kehormatan
bagi kami, Insya Allah kami datang .. "jawab Raudah.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Malamnya mereka makan malam bersama ..selesai
makan, Raudah dan anaknya di ajak H. Saleh keruang tamu. H. Saleh pun membuka
pembicaraan , dia jmengutarakan semua maksud hatinya untuk mengangkat Abdullah
menjadi anak mereka.. untuk menemani St. Misbah ke sekolah dan di sekolahkan
bersama-sama.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Raudah pun sangat berterima atas maksud yang di
utarakan H. Saleh, karena jangankan untuk memasukan anak ke sekolah untuk makan
sehari-hari pun hanya mengharap pemberian H. Saleh<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Akhirnya disekolahkan lah Abdullah dan St
.Misbah di Pondok Pesantren Darussalam Martapura, Setiap hari naik sampan
berdua menyeberang sungai Martapura.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Singkat cerita : St. Misbah menjadi seorang
wanita cantik, banyak yang tergila-gila disekolahnya setiap sore temannya silih
berganti datang ke rumahnya dengan berbagai alasan supaya bisa bertemu St.
Misbah.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H.
Saleh hanya geleng-geleng kepala, mengerti apa maksud anak-anak yang sering ke
rumahnya. Tidak terasa 10 tahun sudah berlalu , Abdullah berumur 18 tahun, dan
Misbah 16 tahun. </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H
.Rahmah bicara pada H . Saleh :" Pak.. .Saya rasa sudah cukup bekal Misbah
, sekolah selama 10 tahun .."</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H.
Saleh pun setuju dengan saran istrinya, akhirnya diputus lah sekolah St.
Misbah. Dengan demikian otomatis Abdullah akan berhenti sekolah juga..</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Setelah 10 tahun tinggal di rumah H. Saleh ,
maka kembalilah Abdullah tinggal bersama ibunya di gubuknya.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Hari berganti minggu , minggu berganti bulan,
bulan berganti tahun lama tidak bertemu Abdullah Teladan dengan St. Misbah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Setiap Ba'da Ashar St .Misbah duduk dekat
jendela, termenung, menatap ke sebuah gubuk di tengah kebun, Sambil menangis..
Setiap hari seperti itu, entah apa yang di fikirkannya ...mukanya sudah pucat
karena jarang makan. .. H. Saleh dan istrinya pun bingung kenapa anak mereka
seperti itu. .?! </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H.
Saleh terdiam, kemudian berkata : ".. Saya tau</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Bu ..!!
Saya ingin membuka tabir rahasia anak kita ini</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Bu .."
Apa yang selama ini telah menyiksa Bathinnya.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Dikisahkan
: Yang dialami oleh Abdullah Teladan sama seperti Siti Misbah. setiap ba' da
Ashar, Abdullah teladan duduk di depan pintu, memandang jauh kedepan ke sebuah
rumah yang cukup besar, kemudian dia menangis , begitulah yang di alaminya
setiap hari.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah :
"Kenapa hatiku seperti ini.. oh St Misbah .."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Raudah
ibu Abdullah tahu apa yang tengah terjadi pada anaknya itu. ..dia pun berkata
pada Abdullah.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Raudah :
" Abdullah Anak ku ..Kita ini orang susah</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Nak. .Tidak
akan mungkin Emas , intan berlian beremban tembaga. .</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah :
"Tidak Bu ..Kalau benar-benar rezeki musang, tidak mungkin sampai di makan
elang .. "</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Raudah
: "Jangan Nak ..Apa nanti yang akan di lakukan H. Saleh ketika tahu semua
ini..beliau sudah seperti keluarga kita sendiri , beliau sudah banyak membantu
kita hingga saat ini.. "</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
hanya terdiam Kemudian di lain cerita, H. Saleh dan H. Rahmah istrinya sibuk
memikirkan bagaimana caranya mengungkap tabir rahasia St. Misbah anak semata
wayang mereka itu. Hingga suatu hari dipanggil lah St.
Misbah oleh H. Saleh. .H. Saleh langsung memancing pembicaraan ..</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H. Saleh
:Bagaimana keadaan teman-teman mu yang sering main kesini Nak , lama mereka
tidak pernah kesini lagi setelah kamu berhenti sekolah.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St. Misbah
: Alhamdllah mereka sehat Pak.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H.
Saleh ini seorang tuan guru jadi beliau juga mengerti masalah ilmu kejiwaan.
Jadi satu persatu semua keadaan temannya ditanyakan pada St. Misbah. H. Saleh
memperhatikan raut wajah anaknya, tapi tidak ada satupun di antara nama-nama
itu yang merubah raut wajah St. Misbah.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H. Saleh
pun mulai bingung apa sebenarnya yang terjadi pada anaknya yang membuatnya selalu</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">termenung
setiap sore.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kemudian H. Saleh teringat
pada anak angkatnya, tidak lain tidak bukan yaitu Abdullah Teladan, H. Saleh
pun kemudian berkata pada St. Misbah.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">"
Tolong Nak, panggilkan Abdullah Teladan kakak angkatmu. .sudah lama Bapak tidak
bertemu</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">dengannya
.. " Kata H. Saleh</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Tanpa
bicara, pada saat itu juga St. Misbah langsung
berdiri, berlari menuju gubuk Abdullah Teladan, Selendangnya yang terjatuh pun
tidak di hiraukannya lagi H. Saleh pun terkejut melihat sikap St. Misbah.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H. Saleh
berkata pada istrinya : "Ternyata Abdullah Teladan orangnya. Malam ini
kita berangkat ke Martapura, Saya punya rencana Bu .."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H .Rahmah :
"Kenapa Pak. .? Terus rumah kita bagaimana, nanti di bobol maling.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H. Saleh :
"Kan ada
St. Misbah , rencananya ku minta Abdullah menemaninya malam ini... "</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H .Rahmah
pun langsung protes ...</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H
.Rahmah : "Tidak Pak, itu sama saja kita menaruh umpan di mulut
buaya..habis dimakannya anak kita .. "</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H.
Saleh : Pokoknya Ibu jangsn khawatir Saya yang akan bermain, apabila Abdullah
macam-macam maka habis juga dia kubunuh malam ini , malam ini kita berangkat.
."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H .Rahmah
pun akhirnya menurut saja dengan permainan H. Saleh.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Diceritakan:</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St.
Misbah yang menuju gubuk Abdullah Teladan. Pada saat itu Abdullah di dalam
gubuknya mendengar suara langkah kaki.. dia pun bergumam dalam hati</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">"
Sepertinya aku mengenali suara langkah ini, jangan -jangan ... ????"
Begitu gumamnya bercampur deg-degkan an.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Setapak
demi setapak, semakin lama suara langkah itu semakin dekat ...dan kemudian:</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">"
Assalamu'alaikum. !!" Terdengar suara lembut memberi salam jAbdullah
sangat mengenali suara itu.. siapa lagi kalau bukan ..??????</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">" Wa'
alaikum salam.. " sahut Abdullah dan ibunya serentak.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Bergegas
Abdullah dan ibunya keluar . Abdullah menjumpai seraut wajah cantik yang selama
ini menghantui pikirannya , sedang berdiri di depan pintu gubuknya.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
: Oh. .ternyata Adikku St. Misbah ada apa gerangan dirimu sampai kesini
tentunya sangat penting .. ??</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St. Misbah
: Betul kakak ku Abdullah, Aku kesini untuk menemui kakak, Bapak ingin bertemu
kakak sekarang juga ..!!!</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
dan Ibunya saling tatap. ..ada apa gerangan dia dipanggil</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah :
Baiklah, sekarang kita berangkat.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Diceritakan
: Berangkatlah Abdullah Teladan dan</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St. Misbah
menemui H. Saleh. Sesampai disana H. Saleh pun mengutarakan maksudnya. .</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H.
Saleh : Abdullah ... malam ini aku dan H .Rahmah mau berangkat ke Martapura ada
undangan dan menginap disana.. St. Misbah sendirian di rumah, jadi maksudku
kamu yang menemaninya malam ini .."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Belum
sempat Abdullah menjawab perkataan itu, dengan sigap St. Misbah memotongnya. </span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St. Misbah
: Berapa lama Bapak menginap di sana.
??</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H. Saleh :
1 malam saja. .memangnya kenapa ?</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St. Misbah
: 2 atau 3 malam juga tidak apa 2 Pak, !?</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Kata
St. Misbah sambil tersenyum lirih. H. Saleh pun hanya geleng-geleng kepala
mendengar perkataan anak semata wayangnya itu ...H . Saleh sangat mengerti
maksudnya.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
: Baiklah Pak, Malam ini saya akan menemani St. Misbah, tapi saya memberitahu
Ibu saya dulu, sebelum maghrib nanti saya akan kesini lagi .. ?!</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H.
Saleh : Baiklah .. beritahulah ibumu.. dan juga nanti sebelum maghrib, hewan
ternak<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>masukkan ke kandangnya ..dan
jangan lupa pintu, jendela di kunci .. dan St.
Misbah nanti siapkan makan malam untuk kakakmu Abdullah</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah +
St Misbah : Iya Pak..??</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Maka
pulanglah Abdullah untuk memberitahu ibunya </span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah :
Bu.. H. Saleh minta nanti malam saya menemani St. Misbah di rumahnya, H. Saleh
dan H .Rahmah menginap di Martapura..</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Raudah :
Iya Nak.. .tapi ingatlah anakku , jangan sampai kau nodai kepercayaan H. Saleh
. ..</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah :
Saya akan selalu ingat dan jaga itu Bu ...!!</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Malam ini
kesempatan saya mengungkapkan semuanya Bu. ., buka kulit nampak isi mengungkap</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">tabir
rahasia hatiku kepada St. Misbah .. .!!</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Raudah
: Kamu jangan berfikiran yang macam-macam Nak, kita ini orang susah. .hidup pun
menumpang dengan H. Saleh.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
: Tidak Bu. ..pokoknya malam ini Saya akan ungkapkan semuanya ... jikalau
cintaku berbalas, Alhamdulillah Saya sangat bahagia. ..tapi jikalau cintaku
bertepuk sebelah tangan , Mungkin besok saya akan mati Bu. .!!</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Ibunya pun
langsung menangis mendengar ucapan anaknya itu. .dan akhirnya Abdullah pun ikut</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Menangis.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Singkat
Cerita :</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Setelah
ba 'da Ashar, berangkatlah Abdullah menuju rumah H. Saleh yang jaraknya kurang
lebih 1 km dari gubuk Abdullah dan Ibunya.setiba di sana, Abdullah langsung
mengumpulkan hewan ternak untuk di masukkan ke kandangnya karena hari mulai
gelap. Tidak terasa maghrib pun tiba, terdengar suara Adzan berkumandang.
Abdullah pun segera mengambil wudhu untuk menunaikan sholat maghrib.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Diceritakan
:</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
hendak melaksanakan sholat di kamar tempat iya dulu tinggl selama 10 tahun.
pada saat hendak mengangkat takbiratul ihram. </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St.
Misbah menegurnya : Tidak kah sholat berjemaah itu lebih baik ..kenapa kakak
tidak berjemaah denganku.. .?? hati Abdullah pun berdegup kencang benar sekali
yang di katakan St. Misbah ..dan kapan lagi dia bisa sholat berjemaah dengan
St. Misbah kalau bukan malam ini. ..??!</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah pun membatalkan takbirnya saat itu mereka hanya berdua di
rumah ..agar tidak terjadi sesuatu yang tidak di inginkan Abdullah tetap
menjaga etika, dia sangat mengerti ilmu agama.. Kebetulan kamar mereka
bersebelahan, maka Abdullah teladan membukan pintu kamarnya dan menyuruh St. Misbah membuka pintu kamarnya juga, sholat berjamaah
pun dilakukan di kamar masing-masing tanpa harus berdekatan. Selesai sholat
Abdullah teladan berdo'a yang di ikuti oleh St. Misbah , yang salah satu do'
anya berarti :</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">" Yaa
Allah , kumpulkan lah aku dengan St. Misbah seperti kau mengumpulkan Adam dan
Hawa. .."</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Amiiin.
." sahut St. Misbah</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">" Yaa
Allah , kumpulkan aku dengan St. Misbah
seperti kau mengumplkan Nabi Yusuf dan</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St.
Zulaikha.. "</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">" Amiiin..
" sahut St. Misbah pula dan seterusnya</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Selesai
sholat mereka pun makan malam tak sengaja Abdullah menatap St. Misbah, dan St.
Misbah pun menatap Abdullah, pandangan mereka bertemu, Laksana api yang di
siram bensin Api cinta pun berkobar lagi di sana Abdullah dan St. Misbah pun
makan malam St. Misbah sebagai tuan rumah yang baik, yang berpendidikan tidak
mau jauh-jauh menaruh tempat nasi dari piring Abdullah Teladan.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Saling melirik pun tidak bisa dihindarkan
sudah lama Abdullah tidak melihat wajah cantik St. Misbah hati Abdullah tidak
karuan sampai-sampai mau mengambil ikan malah mengambil sendok.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Tidak
lama terdengarlah Adzan Isya berkumandang mereka pun kembali menunaikan sholat
Isya berjama 'ah.. .selesai sholat mereka pun berdo'a yang di pimpin oleh
Abdullah, Salah satu do'anya sama dengan do' anya ketika sholat maghrib tadi.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Diceritakan
H . Saleh dan H .Rahmah sudah menyeberangi sungai Martapura menaiki sebuah
lanting sampai di pelabuhan seberang H. Saleh pun bicara pada istrinya.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H.
Saleh : "Hj .Rahmah istriku, Ibu naik saja kedaratan, Saya akan kembali ke
rumah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengawasi apa yang dilakukan
Abdullah dan Misbah malam ini. .Apabila Abdullah macam-macam, maka habis ku
tebang batang tubuh Abdullah malam ini."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Maka
berangkatlah H. Saleh kembali ke Kampung Melayu , Kampung Keramat rumahnya
berada. Sedangkan Abdullah dan St .Misbah sudah bersiap untuk tidur di kamar
mereka masing-masing. Abdullah pun merebahkan tubuhnya di kasur yang dulu
menjadi tempat tidurnya selama 10 tahun ..tidak ada yang berubah di kamar itu
sama seperti dulu.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Dikisahkan
H . Saleh pun sampai di depan rumahnya, dia perhatikan begitu tenang keadaan di
sana. H. Saleh
pun ingin memastikan apa yang terjadi di dalam rumahnya itu..H . Saleh pun
masuk ke bawah kolong rumahnya, rumah H . Saleh itu lantainya tinggi sekitar 2
meter dari tanah maka dengan leluasa H . Saleh masuk kesana ..H . Saleh
berhenti tepat di bawah kamar Abdullah dan St. Misbah. H. Saleh pun memasang
telinga baik-baik. Jam 10 malam dia dengarkan masih sunyi, jam 11 hening, Jam
12 senyap</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">"
Jangan-jangan mereka sudah benar-benar tidur.. " gumam</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H. Saleh
dalam hati nyamuk sudah tidak terkira lagi menggigitnya.. .bila ada suara
gemertak di dalam kamar, cepat-cepat H. Saleh mengangkat telinganya, tapi
setelah itu hening lagi.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Diceritakan
:</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St.
Misbah dan Abdullah tidak bisa tidur, St. Misbah masih penasaran dengan do'a
Abdullah Teladan setelah selesai sholat tadi, do'a itu masih terngiang 2 di
telinganya, dia pun berfikir apakah Abdullah benar-benar menginginkan itu terjadi.
Sekitar jam 1 malam, Abdullah Teladan pun gelisah duduk salah , berdiripun
salah, tengkurap, telentang , miring kiri miring kanan.. tapi hatinya tetap tak
tenang.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>St. Misbah mengetahui hal itu
sebagai tuan rumah yang baik akhirnya St.
Misbah mencoba menanyakannya kepada Abdullah.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St. Misbah
: " apakah kakak Abdullah belum tidur. .?"</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H. Saleh
yang mendengar itu pun cepat-cepat memasang telinga.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">"
Nah..ini yang ku tunggu-tunggu" gumam H. Saleh dalam hati</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
pun menjawab : "Belum adikku.. aku tidak bisa tidur.. ?"</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St. Misbah
: " kenapa ka. .? Apakah Banyak nyamuk. .?"</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah :
" Tidak dik. .!??</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St. Misbah:
" Atau kasurnya yang kurang empuk ya ka. .??</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah :
" Bukan juga dik. ."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St. Misbah:
" Lalu apa gerangan yang membuat kakak</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">ku Abdullah
begitu gelisah ..?"</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
: "Begini, Asal kamu tau dik. ..tadi siang sebelum berangkat kesini, 3
kali aku bercermin tapi ku lihat serasa hilang bayang 2ku ...terus aku keluar
pondok serasa gelap pandanganku, aku pun mencoba untuk berbaring, tapi yang kurasakan
serasa berbaring di atas rebung yang gatal luar biasa .. .mungkin itu pertanda
aku akan mati wahai adikku misbah ..?!?</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Mendengar
Abdullah mengatakan mau mati, hati St. Misbah pun menjadi limbung , tidak
terasa air mata menetes di pipinya.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St. Misbah:
" Kakak Jangan bicara seperti itu. .." katanya sambil terbata</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
: "Malam ini aku akan kuyak pisang adikku, buka kulit tampak isi, akan ku
buka tabir rahasia hatiku yang selama ini ku pendam wahai adikku St. Misbah.
."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Mendengar
itu, hati St. Misbah pun deg-degkan, apa sebenarnya yang ingin di sampaikan
oleh Abdullah ..sungguh berharap-harap cemas.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H. Saleh
yang di bawah kolong rumah pun semakin semangat dan bergumam dalam hati :
" Ini dia, permainan segera di mulai . .".</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
pun melanjutkan perkataannya : " Jikalau cinta ini berbalas maka syukur
Alhamdulillah aku sangat bahagia dan apabila ternyata cintaku bertepuk sebelah
tangan mungkin besok aku akan mati.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">" Aku
berpesan padamu wahai adikku St. Misbah</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">"
Apabila ternyata besok aku mati, maka kuburkanlah aku di tempat dimana kamu
sering melewati dan melihatnya, Tuliskan di batu nisanku " ABDULLAH
TELADAN" besar-besar supaya apabila kamu lewat, kamu akan melihat dan
ingat bahwa itulah makam orang yang mencintaimu sampai mati.. "</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Tangis
St. Misbah pun tak tertahan lagi mendengar itu, antara tangis bahagia karena
Abdullah juga mencintainya, dan tangis takut kehilangan Abdullah Teladan pujaan
hatinya.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St. Misbah
:Kakak jangan berkata seperti itu kak, semua akan baik-baik saja.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">"
Mulai malam ini aku bersumpah Kak.." aku haramkan batang tubuh ku disentuh
oleh laki-laki lain, selain Abdullah Teladan ..." dan Abdullah pun
bersumpah demikian juga.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H.
Saleh sudah mengetahui semuanya dan tidak terasa waktu sudah menjelang sholat.
subuh. Cepat-cepat H. Saleh keluar dari bawah rumah takut ketahuan Abdullah dan
St .Misbah. H. Saleh</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">pun kembali
ke Martapura menjemput istrinya .</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Dikisahkan
:</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H.
Saleh kembali menjemput istrinya di Martapura ..tiba disana H . Saleh terkejut
melihat istrinya tidur di lanting , ia pun membangunkannya.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H. Saleh :
"Bu Bangun ..kenapa Ibu tidur di sini ? Tidak naik ke daratan. ."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Hj.
Rahmah:" Saya menunggu Bapak disini saja tidak kemana-mana .. Bagaimana
Anak kita Pak"</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H. Saleh
:"Gila Bu.. "</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Hj.
Rahmah:" Siapa yang gila Pak..kenapa anak kita . .?" tanyanya dengan
nada panik</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H. Saleh :
"Sama-sama gila Bu.. St. Misbah gila, Abdullah gila, tergila gila di mabuk
asmara.. "</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Setelah
semua diceritakan Hj.Rahmah pun mengerti apa yang terjadi H. Saleh dan
Hj.Rahmah pun pulang menuju kampung keramat, Kampung Melayu Martapura.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Singkat
Cerita :</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
dan St. Misbah pun di setujui oleh orang tuanya untuk menjalin hubungan. Pada
suatu hari Raudah ibu Abdullah mendapat sepucuk surat
dari Malaysia,
dari seseorang yang dititipinya tanah warisan Alm. Ayah Abdullah. Disurat itu
diberitahukan bahwa tanah mereka telah laku terjual mahal, Raudah dan Abdullah
kini menjadi orang kaya mereka pun sangat bahagia sekali membaca surat itu. keluarga H.
Saleh pun sangat terharu mendengar berita itu, karena sudah terlalu lama
Abdullah dan ibunya menderita kesusahan. Maka Abdullah pun berniat berangkat ke
Malaysia mengambil harta warisan itu, dia hanya berangkat seorang diri sehari
sebelum keberangkatannya dia pun berpamitan kepada keluarga H. Saleh yakni
calon mertuanya karena setelah pulang dari Malaysia, Abdullah dan St. Misbah
berencana Menikah.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Air
mata St. Misbah sudah tidak terbendung lagi melepas kepergian sang pujaan
hatinya. Dia berpesan pada Abdullah agar selalu mengirim surat
selama di Malaysia.
Abdullah pun berangkat seorang diri ke Malaysia.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Singkat
Cerita :</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Hari
berganti Minggu , Minggu berganti bulan, bulan berganti tahun ..tidak ada kabar
dari<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Abdullah , hingga bertahun tahun
tak sepucuk surat
pun yang di terima St. Misbah. St. Misbah sangat sedih sekali..setiap hari
hanya menangis menyebut nama Abdullah </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Diceritakan:</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Di
Malaysia pada saat itu terjadi pemberontakan, zamannya perompak. .Nama Abdullah
teladan sangat di incar, karena dia orang yang kaya. Abdullah hanya bersembunyi
hingga tak bisa mengirm surat kepada St. Misbah dan Ibunya.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Diceritakan
di Martapura, H. Saleh kedatangan seorang tamu, seorang tuan guru yakni teman
karibnya sendiri, teman senasib sepenanggungan setelah panjang lebar ia pun
mengutarakan maksudnya. .beliau mempunyai seorang anak laki-laki bernama Tamsil
, yang rencananya akan di jodohkan dengan St. Misbah.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Walaupun
teman karibnya sendiri ..H. Saleh tidak berani mengambil keputusan sebelum
berunding dengan anak dan istrinya ..Apalagi sekarang St.
Misbah sudah mempunyai calonnya yaitu Abdullah Teladan, walaupun sampai
sekarang tidak ada kabarnya.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Singkat
cerita:</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">H.
Saleh pun menceritakn kepada H .Rahmah tentang lamaran itu tapi bagaimana
caranya bicara pada St. Misbah. Suatu hari diceritakan lah pada St. Misbah
tentang lamaran itu.. dan juga mengenai Abdullah yang sudah bertahun tahun
tidak ada kabarnya mungkin Abdullah sudah mati di bunuh perompak.. St. Misbah
sangat sedih sekali kenapa Abdullah tidak pernah mengirim surat padanya, atau memang Abdullah sudah
mati.. tak ada satu haripun yang di lalui St. Misbah tanpa meneteskan air mata.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Seribu
pertimbangan sudah di pikirkan oleh St. Misbah. ..Sebagai anak yang berbakti
dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya , akhirnya St. Misbah pun menyetujui
lamaran itu .Undangan pernikahan pun disebar, hingga Raudah Ibu Abdullah pun
mendapat undangan itu hatinyasangat terpukul membaca undangan itu, dia
membayangkan apa yang akan terjadi pada Abdullah anaknya jika mengetahui hal
ini, sungguh terasa menyakitkan bagi raudah membayangkan itu.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Hingga
tibalah hari pernikahan St .Misbah dengan Tamsil ..pestanya pun sangat meriah.
Tabuhan gendang hadrah terdengar sampai ke pondok Raudah, oh sungguh sangat
pilu hatinya. Semua undangan hadir di pesta itu, dari kejauhan terlihat seorang
pemuda berjalan memakai jas hitam, membawa 2 buah koper yang tidak lain adalah
Abdullah Teladan.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
Penasaran ada pesta apa di kampung itu akhirnya ia pun bertanya kepada
seseorang Abdullah :Ada
pesta apa ya Pak sehingga sangat ramai.. .??</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Seseorang
:" Masa ' kamu tidak tahu , hari ini kan pesta pernikahannya St. Misbah .."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
pun terkejut, hatinya berdebar , tapi dia kurang yakin</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
:" St. Misbah yang mana Pak?</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Seseorang
:" St. Misbah anaknya H. Saleh . ."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Setelah
mendengar itu tiba-tiba saja pandangnya menjadi gelap, tubuhnya limbung dan
akhirnya tersungkur di tanah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Abdullah
pingsan. Abdullah pun di gotong oleh warga ke gubuk Ibunya, Ibunya yang
mendengar kedatangan Abdullah sangat terkejut karena semua orang mengiranya
sudah mati ibunya pun semakin merasakan sesak didadanya membayangkan kesedihan
Anaknya,</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">ibunya
pun meninggal sebelum bertemu Abdullah. Abdullah sampai di gubuk pun tersadar,
dia heran kenapa banyak orang di situ .. Sungguh keperihan yang tidak bisa di
bayangkan setelah mengetahui ibunya telah meninggal.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Ibunya
pun di makamkan pada hari itu. .Kedatangan Abdullah ternyata sampai ketelinga
St. Misbah, St. Misbah hanya menangis mengetahui itu.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Tibalah
disaat malam pertama St .Misbah dengan suaminya yang bernama M.Tamsil, Sebagai
wanita sholehah walaupun tidak di dasari cinta, ia ingin berbakti dengan
suaminya maka di tanggalkanlah semua pakaiannya hingga tidak ada sehelai
benangpun menempel di tubuhnya, kemudian dia berbaring di ranjang pengantin
menunggu suaminya.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Tidak
lama suaminya pun masuk kamar dan tersenyum melihatnya. Tapi suaminya heran
kenapa ada 2 guling yang membatasi antara bantalnya dengan bantal St. Misbah.
Suaminya pun bertanya kenapa jadi seperti itu ..? Akhirnya St. Misbah pun
menceritakan tentang sumpahnya bersama Abdullah Teladan , bahwa tidak akan rela
tubuhnya di sentuh laki laki kecuali oleh Abdullah.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St. Misbah
minta izin pada suaminya menemui Abdullah untuk mencabut sumpah itu. </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Tamsil
:" Ku izinkan engkau menemui Abdullah Teladan dengan syarat, apabila di pondok
Abdullah ada 5 anak tangga maka ku izinkan engkau hanya menaiki 2 anak tangga
saja, begitupun sebaliknya yang berlaku pada Abdullah. ."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St.
Misbah pun setuju dengan syarat itu akhirnya dia berangkat menuju gubuk
Abdullah di tengah malam.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Diceritakan
Abdullah Teladan digubuknya, berbaring memandang empat sudut kelambu, hatinya
terpukul dan sudah tidak ada semangat hidup lagi dia memikirkan apa yang
dilakukan St. Misbah bersama suaminya malam ini. Di tengah kegalauannya
tiba-tiba dia mendengar suara jejak kaki menuju ke gubuknya.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
bergumam : "Sepertinya aku tau suara ini, seperti suara jejak St. Misbah
...jangan jangan ???? dan tidak lama setelah itu.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">"
Assalamu'alaikum" terdengar suara lembut memberi salam.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">" Wa'
alaikum salam" Abdullah menjawab.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
tau suaru itu adalah suara St. Misbah, dia pun langsung melompat keluar hingga
putus tali kelambu dan dia tergulung didalamnya. Abdullah pun keluar menemui
pujaan hatinya.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
:"Aku sangat merindukanmu wahai St. Misbah. ." Abdullah hendak turun
dari pondoknya itu, tapi segera di cegah oleh St .Misbah.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St
Misbah: "Berhenti di situ saja kak Abdullah , Aku mendapat izin dari
suamiku hanya menaiki 2 anak tangga saja, dan kakak hanya boleh menuruni 2 anak
tangga pula.. " </span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St.
Misbah pun terus berkata " Kemana saja kakak selama ini, kenapa tidak
pernah memberi kabar, kenapa tidak pernah mengirm surat padaku , sehingga semua orang di sini
mengira kakak sudah mati??? Setiap hari aku mengharapkan kedatanganmu "</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">St. Misbah
menangis terisak isak</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
:"Wahai St. Misbah, jangankan aku sampai berjalan mau mengirim surat. .mendengar namaku
pun para perompak sudah siap membunuhku..di sana pun aku di beritakan sudah mati sehingga
aku bisa pulang kesini.</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">"
tapi ternyata yang kutemui hanya menyaksikan ibuku meninggal dan kekasihku
bersanding dengan orang lain .. "</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
tak mampu menahan air matanya, karenabegitu sakit yang di rasakannya. Tangisan
St. Misbah pun semakin menjadi. St. Misbah: "Kini semua sudah terlambat
kak, aku sudah menjadi hak orang lain kita harus mencabut sumpah kita dulu..
."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Tangisan
Abdullah pun semakin menjadi.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Abdullah
:"Wahai St. Misbah , Aku lebih baik mati berkalang tanah daripada melihat
kamu bahagia dengan orang lain .."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Selesai
mengatakan itu nafasnya terasa sesak tiba-tiba saja tubuh Abdullah tersungkur
St. Misbah pun terkejut melihat itu dia coba membangunkannya. tapi sayang
Abdullah sudah tidak bernyawa lagi, Abdullah meninggal St. Misbah pun histeris
, dia tidak sanggup menahan derita ini. Sehingga diriwayatkan dalam kisah ini,
saat tetesan air mata Abdullah bertemu dengan tetesan air mata St. Misbah maka
saat itu pula nyawa St. Misbah pun di jemput dan hingga akhirnya cinta mereka
pun terkubur sampai mati .."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">“</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Selesai</span><span style="mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">”</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
</div>
<span style="font-size: 12pt;">
</span></div>
</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-68982231201206334682015-05-13T05:42:00.003-07:002015-05-13T06:30:01.252-07:00Legenda Telaga Bidadari di Kandangan<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
</span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: 12pt;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_u318yf3Tjy2g-TJieMqfdZ1lWp5wY85t5o36bYQfTexRE47EMFDPiPWA0YJKHp_DacUSY2oJlmuQTsiqFwGDSAxnchgDLR3W_geDtwJ_ZsHa6B3FYorlgbM3dwiHMEo6mvjoF2r7SyVM/s1600/telaga-bidadari.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_u318yf3Tjy2g-TJieMqfdZ1lWp5wY85t5o36bYQfTexRE47EMFDPiPWA0YJKHp_DacUSY2oJlmuQTsiqFwGDSAxnchgDLR3W_geDtwJ_ZsHa6B3FYorlgbM3dwiHMEo6mvjoF2r7SyVM/s320/telaga-bidadari.jpg" width="234" /></a></span></div>
<br />
<span style="font-size: 12pt;">Telaga itu tidak seberapa lebar
dan dalam, kurang lebih tiga meter panjangnya dan dua meter lebarnya dengan
kedalaman dua meter. Airnya Bening dan jernih, tidak pernah kering walau
kemarau panjang sekalipun. Letaknya di atas sebuah pematang, di bawah
keteduhan, kelebatan, dan kerindangan pepohonan, khususnya pohon limau. Jika
pohon-pohon limau itu berbunga, berkerumunlah burung-burung dan serangga
mengisap madu. Di permukaan tanah itu menjalar dengan suburnya sejenis tumbuhan,
gadung namanya.
</span><br />
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">
</span></span></div>
<span style="font-size: 12pt;">Gadung mempunyai umbi yang besar
dan dapat dibuat menjadi kerupuk yang gurih dan enak rasanya. Akan tetapi, jika
kurang mahir mengolah bisa menjadi racun bagi orang yang memakannya karena
memabukkan.</span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
<br />
Daerah itu dihuni seorang lelaki
tampan, Awang Sukma namanya. la hidup seorang diri dan tidak mempunyai istri.
Ia menjadi seorang penguasa di daerah itu. Oleh karena itu, ia bergelar data.
Selain berwajah tampan, ia juga mahir meniup suling. Lagu-lagunya menyentuh
perasaan siapa saja yang mendengarkannya.Awang Sukma sering memanen burung
jika pohon limau sedang berbunga dan burung-burung datangan mengisap madu. Ia
memasang getah pohon yang sudah dimasak dengan melekatkannya di bilah-bilah
bambu. Bilah-bilah bambu yang sudah diberi getah itu disebut pulut. Pulut itu
dipasang di sela-sela tangkai bunga. Ketika burung hinggap, kepak sayapnya akan
melekat di pulut. Semakin burung itu meronta, semakin erat sayapnya melekat.
Akhirnya, burung itu menggelepar jatuh ke tanah bersama bilah-bilah pulut.
Kemudian, Awang Sukma menangkap dan memasukkannya ke dalam keranjang. Biasanya,
puluhan ekor burung dapat dibawanya pulang. Konon itulah sebabnya di kalangan
penduduk, Awang Sukma dijuluki Datu Suling dan Datu Pulut.
</span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
Akan tetapi, pada suatu hari
suasana di daerah itu amat sepi. Tidak ada burung dan tidak ada seekor pun
serangga berminat mendekati bunga-bunga Iimau yang sedang mereka. </span><br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">ujar Awang Sukma, <span style="font-family: "MS Mincho"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“</span>sepertinya bunga limau itu
beracun sehingga burung-burung tidak mau lagi menghampirinya.</span></span><br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Awang Sukma tidak putus
asa. Sambil berbaring di rindangnya pohon-pohon limau, ia melantunkan lagu-lagu
indah melalui tiupan sulingnya. Selalu demikian yang ia lakukan sambil menjaga
pulutnya mengena. Sebenarnya dengan meniup suling itu, ia ingin menghibur diri.
Karena dengan lantunan irama suling, kerinduannya kepada mereka yang ia
tinggalkan agak terobati. Konon, Awang Sukma adalah seorang pendatang dari
negeri jauh. Awang Sukma terpana oleh irama sulingnya. Tiupan angin lembut yang
membelai rambutnya membuat ia terkantuk-kantuk. Akhirnya, gema suling
menghilang dan suling itu tergeletak di sisinya. Ia tertidur.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Entah berapa lama ia terbuai
mimpi, tiba-tiba ia terbangun karena dikejutkan suara hiruk pikuk sayap-sayap
yang mengepak. Ia tidak percaya pada penglihatannya. Matanya diusap-usap.
Ternyata, ada tujuh putri muda cantik turun dari angkasa. Mereka terbang menuju
telaga. Tidak lama kemudian, terdengar suara ramai dan gelak tawa mereka
bersembur-semburan air. Aku ingin melihat mereka dari dekat,gumam
Awang Sukma sambil mencari tempat untuk mengintip yang tidak mudah diketahui
orang yang sedang diintip.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Legenda Telaga Bidadari Dari
tempat persembunyian itu, Awang Sukma dapat menatap lebih jelas. Ketujuh putri
itu sama sekali tidak mengira jika sepasang mata lelaki tampan dengan tajamnya
menikmati tubuh mereka. Mata Awang Sukma singgah pada pakaian mereka yang
bertebaran di tepi telaga. Pakaian itu sekaligus sebagai alat untuk
menerbangkan mereka saat turun ke telaga maupun kembali ke kediaman mereka di
kayangan. Tentulah mereka bidadari yang turun ke mayapada.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Puas
bersembur-semburan di air telaga yang jernih itu, mereka bermain-main di tepi
telaga. Konon, permainan mereka disebut surui dayang. Mereka asyik bermain
sehingga tidak tahu Awang Sukma mengambil dan menyembunyikan pakaian salah
seorang putri. Kemudian, pakaian itu dimasukkannya ke dalam sebuah bumbung
(tabung dari buluh bekas memasak lemang). Bumbung itu disembunyikannya dalam
kindai (lumbung tempat menyimpan padi). Ketika ketujuh putri ingin mengenakan
pakaian kembali, ternyata salah seorang di antara mereka tidak menemukan
pakaiannya. Perbuatan Awang Sukma itu membuat mereka panik. Putri yang hilang
pakaiannya adalah putri bungsu, kebetulan paling cantik. Akibatnya, putri
bungsu tidak dapat terbang kembali ke kayangan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Kebingungan, ketakutan, dan rasa
kesal membuat putri bungsu tidak berdaya. Saat itu, Awang Sukma keluar dari
tempat persembunyiannya. <span style="font-family: "MS Mincho"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“</span>Tuan Putri
jangan takut dan sedih,<span style="font-family: "MS Mincho"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">”</span> bujuk
Awang Sukma, <span style="font-family: "MS Mincho"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“</span>tinggallah sementara bersama
hamba.<span style="font-family: "MS Mincho"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">”</span> Tidak ada alasan bagi putri
bungsu untuk menolak. Putri bungsu pun tinggal bersama Awang Sukma. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Awang Sukma merasa bahwa putri
bungsu itu jodohnya sehingga ia meminangnya. Putri bungsu pun bersedia menjadi
istrinya. Mereka menjadi pasangan yang amat serasi, antara ketampanan dan
kecantikan, kebijaksanaan dan kelemahlembutan, dalam ikatan cinta kasih. Buah
cinta kasih mereka adalah seorang putri yang diberi nama Kumalasari. Wajah dan
kulitnya mewarisi kecantikan ibunya. Rupanya memang sudah adat dunia, tidak ada
yang kekal dan abadi di muka bumi ini. Apa yang disembunyikan Awang Sukma
selama ini akhirnya tercium baunya. Sore itu, Awang Sukma tidur lelap sekali.
Ia merasa amat lelah sehabis bekerja. Istrinya duduk di samping buaian putrinya
yang juga tertidur lelap. Pada saat itu, seekor ayam hitam naik ke atas
lumbung. Dia mengais dan mencotok padi di permukaan lumbung sambil berkotek
dengan ribut. Padi pun berhamburan ke lantai. Putri bungsu memburunya. Tidak
sengaja matanya menatap sebuah bumbung di bekas kaisan ayam hitam tadi. Putri
bungsu mengambil bumbung itu karena ingin tahu isinya. Betapa kaget hatinya
setelah melihat isi bumbung itu. <span style="font-family: "MS Mincho"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“</span>Ternyata,
suamiku yang menyembunyikan pakaianku sehingga aku tidak bisa pulang bersama
kakak-kakakku,<span style="font-family: "MS Mincho"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">”</span> katanya sambil mendekap
pakaian itu.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Perasaan putri bungsu berkecamuk
sehingga dadanya turun naik. Ia merasa gemas, kesal, tertipu, marah, dan sedih.
Aneka rasa itu berbaur dengan rasa cinta kepada suaminya. <span style="font-family: "MS Mincho"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“</span>Aku harus kembali,<span style="font-family: "MS Mincho"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">”</span> katanya dalam hati. Kemudian,
putri bungsu mengenakan pakaian itu. Setelah itu, ia menggendong putrinya yang
belum setahun usianya. Ia memeluk dan mencium putrinya sepuas-puasnya sambil
menangis. Kumalasari pun menangis. Tangis ibu dan anak itu membuat Awang Sukma
terjaga.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Awang Sukma terpana ketika
menatap pakaian yang dikenakan istrinya. Bumbung tempat menyembunyikan pakaian
itu tergeletak di atas kindai. Sadarlah ia bahwa saat perpisahan tidak mungkin
ditunda lagi. <span style="font-family: "MS Mincho"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“</span>Adinda harus kembali,<span style="font-family: "MS Mincho"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">”</span> kata istrinya. <span style="font-family: "MS Mincho"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“</span>Kanda, peliharalah putri
kita, Kumalasari. Jika ia merindukan ibunya, Kanda ambillah tujuh biji kemiri,
masukkan ke dalam bakul. Lantas, bakul itu Kanda goncang-goncangkan.
Lantunkanlah sebuah lagu denganngan suling Kanda. Adinda akan datang
menjumpainya.<span style="font-family: "MS Mincho"; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">”</span> Putri bungsu pun terbang
dan menghilang di angkasa meninggalkan suami dan putri tercintanya. Pesan
istrinya itu dilaksanakannya. Bagaimana pun kerinduan kepada istrinya terpaksa
dipendam karena mereka tidak mungkin bersatu seperti sedia kala. Cinta kasihnya
ditumpahkannya kepada Kumalasari, putrinya. Konon, Awang Sukma bersumpah dan
melarang keturunannya untuk memelihara ayam hitam yang dianggap membawa petaka
bagi dirinya. Telaga yang dimaksud dalam legenda di atas kemudian diberi nama
Telaga Bidadari, terletak di desa Pematang Gadung. Desa itu termasuk wilayah
Kecamatan Sungai Raya, delapan kilometer dari kota Kandangan, ibukota Kabupaten
Hulu Sungai Selatan Propinsi Kalimantan Selatan. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Sampai sekarang, Telaga Bidadari
banyak dikunjungi orang. Selain itu, tidak ada penduduk yang memelihara ayam
hitam, konon sesuai sumpah Awang Sukma yang bergelar Datu Pulut dan Datu
Suling.</span></span></div>
</div>
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">
</span></span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-28728311452016110722015-05-13T05:36:00.001-07:002015-05-13T06:36:23.907-07:00Asal Usul Nama Batu Mandi<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
</span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: 12pt;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSpc7Gs0OOqPQvEZ5m_u9zV72jpvDzL9icBq_8pTwuAg2LR3RGodsG6pesBbI9joqGL65sMWHnALGTfLhZyJL4Gi-7QFqWQh2JgZWAWDjnVZT_qW9UUgtmKSGIwTU6R9Sb-nZKRaeTbN6T/s1600/10481980_929381530418959_3001381592868426374_o.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSpc7Gs0OOqPQvEZ5m_u9zV72jpvDzL9icBq_8pTwuAg2LR3RGodsG6pesBbI9joqGL65sMWHnALGTfLhZyJL4Gi-7QFqWQh2JgZWAWDjnVZT_qW9UUgtmKSGIwTU6R9Sb-nZKRaeTbN6T/s640/10481980_929381530418959_3001381592868426374_o.jpg" width="640" /></a></span></div>
<span style="font-size: 12pt;">Desa Batumandi terletak di Kecamatan Batumandi,
Kabupaten Balangan, Kal-Sel. Dahulu kala, tersebutlah sebuah kampung yang tidak
begitu banyak penduduknya, konon kampung itu masih dibawah kekuasaan pemerintahan
kerajaan angkawaya yang terletak didalam hutan, sekarang orang lebih
mengenalnya dengan sebutan hutan tabur, tempat ini berada kurang lebih 1
kilometer dari pusat kecamatan batumandi sekarang. Sebagaimana cerita dari
mulut kemulut dan juga yang sering kita dengar dari para tetuha dahulu, bahwa
zaman dahulu binatang, tumbuhan dan benda-benda itu bisa berbicara dan bahkan
bias berinteraksi layaknya manusia seperti kita.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
Di daerah hutan Tabur Pahajatan itulah cerita
ini bermula. Dahulu, penduduk setempat sering melihat batu-batu yang bersih dan
sangat indah yang berada di sungai yang deras. Sungai itu tidak pernah kering
walaupun kemarau panjang berbulan-bulan. Saat musim kemarau, batu-batu di
sungai itu sangat indah berjejer rapi dan membuat setiap orang yang kesana
ingin berlama-lama menikmati keindahan dan kesejukan air sungainya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
Menariknya, walau batu-batu itu berada ditengah
psungai namun ketika datang musim hujan dan air seharusnya meneggelamkan batu
itu, tetapi batu-batu tersebut tetap kelihatan di permukaan air, seakan-akan
batu itu mengapung diatas derasnya aliran sungai.</span></div>
</div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
Pernah di satu senja ketika matahari akan
terbenam, seorang yang laki-laki setengah baya, yang bernama Ulak Amat dengan
langkah tergesa-gesa menuju sungai di kawasan hutan tabur pahajatan dengan niat
untuk mandi, tetapi 20 meter sebelum sesampainya di sungai, ulak Amat bingung
dan kaget, dia mendengar suasana sungai yang sangat ramai dengan percakapan
beberapa suara, dengan sangat hati-hati Ulak Amat mengintip kearah sungai lewat
semak-semak yang rindang. Namun, lagi-lagi dia bertambah bingung, tak ada
satupun manusia yang ada di pinggir sungai itu, baik yang sedang mandi ataupun
yang sekedar bercakap-cakap. Dengan rasa penasaran bercampur takut, ulak Amat
berguman didalam hatinya </span><br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">aneh dan ajaib, bagaimana
mungkin tidak ada manusia ditempat ini tetapi banyak sekali suara seperti
sedang bercapak-cakap</span></span><br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Tersadar
dari lamunannya, ulak amat lalu kembali berkonsentrasi memperhatikan apa yang
sedang terjadi dihadapannya.</span>
</span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Dengan detak jantung Ulak Amat kembali bedegup
kencang ketika sepasang matanya memperhatikan empat buah batu sebesar buah
kelapa yang saling berdekatan itu mengeluarkan suara layaknya manusia, mereka
bercakap-cakap:</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Batu 1: </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Hai, sudahkah kalian mendengar bahwa raja dan
prajurit angkawaya akan melaksanakan sesembahan di sungai kita ini?</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Batu ke 4 menyahut : </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">“</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Belum ada,
benarkah apa yang engkau katakan itu?</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Batu ke 3 ikut bicara : </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">“</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Ya</span><span style="mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">…</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">kami tidak ada mendengar
informasi bahwa akan diadakan acara penyerahan sesembahan itu.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Batu 1 kembali berkata:</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span style="mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">“</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Ya</span><span style="mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">…</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">mungkin dalam waktu dekat akan
dilaksanakan, ayo sekarang mari kita teruskan membersihkan tubuh kita</span><span style="mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">”</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Batu 2 ikut bicara: </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">“</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Baik, mari
kita teruskan</span><span style="mso-ascii-font-family: "Times New Roman";">”</span><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">. Mendengar
percakapan itu, makin yakinlah ulak Amat, bahwa tempat yang dia datangi untuk
mandi itu bukanlah sembarang tempat, tetapi tempat yang sangat dihormati oleh
kerajaan ghaib angkawaya. Sadar dengan hari yang sudah semakin senja, ulak amat
bergegas pulang menuju perkampungan dan melupakan tujuannya untuk mandi dan
menikmati kesegaran air sungai tabur pahajatan tersebut.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Sesampainya di perkampungan,ulak amat bergegas
menuju tempat orang kampong berkumpul dan menceritakan pengalaman aneh yang dia
temui ketika akan mandi di sungai tabur pahajatan, orang kampong pun terkejut,
ada yang percaya, ada yang merasa takut untuk ketempat itu, namun ada pula yang
penasaaran ingin membuktikan apa yang dikatakan oleh ulak amat.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Senja keesokan harinya, 2 orang pemuda yang
bernama Udin dan Adul berangkat menuju tempat pemandian yang dikatakan ulak
amat, 2 pemuda ini memang orang yang mudah penasaran dan tidak penakut, mereka
ingin membuktikan apa yang sudah mereka dengar. Tepat ketika matahari hamper
tebenam, mereka bergegas menuju tempat tersebut. Saat semakin dekat dengan
sungai, mereka sayup-sayup mendengar percakapan banyak orang di sungai
tersebut, mereka kemudian mengintip dan menyaksikan batu-batu yang ada di
sungai itu berbicara bahkan ada yang tertawa, sadarlah mereka dengan apa yang
terjadi dan ternyata apa yang dikatakan oleh ulak amat bukanlah suratu
kebohongan, dengan sangat hati-hati mereka kembali ke perkampungan dan
menceritakan apa yang baru saja mereka alami.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Kini penduduk kampong sadar bahwa tempat
pemandian yang sering mereka gunakan adalah tempat yang angker dan penuh
misteri, sebagian mereka ada yang tidak berani untuk meraktifitas di sungai itu
dan sebagian lainnya tetap ke sungai itu untuk berkatifitas seperti mandi,
mencuci dan sebagainya. Ketika jumlah penduduk kampung bertambah banyak, masyarakat
lalu bermusyawarah untuk memberi nama kampung mereka, singakat cerita, mereka
lalu menyepakati nama baru bagi kampung mereka, yaitu: Batumandi. </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Sekarang Batumandi sudah berubah menjadi tempat
yang sangat ramai dan cukup padat penduduknya, dan cerita ini secara turun
temurun dan dari generasi ke generasi tetap menjadi santapan enak, baik
menjelang tidur maupun sekedar cerita melepas lelah.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: Calibri;">Sumber :
http://lazuardibtm.blogspot.com/2013/02/cerita-asal-muasal-penamaan-desa.html?m=1</span></span></span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-91190560839391237442015-05-13T05:30:00.001-07:002015-05-13T06:47:12.851-07:00Asal Usul Nama Kota Amuntai<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1o2EaR4vZWrlaR08cDhj5UMD0zxsFx_VISSNWxiUrqwvgr6wAs4EA6-56Zar4aYehoIyqaiuWxy8Ys67SsGdl17YrA5MHa27Hmdq9ZUoLGednSoEgP2RdL7b2Gmjk7KW1mLSNsdikeb9q/s1600/Amuntai.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="425" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1o2EaR4vZWrlaR08cDhj5UMD0zxsFx_VISSNWxiUrqwvgr6wAs4EA6-56Zar4aYehoIyqaiuWxy8Ys67SsGdl17YrA5MHa27Hmdq9ZUoLGednSoEgP2RdL7b2Gmjk7KW1mLSNsdikeb9q/s640/Amuntai.JPG" width="640" /></a></div>
<span style="font-size: 12pt;">Cerita
atau riwayat tentang kota
“Amuntai” ini tidak begitu jelas, karena kurangnya bahan-bahan tertulis.</span><br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Hanya
ada kabar yang tertua yang tertulis dalam kitab “Negara Kertagama” (1365 M)
hasil karya Empu Prapanca di zaman kerajaan Majapahit. Pada kitab tersebut
menyebutkan nama Barito, Sawuku dan Tabalong. Justru yang dimaksud Prapanca
tersebut adalah didaerah Kalimantan Selatan ini. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Ketika
Empu Jatmika dengan ekspedisinya berkapal “Prabayaksa”, awal memasuki daerah
“Kahuripan” yang disini sudah ada penguasanya berkedudukan di “Palimbang Sari”
(sekarang Desa Palimbangan), maka Empu Jatmika membangun percandian “Candi
Agung”. Empu Jatmika memproklamasikan dirinya sebagai “Raja Sementara di
Candi”, dan ia sekallgus memberikan nama daerah itu “Negara Dipa”. Nama Negara
Dipa berasall dari bahasa Sansekerta, yang berarti “Negeri bercahaya terang
benderang”.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Pusat
kerajaan Negara Dipa dengan percandian "Candi Agung” yang beraliran Hindu
terletak tidak jauh dari tepian kali Tabalong, yaitu dekat pertigaan sungai
Tabalong, sungai Balangan dan sungai Negara. Tepatnya sekarang di bantaran
sungai kecil Pamintangan, disinilah areal Candi Agung. hal tersebut terjadi
pada abad XIV Masehi (14 M).</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Kemudian,
sejak kapan munculnya nama “Amuntai” atau “Hamuntai”..???, ceritanya bersimpang
siur. Menurut penuturan para orang tua disekitar Candi Agung, bahwa nama
“Amuntai” berasal dari penemuan banyaknya buah-buah “Muntai” di tepian sungai
sekitarnya, sehingga ia diberikan nama untuk nama kota ini. Akan tetapi, sampai sekarang ini,
orang belum dapat mengetahui bagaimana wujud dari buah tersebut. Dan para
Arkeolog berkemungkinan bahwa buah tersebut telah punah.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Sementara
itu, jika mengacu pada Surat Keputusan Sultan Adam al-Wasyikbillah, tanggal 20
Rabiul Awwal 1263 (1843 M), mengenai hak apanage keluarga Raja-raja Banjar,
sudah disebutkan nama Kota Amuntai, Babirik, Sungai Karias, Tanah Habang,
Kusambi, Lampihong, Tabalong, Halabio, Bitin, Danau Panggang, Paran dan
Balangan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Begitupun
pada 21 Maret 1865, sewaktu Asisten Residen K.W.Tiedtke memerintah daerah ini
(termasuk Alai, Amandit, Tabalong dan Kelua)
ternyata kotanya telah bernama “Amuntai”.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Selanjutnya
lagi M.Halaweijn, seorang pejabat tinggi Belanda di Borneo, dalam laporannya
yang berjudul “A Journey To Banua Lima in The Year 1825” (Laporan Perjalanan ke
Banua Lima Tahun 1825) tercantum dalam “Tijdschrift Voor Nederland Indie”, te
Jaargang, vol.2 (1838), antara lain menyebutkan bahwa perjalanannya naik perahu
dari Marabahan (24 Nopember 1825) menyusuri Sungai Negara, Sungai Banar,
melihat perkampungan rakyat yang indah di Amuntai, lalu terus ke Kelua dan
seterusnya.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Maka
dari beberapa catatan diatas, yang tertua adalah laporannya M.Halawijn (1825)
bahwa disini kotanya sudah bernama Amuntai. Namun masih ada satu petunjuk lain
yang perlu kita cermati. Sebuah buku karya Johannes Jacobus Rass yang berjudul
“Hikayat Banjar”, A Study in Malay Historiography” yang diterbitkan di
s’Gravenhage (Negeri Belanda) tahun 1968, menceritakan bahwa setelah huru-hara
Banjarmasin diserang dan diberondong tembakan meriam-meriam oleh VOC / Belanda
pada tahun 1606, dimana pahlawan-pahlawan Banjar berhasil membunuh semua awak
kapal Belanda itu, namun pada akhirnya pusat kerajaan Banjar di Kuin itu
terpaksa ditinggalkan dan mereka berevakuasi ke Kayu Tangi, Martapura.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Penguasa
Sultan Musta’inullah sebelum berevakuasi ke Kayu Tangi, ia
sempat beradu pendapat dengan para bawahannnya mengenai alternatif, kemana
pusat pemerintah Kerajaan Banjar ini sebaiknya dipindahkan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Ada</span><span style="font-family: "Times New Roman";"> salah seorang petinggi kerajaan yang
mengusulkan agar kembali saja ke “Hamuntai” (di Negara Dipa) sebagai tanah
leluhur mula jadinya Empu Jatmika ini. Namun Sultan Musta’inullah tetap
bersikukuh dengan pilihannya dan mengatakan bahwa : “Kita Jangan Babulik Lagi
Ka Hamuntai, Karana Aku dapat Mimpi, Ada Teguran dari Leluhur Kita Pangeran
Suryanata, Labih Baik Kita Mambuka Nagari Hanyar di Sungai Mangapan
(Tambangan)”. Arahan Sultan ini disetujui oleh para pengikutnya, lalu membangun
negeri baru tersebut. Namun tidak lama di Mangapan, 10 tahun kemudian, pusat
pemerintahan berpindah kembali ke Kayu Tangi, Martapura. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Dari
cuplikan buku JJ.Rass diatas (halaman 464) terdapat nama “Hamuntai” yang
tertulis sebagai direncanakan untuk pusat kerajaan sesudah Kuin di Banjarmasin
dan sebelum Kayu Tangi di Martapura. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun
1606, yaitu di tahun-tahun awal merajalelanya Imperialis / Kolonialis VOC /
Belanda di Kalimantan Selatan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Sumber
lain yang ditemukan dalam penelitian sejarah didaerah ini, pada tahun-tahun
pasca huru-hara Banjarmasin,
ada diantara petugas VOC yang datang keareal Candi Agung di Amuntai untuk
meninjau daerah cikal-bakal Empu Jatmika tersebut. Masyarakat di sana sangat membanggakan
Candi Agung kepada setiap tamu yang datang. Percandian tersebut letaknya di
“Mungkur” yang agak ketinggian, oleh mereka disebut “Gunung”, Menjadi kebiasaan
masyarakat disekitar menyebutnya “Gunung Candi”, sehingga bagi orang yang ingin
pergi ke lokasi itu, dikatakannya “Pergi Ke Gunung”. Bagi orang Barat, istilah
“Gunung” ini menunjukkan nama suatu areal yang dimaksud, yaitu “Gunung Candi
Agung” (A Mountain Candi Agung).</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Masyarakat
disana umumnya selalu suka meniru-niru istilah asing, walaupun lidahnya tidak
mampu mengucapkan secara sempurna. Kadang-kadang juga pendengaran tidak sesuai
dengan ucapan, sehingga istilah yang berasal dari “A Mountain” itu menjelma
menjadi “Amunten” dan berubah lagi menjadi “Amuntai”.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman";">Pada
akhirnya, jika bertolak dari huru-hara penyerangan VOC / Belanda terhadap
Banjarmasin pada tahun 1606, kemudian pada tahun 1615 Inggris membuka Faktory
(Kantor Dagang di Kayu Tangi), wajarlah jika para pedagang Inggris tersebut
meninjau “Gunung Candi” di Amuntai, yang oleh masyarakat disebutkannya “A
Mountain” atau “Amuntai” hingga sekarang. </span></span></div>
</div>
<span style="font-size: 12pt;">
</span></div>
</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-3069269822691476312015-05-13T05:08:00.001-07:002015-05-13T06:20:34.523-07:00Asal Usul Batu Benawa<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
</span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: 12pt;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3rexCR2rkG6XcNBHxuwGkjSPX9dWr-GXfuRGh0ISchpHzrXAb4ou3qJR7stfS-xWbKN4JYN5QW5GvHmduTrRrwPW7cBCegVek2WqdJaPLEFa897iTCIfZJcHpAjJnFTTco5po64uPkkD3/s1600/pagat-batu-benawa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3rexCR2rkG6XcNBHxuwGkjSPX9dWr-GXfuRGh0ISchpHzrXAb4ou3qJR7stfS-xWbKN4JYN5QW5GvHmduTrRrwPW7cBCegVek2WqdJaPLEFa897iTCIfZJcHpAjJnFTTco5po64uPkkD3/s640/pagat-batu-benawa.jpg" width="640" /></a></span></div>
<span style="font-size: 12pt;">Konon pada jaman dahulu kala, di
Desa Pagat, Kalimantan Selatan, hiduplah seorang janda tua bernama Diang
Ingsung dengan seorang anaknya yang bernama Raden Penganten. Kehidupan mereka
berdua diliputi dengan rasa kasih sayang, karena keluarga itu hanya terdiri
dari dua orang sehingga tidak ada anggota keluarga lain tempat membagi
kecintaannya.</span><br />
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
Kehidupan mereka sangat
sederhana. Mereka hanya hidup dari alam sekitarnya, tanaman hanya terbatas pada
halaman rumahnya, demikian pula perburuannya terbatas pada binatang-binatang
yang ada di sekitar desa mereka.<br />
<br />
Karena itulah maka pada uatu hari
Raden Penganten berminat untuk pergi merantau, mencari pengalaman dan kehidupan
baru di negeri orang. Demikian keras kehendak Raden Penganten, sehingga
walaupun ia dihalang-halangi dan dilarang ibunya, ia tetap juga pada
kemauannya.<br />
<br />
Akhirnya, si ibu hanya tinggal
berpesan kepada anak satu-satunya yang ia kasihi, agar anaknya membelikan
sekedar oleh-oleh apabila anaknya kembali dari perantauan. Maka, berangkatlah
Raden Penganten ke sebuah negeri yang jauh dari desanya. Di sana ia dapat memperoleh rezeki yang banyak,
karena selalu jujur dalam setiap perbuatannya. Di sana ia dapat pula menabungkan uangnya hingga
dapat membeli barang-barang yang berharga untuk dapat dibawa kembali kelak. Di
perantauan, Raden Penganten dapat pula menikah dengan seorang putri dari negri
tersebut yang cantik paras mukanya.<br />
<br />
Demikianlah maka Raden Penganten
dapat tinggal di perantauannya, untuk beberapa tahun lamanya. Pada suatuketika
timbullah niat Raden Penganten untuk kembali ke negerinya dan menjumpai ibunya
yang telah lama ia tinggalkan.<br />
<br />
Dibelinya sebuah kapal, lalu
dipenuhi dengan barang-barang. Pada saat yang telah ditentukan, berangkatlah ia
bersama istrinya menuju kampung halaman di mana ibunya tinggal. Berita
kedatangannya itu terdengar pula oleh ibunya. Ibunya yang sekarang telah tua,
dengan sangat tergesa-gesa datang ke pelabuhan untuk menjemput anaknya yang
tercinta.<br />
<br />
Namun ketika sampai di pelabuhan,
betapa kecewanya hati Diang Ingsung, jangankan mendapat oleh-oleh yang
dipesannya dulu, mengakui dirinya sebagai ibu yang telah melahirkannya pun,
Raden Penganten tidak mau. Rupanya, di depan istrinya yang cantik jelita, ia
merasa malu mengakui Diang Ingsung yang telah tua renta dan berpenampilan
sangat bersahaja itu sebagai ibunya.<br />
<br />
Betapa besar rasa kecewa dan
sakit hati Diang Ingsung. Tapi ia masih berusaha menginsafkan anaknya yang
durhaka itu, tapi Raden Penganten tetap membantah dan tetap tidak mau mengakui
ibunya itu. Ia malahan membelokkan kapalnya mengarah ke tujuan lain
meninggalkan pelabuhan dan Diang Ingsung yang hancur hatinya karena perbuatan
anaknya yang durhaka.<br />
<br />
Dengan hati yang penuh diliputi
rasa kecewa dan putus asa, Diang Ingsung lalu memohon kepada yang Maha Kuasa
agar anaknya mendapat balasan yang setimpal dengan kedurhakaan terhadap
dirinya.<br />
<br />
Seketika itu juga datanglah badai
dan topan menghempaskan kapal Raden Penganten hingga pecah menjadi dua. Tentu
saja seluruh isi kapal itu termasuk anaknya yang durhaka tenggelam dan binasa.
Adapun bekas pecahan kapal itu kemudian berunah menjadi gunung batu yang
kemudian dinamakan Gunung Batu Banawa.</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
Pesan Moral:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #660000;"><i>Perbuatan durhaka terhadap orang
tua sangat dimurkai oleh Tuhan. Seorang anak seharusnya berbakti, mengasihi dan
menyayangi orangtua yang telah melahirkan, mengasuh dan membesarkannya</i></span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-76804490444613166982012-12-13T20:23:00.000-08:002013-07-08T20:24:02.198-07:00Gerakan Melestarikan Rumah Adat dengan Miniatur<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
Melestarikan Rumah Adat bukan saja dengan memelihara atau memugar Rumah Adat Banjar yang sudah ada, dengan memelihara agar tetap ada itu lebih baik tanpa menghilangkan keaslian rumah adat tersebut.</span><br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">
Ada beberapa type Rumah Adat Banjar yang sekarang sudah mulai langka ditemukan, yaitu Rumah Adat Bubungan Tinggi yang dijadikan Maskot Daerah Kalimantan Selatan dan telah dijadikan logo Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan.<br />
</span><br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">
Walaupun ada keadaannya sangat memprihatinkan terbengkalai dan dibiarkan lapuk dimakan zaman, Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi yang ditinggalkan memang hak Ahli Waris yang memiliki terserah mau diapakan, namun alangkah baiknya Instansi terkait ikut serta untuk melestarikannya karena Rumah Adat Bubungan Tinggi telah dijadikan Maskot Propinsi.</span></span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">
Ada beberapa rumah Adat Bubungan Tinggi di Martapura yang keadaannya sangat memprihatinkan. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_YTTJNQ6pX1DdUwSxFCwng0NViI7ZOITO7NAN7YxQoCgSUleYwb2YW7FKdUWZ8oOIZeIYOyba2HwI-ZCD67SLzPZ_Zp-yXY-k2mA5su9efPrfKOV7j6eGBAivB9TrAMuWDAnBHcov2CMD/s1600/Bincau+Muara.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_YTTJNQ6pX1DdUwSxFCwng0NViI7ZOITO7NAN7YxQoCgSUleYwb2YW7FKdUWZ8oOIZeIYOyba2HwI-ZCD67SLzPZ_Zp-yXY-k2mA5su9efPrfKOV7j6eGBAivB9TrAMuWDAnBHcov2CMD/s640/Bincau+Muara.JPG" width="640" /></a>
</span><br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">
Lokasi rumah di Desa Bincau Muara</span></span></div>
<span style="font-size: 12pt;">inilah satu-satunya rumah Adat Bubungan Tinggi mulai Desa Bincau sampai Desa Tunggul Irang</span><br />
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span>
<span style="font-size: 12pt;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo5Yw0ZnSVfiFpdR249LeOM9dUxyU5B0WdZyE2TUJ7hyphenhyphenxraUps9TyQhKvLtD3yHKt9srZIQWkim0NcBzgnUNq4IbKaxOMggIezpnQmVojsrofYmomn8yG6WNbl3dGv7kJOxQyQ8fR0z_-v/s1600/Bubungan+Tinggi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo5Yw0ZnSVfiFpdR249LeOM9dUxyU5B0WdZyE2TUJ7hyphenhyphenxraUps9TyQhKvLtD3yHKt9srZIQWkim0NcBzgnUNq4IbKaxOMggIezpnQmVojsrofYmomn8yG6WNbl3dGv7kJOxQyQ8fR0z_-v/s640/Bubungan+Tinggi.jpg" width="640" /></a>
</span><br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">
Lokasi rumah di Kelurahan Keraton Martapura<br />
Rumah Adat ini berlokasi dibelakang sebuah Musholla <br />
</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiupoGAmHtUy7aeRQlAtv33Onhpqds1q_h0uI2fgZKjdS7taXcdzO5HhvvsAr5lcNLedLrMlqiiFIOFIK6-GnNDhU249-1hVu5eeuH6bw_BiZqxiz_-QpDY3peG3zvoxY53N4O30h0elfJX/s1600/pandak+daun.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiupoGAmHtUy7aeRQlAtv33Onhpqds1q_h0uI2fgZKjdS7taXcdzO5HhvvsAr5lcNLedLrMlqiiFIOFIK6-GnNDhU249-1hVu5eeuH6bw_BiZqxiz_-QpDY3peG3zvoxY53N4O30h0elfJX/s640/pandak+daun.jpg" width="640" /></a> </span></span></div>
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">
</span></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcsSq8fmU0-7sK_DUTXH89ZHsHJGst62eAQ775QdTtXzN3-iFFEC6SXLWLpvt0QsOqjRO0KBLA2ZoMPp7jyaKdoV9yw1grapp7TtWT2z2iJaeFSHpkhpZvUOZyudgehgZ0xGapFy55KFC3/s1600/pandak+daun1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcsSq8fmU0-7sK_DUTXH89ZHsHJGst62eAQ775QdTtXzN3-iFFEC6SXLWLpvt0QsOqjRO0KBLA2ZoMPp7jyaKdoV9yw1grapp7TtWT2z2iJaeFSHpkhpZvUOZyudgehgZ0xGapFy55KFC3/s640/pandak+daun1.jpg" width="640" /></a></span></span></div>
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">
</span></span>
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">
Lokasi rumah di Desa Pandak Daun Karang Intan<br />
Bagian lantai, tawing, atap dan anjungan telah hancur namun ornamen bagian dalam masih utuh<br />
</span>
</span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span>
</span></span><br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">
Untuk gerakan meminiaturkan rumah adat ini kami minta Like dan Share sebanyak-banyaknya di photo dibawah ini, klik diphoto maka anda akan masuk di Album Photo Gerakan Melestarikan Rumah Adat Banjar Miniatur setelah beri silahkan berikan jempol :<br />
</span></span></span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><a href="http://www.facebook.com/photo.php?fbid=612970672060048&set=a.545338575489925.130781.100000413624261&type=1&theater"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjds3v4nHDkxxwdLo1OTfJXytXFcCRh7GaLYBJ2Ws8ZWYoKIcDoBZfoYHU3AtMAVyGE-SGcpAtA4oXVtV2eJgE6ESbZ8-tADEAlvTcWAFJgj_POGLgs3fUL25cKWFJhXaUhuBz2YQeYU13f/s640/Miniatur.jpg" width="640" /></a></span></span></span></div>
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">
</span></span></span></div>
<div class="fullpost">
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
<span style="font-size: 12pt;">
</span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-69369552997965101752012-12-12T19:44:00.000-08:002012-12-12T19:54:38.236-08:00Ratu Zalecha<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_wcPxOW_tiTTqTHujj2ex0Rq6lOHbjkjl0xIb3H5-Cq4Mx-n00UercucymE_l4n1fYGjXt0R-BuniObMpWr26I-4lBPQGasqsUTb1ITzkpA_UGwq8xe_gpUGx0AaNQ2z22eyGjAgelQWI/s1600/Ratu+Zaleha.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_wcPxOW_tiTTqTHujj2ex0Rq6lOHbjkjl0xIb3H5-Cq4Mx-n00UercucymE_l4n1fYGjXt0R-BuniObMpWr26I-4lBPQGasqsUTb1ITzkpA_UGwq8xe_gpUGx0AaNQ2z22eyGjAgelQWI/s320/Ratu+Zaleha.JPG" width="240" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;"><i><b>Ratu Zaleha adalah satu dari sedikit pejuang wanita di
Nusantara yang gagah berani membela tanah airnya dari cengkeraman kuku
penjajahan Belanda. Bersama sang suami, Gusti Muhammad Arsyad bin Gusti
Muhammad Said, Ratu Zaleha adalah penerus perjuangan Pahlawan Nasional Perang
Banjar Pangeran Antasari. </b></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">
Ratu Zaleha (Gusti Zaleha) dan Gusti Muhammad Arsyad
memiliki hubungan kekerabatan sangat dekat. Orangtua Ratu Zaleha: Sultan
Muhamad Seman dan orangtua Gusti Muhammad Arsyad: Gusti Muhammad Said adalah
anak Pangeran Antasari. Jadi antara Ratu Zaleha dan Gusti Muhammad Arsyad
terhitung saudara sepupu sekali.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">
Pangeran Antasari bersama Pangeran Hidayatullah, Demang
Leman, Penghulu Rasyid, Tumenggung Jalil, Tumenggung Surapati, Haji Buyasin dan
pejuang-pejuang Banjar lainnya bahu-membahu mengobarkan perang melawan
kolonialisme Belanda. Perang permusuhan terhadap Belanda tak berhenti setelah
sejumlah tokoh gugur atau diasingkan keluar pulau. Perlawanan dilanjutkan oleh
anak keturunannya meski harus menderita kelaparan kekurangan makanan, keluar
masuk hutan rimba pedalaman Kalimantan dan setiap waktu diintai maut karena
menolak tunduk kepada Belanda.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">
Salah satu pejuang yang pantang menyerah kepada Belanda
adalah Ratu Zaleha. Ratu Zaleha akhirnya berjuang sendirian setelah suaminya
Gusti Muhammad Arsyad ditangkap Belanda pada 4 Januari 1904 (kemudian
diasingkan ke Bogor) dan ayahnya Sultan Muhammad Seman tewas dalam pertempuran
di Bomban Kalang Barat, hulu Beras Kuning, Sungai Menawing, pedalaman Barito,
24 Januari 1905. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">
Setelah tertangkap dan gugurnya para tokoh pejuang ini,
Ratu Zaleha pun menjadi target utama yang paling dicari Belanda. Walau
menderita kelelahan fisik dan batin luar biasa karena menjadi buruan Belanda,
Ratu Zaleha menolak menyerah. Ia terus melawan. Bahkan, senjata kelewang Ratu
Zaleha pernah memotong leher serdadu Belanda dalam suatu pertempuran di Barito.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">
Anggaraini Antemas dalam artikelnya di Harian Utama edisi
26 September 1970 yang berjudul ‘Mengenang Kembali Perdjuangan Pahlawan Puteri
Kalimantan Gusti Zaleha’, menyebutkan dalam suatu medan perang di lembah Barito
Ratu Zaleha terkepung pasukan Belanda. Hutan di sekitarnya dibakar oleh pasukan
Belanda hingga menjadi lautan api. Di bawah desingan peluru dan kepungan
api yang membakar, Gusti Zaleha keluar mempertahankan hidupnya yang terakhir.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">
“Rambutnya yang cukup panjang dan disanggul rapi telah
putus dilanda peluru. Sedang lengannya yang kiri ditembus pula oleh peluru yang
lain sehingga badannya bergelimang merah darah. Baju dan celana compang camping,
darahnya mengalir membasahi tubuh, namun air matanya tak pernah jatuh
setetespun menyesali perbuatannya itu. Wasiat almarhum ayah dan suaminya
sebelum masuk perangkap Belanda tetap dipegang teguh,” tulis Anggraini. Untuk
sementara Ratu Zaleha dapat meloloskan diri dari kepungan maut peluru dan api
yang dahsyat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">
Bujukan menyerah dari Belanda tak mampu meluluhkan hati
Ratu Zaleha. Perlawanan Ratu Zaleha berakhir di awal tahun 1906. Menurut Gusti
Hindun, keponakan Ratu Zaleha yang juga putri Gusti Muhammad Arsyad, pejuang
wanita Banjar ini akhirnya tertangkap setelah pelarian seusai aksi bumi hangus
Belanda. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">
Setelah terus diburu tanpa henti oleh tentara Belanda, Ratu
Zaleha menyelamatkan diri di sebuah rumah penduduk. Oleh tuan rumah ia
ditawari untuk membersihkan badan dan pakaian yang kotor. Usai mandi, tanpa
sempat beristirahat ia sudah siap dijemput pasukan tentara Belanda yang telah
menunggunya di pekarangan rumah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">
“Beliau masuk ke rumah penduduk dan setelah membersihkan
badan, di luar halaman rumah sudah penuh tentara Belanda,” kata Gusti Hindun,
85 tahun kepada KabarBanjarmasin.com.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">
Menurut Anggaraini, peristiwa tertangkapnya Ratu Zaleha itu
karena pengkhianatan penduduk. Dari Barito, Ratu Zaleha dibawa ke Banjarmasin
dan selanjutnya diasingkan ke Bogor (di kawasan Keramat Empang Bogor) untuk
berkumpul dengan suaminya Gusti Muhammad Arsyad.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Ratu Zaleha dan Gusti Muhammad Arsyad kemudian
dipulangkan ke Banjarmasin oleh pemerintah Belanda pada tahun 1937. Sempat
menikmati suasana Indonesia Merdeka, Ratu Zaleha akhirnya berpulang ke
rahmatullah pada 24 September 1953 dalam usia lebih 70 tahun. Sementara Gusti
Muhammad Arsyad telah mendahului meninggal dunia pada tahun 1941 dalam usia 73
tahun. Jenazah Ratu Zaleha dimakamkan di Komplek Makam Pahlawan Perang Banjar
di Jalan Masjid Jami Banjarmasin</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Sumber : http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/ratu-zaleha-pahlawan-wanita-dari-kalimantan.html</span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-63028909355591541732012-12-04T10:36:00.003-08:002018-04-13T10:54:30.129-07:00Miniatur Rumah Adat Banjar<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><i style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><b><span style="color: black; float: left; font-size: 50px; line-height: 30px; padding-right: 5px; padding-top: 5px;">B</span></b></i><i><b>angunan Rumah Adat Banjar</b></i> diperkirakan telah ada sejak abad ke-16, yaitu ketika daerah Banjar di bawah kekuasaan Pangeran Samudera yang kemudian memeluk agama Islam, dan mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah dengan gelar Panembahan Batu Habang. Sebelum memeluk agama Islam Sultan Suriansyah tersebut menganut agama Hindu. Ia memimpin Kerajaan Banjar pada tahun 1596–1620. Pada mulanya bangunan rumah adat Banjar ini mempunyai konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang ke depan. </span><br />
<span style="font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Namun perkembangannya kemudian bentuk
segi empat panjang tersebut mendapat tambahan di samping kiri dan kanan
bangunan dan agak ke belakang ditambah dengan sebuah ruangan yang
berukuran sama panjang. Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut
disumbi. Bangunan tambahan di samping kiri dan kanan ini tampak
menempel (dalam bahasa Banjar: Pisang Sasikat) dan menganjung keluar.
Bangunan tambahan di kiri dan kanan tersebut disebut juga anjung;
sehingga kemudian bangunan rumah adat Banjar lebih populer dengan nama
Rumah Ba-anjung.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Adapun Jenis-jenis Rumah Adat Banjar adalah :</span></span><br />
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">1. Bubungan Tinggi</span></span><br />
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">2. Gajah Baliku</span></span><br />
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">3. Gajah Manyusu</span></span><br />
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">4. Palimbangan</span></span><br />
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">5. Palimasan</span></span><br />
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">6. Balai Bini</span></span><br />
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">7. Balai Laki</span></span><br />
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">8. Tadah Alas</span></span><br />
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">9. Cacak Burung/Anjung Surung</span></span><br />
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">10. Bangun Gudang </span></span><br />
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span>
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Dengan tujuan untuk melestarikan Rumah Adat Banjar, kami coba berkreasi dengan membuat </span>Miniatur Rumah Adat Menggunakan Kayu</span><br />
<br />
<span style="font-size: 12pt;"><i><span style="color: red;"><b><span style="font-size: large;">Lamun Urang Kreatif Supan manciplak nang sudah kami ulah .... !!! </span></b></span></i></span><br />
<br />
<div style="text-align: left;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5kdUxeYWrBIspK6XKtWhQzEKw_u6yrHcVmWT6gLuXnBb3R3FkSrUnLSNOn4ouUxfkrDVQWGgzFTWp1a4eaOKJV5oTtFHn_7yPHWrnpwcuJhV2tsI1CIQPz6RebQVguoU-FmZS_ItKC3Fr/s1600/PATEN.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="120" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5kdUxeYWrBIspK6XKtWhQzEKw_u6yrHcVmWT6gLuXnBb3R3FkSrUnLSNOn4ouUxfkrDVQWGgzFTWp1a4eaOKJV5oTtFHn_7yPHWrnpwcuJhV2tsI1CIQPz6RebQVguoU-FmZS_ItKC3Fr/s640/PATEN.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-size: 20pt;"><span style="color: red;"><b><span style="font-size: large;"></span></b></span></span></div>
<span style="font-size: x-large;"><br /></span></div>
<span style="font-size: 12pt;">Miniatur Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://www.facebook.com/Rusman.eff"><img alt="https://www.facebook.com/Rusman.eff" border="0" height="536" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQJrxm-QFtDnQ-pK5c62wkpbpXUHseqau914bbkUpjfskqIn5BD42nH4KhrnXw43MyfzPtyK7BfUNUEGkCwng8DD39AgE0F79v7A8jo37r9Uo0utI9eT9q6INB7r7XaEQnpnehkvMTv1SI/s640/Bubungan+Tinggi.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
<a href="https://www.facebook.com/Rusman.eff"></a></div>
<br />
<span style="font-size: 12pt;">Miniatur Rumah Adat Banjar Gajah Baliku</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://www.facebook.com/Rusman.eff"><img alt="https://www.facebook.com/Rusman.eff" border="0" height="534" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpR-10E-TgdXjRtaz199A9H0jLUqjApNFCq_IQ3yrwep8ssDl0IE56s-ATEZItyY1yCdcXDoZCkTyb5cVxmDZwXSWWoFLnzb8jLMgRSpE38M517e0XNjjonOTmKBEne1wqakPpxa1h7P6z/s640/Gajah+Baliku.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="font-size: 12pt;">Miniatur Rumah Adat Banjar Palimbangan</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8Jk5rAoIdA6dUXQmn7U8q6zqxkMEZwyWxiFOjAVeKiu4ewD18JRAeFXMlJaQsTtipgGICSfU-FGrq6CDIdML_zi3Fipe23BQlqEBG8etn3GfuVi10PhLl3hfSgWr0MA8A_fn8UwWYGt5r/s1600/Palimbangan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="536" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8Jk5rAoIdA6dUXQmn7U8q6zqxkMEZwyWxiFOjAVeKiu4ewD18JRAeFXMlJaQsTtipgGICSfU-FGrq6CDIdML_zi3Fipe23BQlqEBG8etn3GfuVi10PhLl3hfSgWr0MA8A_fn8UwWYGt5r/s640/Palimbangan.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="font-size: 12pt;">Miniatur Rumah Adat Banjar Gajah Manyusu</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV02kB604Lr-P9cQP9BMsvBXchK1ouZmqCBcu4JwP5Zmzi8UJu-jD8omXJC2Y-nk6XVVHaJw9tL6V2URHd3-T2UxG32mbwj8sfbWiUoFC7IUHo2Y50QUyH0go_7rM_ol6BXxzis2GRvOQ-/s1600/Gajah+Manyusu.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="536" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV02kB604Lr-P9cQP9BMsvBXchK1ouZmqCBcu4JwP5Zmzi8UJu-jD8omXJC2Y-nk6XVVHaJw9tL6V2URHd3-T2UxG32mbwj8sfbWiUoFC7IUHo2Y50QUyH0go_7rM_ol6BXxzis2GRvOQ-/s640/Gajah+Manyusu.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="font-size: 12pt;"></span></div>
</div>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://www.facebook.com/Rusman.eff"></a></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Miniatur Rumah Adat Banjar Palimasan</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMXBLfGsB3LxpNOj0-qK-NhKuBeoayfxVgYOK_CVaQRQ1axzweWkEbOSvt2zFNfl-vOmwS6bN5-XAXgaYvhXoRHn3CNoWWalmBQZxZmb88bOPO_YpIwf4RNYkdlowtqVv-6lGI05nkQnMn/s1600/Palimasan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="536" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMXBLfGsB3LxpNOj0-qK-NhKuBeoayfxVgYOK_CVaQRQ1axzweWkEbOSvt2zFNfl-vOmwS6bN5-XAXgaYvhXoRHn3CNoWWalmBQZxZmb88bOPO_YpIwf4RNYkdlowtqVv-6lGI05nkQnMn/s640/Palimasan.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<br /></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Miniatur Rumah Adat Banjar Balai Bini</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieaWYOi9YCnBUA-xLcC6UWNl9MLop9FSGoj6JpzBL2fgBPTMjH3KvpzWdp0A2Aj7oDF8hyphenhyphentsaKJAwYgFEggYeiaBWbvoc2_rZkpC0fkKqJTcq45Yp0SFY2l_Xa7rmf9ncVFpnkLQV1M8gJ/s1600/Balai+Bini.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="536" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieaWYOi9YCnBUA-xLcC6UWNl9MLop9FSGoj6JpzBL2fgBPTMjH3KvpzWdp0A2Aj7oDF8hyphenhyphentsaKJAwYgFEggYeiaBWbvoc2_rZkpC0fkKqJTcq45Yp0SFY2l_Xa7rmf9ncVFpnkLQV1M8gJ/s640/Balai+Bini.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt; text-align: center;">
</div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Miniatur Rumah Adat Banjar Balai Laki</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg68lDNRb7wL9gjHWXkRldK2b1c_J9KEPL9Hvw-We2VUK3yB9SiZB3dak6p8YeopazBLmBjt2LLgxDWjwrE8cfqlA9jqyIH2qtrU5QBL5PRJJ5UdLNCB2EFQtBJnoae3lGFtMeHGkoY8FQA/s1600/Balai+Laki.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="536" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg68lDNRb7wL9gjHWXkRldK2b1c_J9KEPL9Hvw-We2VUK3yB9SiZB3dak6p8YeopazBLmBjt2LLgxDWjwrE8cfqlA9jqyIH2qtrU5QBL5PRJJ5UdLNCB2EFQtBJnoae3lGFtMeHGkoY8FQA/s640/Balai+Laki.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<br /></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<br /></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Miniatur Rumah Adat Banjar Cacak Burung (Anjung Surung)</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqjg9-YxileuMS_3ja2yxa20BFisWs-2vsnRnKNSmAwjG0Sc1nl7gqo4Rk_Hh6zSenxjp5yBur1Rp-FuMOxbD2ZYJZYxQROyz56Y57M26dlfV-PjpTz6_vTtNY6ZniHZFcreuLNelLL5jQ/s1600/Cacak+Burung.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="536" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqjg9-YxileuMS_3ja2yxa20BFisWs-2vsnRnKNSmAwjG0Sc1nl7gqo4Rk_Hh6zSenxjp5yBur1Rp-FuMOxbD2ZYJZYxQROyz56Y57M26dlfV-PjpTz6_vTtNY6ZniHZFcreuLNelLL5jQ/s640/Cacak+Burung.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt; text-align: center;">
<a href="https://www.facebook.com/Rusman.eff"></a></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Miniatur Rumah Adat Banjar Tadah Alas</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgujXvUmTWp0Zrywly_lWrgAKVfauPQtK5dLlc6cLWchf5mt7IiUuyAdXuKu0pD6uSLIzalb9LUY6OHgi119gL4swWjtReisFYJ0o0imNgjVOWLxLSMf7ejhu7n8a_JOVvp-xtR3G7EIpaX/s1600/Tadah+Alas.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="536" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgujXvUmTWp0Zrywly_lWrgAKVfauPQtK5dLlc6cLWchf5mt7IiUuyAdXuKu0pD6uSLIzalb9LUY6OHgi119gL4swWjtReisFYJ0o0imNgjVOWLxLSMf7ejhu7n8a_JOVvp-xtR3G7EIpaX/s640/Tadah+Alas.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt; text-align: center;">
<a href="https://www.facebook.com/Rusman.eff"></a></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Miniatur Rumah Anno 1925 yang pernah ada di Seberang Mesjid Sabilal Mutaddin Banjarmasin</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmI3aobIpXZ8WaDRUo0hxHVCUrIFCEzstvWINBEBTdDt0BKFqXBN_PYrsIYzY8-VQT2j6yakKB4atz6b0jxLCc21843AYkepJ3XjBdcbhZtpv5IKSNrgcnEMHIGMiF3FqbN2WZMWbb7X7U/s1600/Anno.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="534" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmI3aobIpXZ8WaDRUo0hxHVCUrIFCEzstvWINBEBTdDt0BKFqXBN_PYrsIYzY8-VQT2j6yakKB4atz6b0jxLCc21843AYkepJ3XjBdcbhZtpv5IKSNrgcnEMHIGMiF3FqbN2WZMWbb7X7U/s640/Anno.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjObI4m46-Y44GGUy-SfEGmtwN7Cu6E22cOgB5kv-lZuIiRb_qvnkeQmphXINdwson2JHw-m0lTqVzp9EjUeM6vspJ5IxduM_Zy5y_pPwB1MRNizKK-misNgStUJ4lBs1cRWYoaDM0_CgD8/s1600/Anno-M1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Miniatur Rumah Adat Bubungan Tinggi Full Warna</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt; text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9IG6MMofqlHxjxCaFaQJ41ZJYADVuGqw1I_pUpsOhvVTS29vyKMizxuB5FBk5V5lsUaxwOiAnElRHsNoZ9uu2opuW_CbKVi6nou_rU6qZod4Vq5UEoDflnlYXNkhOMOuDBl_-EPYRs4yF/s1600/Bubungan+Tinggi-1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="536" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9IG6MMofqlHxjxCaFaQJ41ZJYADVuGqw1I_pUpsOhvVTS29vyKMizxuB5FBk5V5lsUaxwOiAnElRHsNoZ9uu2opuW_CbKVi6nou_rU6qZod4Vq5UEoDflnlYXNkhOMOuDBl_-EPYRs4yF/s640/Bubungan+Tinggi-1.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<br /></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<span style="font-size: 12pt;">Yang Berminat Silahkan Hubungi : an. <a href="https://www.facebook.com/Rusman.eff"><span style="color: #0b5394;"><i><b>Rusman Effendi</b></i></span></a></span></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<b><span style="color: #990000;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><span style="font-size: 20pt;">WA. <a href="https://api.whatsapp.com/send?phone=6285247729772&text=Hallo%20Saya%20Pengunjung%20Rizaldy%E2%80%99s%20Weblog%20">0852.4772.9772</a></span></span></span></b><br />
<a href="https://api.whatsapp.com/send?phone=6285247729772&text=Hallo%20Saya%20Pengunjung%20Rizaldy%E2%80%99s%20Weblog%20"><b><span style="color: #990000;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><span style="font-size: 20pt;"> </span></span></span></b></a></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<a href="https://api.whatsapp.com/send?phone=6285247729772&text=Hallo%20Saya%20Pengunjung%20Rizaldy%E2%80%99s%20Weblog%20"><br /></a></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<span style="font-size: 12pt;"></span><br />
<br />
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: left;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://os.bikinaplikasi.com/download/rdsonline" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://os.bikinaplikasi.com/download/rdsonline" border="0" data-original-height="363" data-original-width="839" height="138" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLwaPN0leXHrd4kF-_Ek7jW6pfp3U169malFSstHqdHjsLvZ6SD580LW9cQxgm3RYt4PdVpik4cIkCi22rsEBWclFbMvS289VnB6Pbfv1nfbE8dPAH2nMsoNv5f_jiLKmYp3Nuk0abK8PO/s320/download.jpg" width="320" /></a></div>
</div>
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span>
<span style="font-size: 12pt;"><br /></span>
<span style="font-size: 12pt;"> </span><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 31.0779628753662px; line-height: 33.3112945556641px;">Kontak Person : 0853 4855 4947 </span></span></div>
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif; font-size: 12pt; line-height: 15.35pt;">Email : suryanata.com@gmail.com</span><br />
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<br /></div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizaQFVeB9dA5cMYnQ70bhiEu3fmcauygcv8oJvY2sd-b94Qo4YN7p-dvi_Ro6UXRiSiyJFFauFIlHChVrNojCk1Cwj7f3fhMzfmlFl34vUz1f4I35OMBg4Zv7hqX2GtI55owyPbgihu2yu/s1600/Denah+Galery.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="328" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizaQFVeB9dA5cMYnQ70bhiEu3fmcauygcv8oJvY2sd-b94Qo4YN7p-dvi_Ro6UXRiSiyJFFauFIlHChVrNojCk1Cwj7f3fhMzfmlFl34vUz1f4I35OMBg4Zv7hqX2GtI55owyPbgihu2yu/s640/Denah+Galery.jpg" width="640" /></a><span style="font-size: 12pt;"> Alamat : Jalan A. Yani Km. 39 No. 23D Gang Wiryo Utomo 2 Martapura Kalimantan Selatan </span></div>
</div>
<div style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt; text-align: left;">
<span style="font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="Times" style="font-family: times, 'times new roman', serif; line-height: 15.35pt; text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfIE5f_1QoHw3yryoPDVKVIu2voSkL19debb1V9LpHpvPZG2_eeU5WxK15Lqhvxnr80YS9VAEcdNfY2LF0SA2zaG8d4VWA-SRczrnX5P-h4dYE7pQKJKthR4jIFqKLbr2Kjikdsgj7sIW4/s1600/Full+Colur.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"> </span></span></span> </span></span></span></span></span></span>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-58060901673577894212012-10-06T09:28:00.000-07:002012-10-06T09:28:41.656-07:00Perang Banjar 2<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="color: #990000; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<i><b><span style="font-size: 12pt;">Pangeran Antasari "Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin"</span></b></i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div style="color: #990000;">
<i style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><b><span style="float: left; font-size: 50px; line-height: 30px; padding-right: 5px; padding-top: 5px;">S</span></b></i></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i style="color: #990000; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><b>setelah Pangeran Hidayatullah ditangkap, </b></i><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: 12pt;">maka perjuangan umat Islam Banjar dipimpin sepenuhnya oleh Pangeran Antasari, baik sebagai pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai pewaris Kesultanan Banjar. Untuk mengkokohkan kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan umat Islam tertinggi di Kalimantan Selatan, maka pada tanggal 14 Maret 1862,
bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah, dimulai dengan seruan: “Hidup untuk
Allah dan Mati untuk Allah,” seluruh rakyat, pejuang-pejuang, para alim ulama
dan bangsawan-bangsawan Banjar; dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari
menjadi ‘Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin’.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Tidak ada alasan lagi bagi
Pangeran Antasari untuk menolak, ia harus menerima kedudukan yang dipercayakan
kepadanya dan bertekad melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab
sepenuhnya kepada Allah dan rakyat.</span><br />
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Dengan pengangkatan ini
menyebabkan ia sekaligus secara resmi memangku jabatan sebagai Kepala
Pemerintahan, Panglima Perang dan Pemimpin Tertinggi Agama Islam.<br />
<br />
Pertempuran yang berkecamuk makin
sengit antara pasukan Khalifatul Mukminin dengan pasukan Belanda, berlangsung
terus di berbagai medan.
Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya
berhasil mendesak terus pasukan Khalifah. Dan akhirnya Khalifah memindahkan
pusat benteng pertahanannya di hulu Sungai Teweh. Pada awal Oktober 1862,
bertempat di markas besar pertahanan Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin
(Pangeran Antasari) di hulu Sungai Teweh diselenggarakan rapat para panglima,
yang dihadiri oleh Khalifah sendiri, Gusti Muhammad Seman, Gusti Muhammad Said
(keduanya putera khalifah sendiri), Tumenggung Surapati dan Kiai Demang Lehman.
Sedangkan para panglima yang lain-lain tidak bisa hadir, karena perhubungan
yang sulit dan letaknya jauh-jauh.<br />
“Adakah kabar penting Lehman ?”
Khalifah membuka percakapan. </span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">“Oo tidak … Tidak ada hal-hal
yang terlalu luar biasa,” jawab Lehman. “Hanya saja kami semua mendengar bahwa
Khalifah-sakit.” </span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">“Seperti yang kamu lihat sendiri,
Lehman …. penyakit orang-orang telah berumur. Tapi Insya Allah, aku akan sehat
kembali. Hanya buat sementara pimpinan perjuangan di sini kuserahkan kepada
mereka bertiga ini ….,” jawab Khalifah, Gusti Muhammad Seman, Gusti Muhammad
Said dan Tumenggung Surapati mengangguk, yang dibalas pula oleh Kiai Demang
Lehman.</span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Selanjutnya Kiai Demang Lehman
menyampaikan pesan para panglima dari Hulu Sungai dan Tanah Laut, yaitu Haji
Buyasin dan Kiai Langlang, yang tidak sempat hadir pada saat pelantikan
Khalifah serta permohonan maaf dan doa semoga khalifah cepat sembuh. “Kami
para panglima yang berada di daerah Hulu Sungai dan Tanah Laut telah berikrar
dan bertekad bulat dibawah pimpinan Khalifah untuk berjuang dan bertempur terus
di mana pun kami berada, selama Allah subhanahu wata’ala memberikan daya dan
kemampuan kepada kami.”</span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 12pt;">“Alhamdulillah…,” ucap Khalifah.
“Aku mengucapkan syukur dan terima kasih, kamu semua masih tetap menaruh
kepercayaan yang begitu besar demi kelangsungan perjuangan kepadaku. Karena itu
aku sungguh-sungguh yakin dan percaya, sekalipun aku kelak sudah tidak ada
lagi, kamu sekalian yang masih muda-muda ini, akan terus memimpin dan
melanjutkan perjuangan membela rakyat dan menegakkan syari’at Islam. Kepadamu
semua aku tidak dapat mewariskan apa-apa kecuali perjuangan ini. Kapan
berakhirnya perjuangan ini aku sendiri tidak tahu. Hanya yang pasti, perjuangan
manusia untuk menegakkan kebenaran dan keadilan akan terus berlangsung
sepanjang usia umat manusia.</span></div>
<br /></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Pembicaraan dalam pertemuan ini
beralih kepada Muhammad Said, putera Khalifah, dimana antara lain ia berucap:
“Sulit menemukan kesempatan seperti dalam pertemuan ini. Medan yang terpencar-pencar memaksa kita
tidak dapat selalu bertempur bersama, bertemu dan apalagi memperbincangkan
sesuatu. Namun demikian kita diikat oleh satu persamaan cita-cita dan tujuan,
yang dihidupkan dan digerakkan oleh semangat perang sabil. </span></div>
<br /></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">“Inilah…,” tekannya. “Tiga
setengah tahun sudah kita menjalani perang ini. Korban benda dan jiwa sudah
tidak terkatakan. Korban harta dan orang-orang yang kita cintai. Dan saya
sendiri sudah kehilangan se¬orang isteri, ipar dan mertua dalam perang ini.
Allah Maha Tahu apa artinya mereka semua bagiku..”</span></div>
<br /></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Kembali ia terdiam merenung,
lanjutnya: “Perang adalah sungguh-sungguh kesengsaraan. Siapapun harus mengakui
ini. Tetapi menyesalkah kita telah melakukannya? Tidak! Karena kita tahu untuk
apa kita ini berjihad!” katanya bersemangat.</span></div>
<br /></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">“Biar seribu kali Nieuwenhuyzen
mengeluarkan maklumat proklamasinya yang menyebut-nyebut bahwa tujuan
pemerintah Belanda sekarang ialah menciptakan kemakmuran rakyat, memegang teguh
keadilan, ketertiban dan keamanan serta menganggap kita binatang buruan yang
mengembara dalam rimba-rimba belantara dan menuduh kita menyalahgunakan nama
Agama dan tanah air untuk membenarkan tujuan perang kita, semuanya itu tidak
ada artinya dan tidak melemahkan iman kita! Kompeni boleh membunuh kita, tetapi
tidak semangat kita! Lalu menyerah.</span></div>
<br /></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Menyerah setelah sekian banyak
korban, sekian banyak kesengsaraan? Lalu apa artinya korban dan kesengsaraan
selama tiga setengah tahun perang ini? Inilah yang menjadi tanda tanya tentang
menyerahkan kak Hidayat kepada Belanda. Kiai Demang Lehman adalah orang yang
paling dekat dengan kak Hidayat, tolong jelaskan.”</span></div>
<br /></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Kiai Demang Lehman mengangguk,
menunduk sebentar kemudian mengangkat muka. “Mungkin sebagian kesalahan itu ada
pada saya,” ia mulai dengan suatu pengakuan yang jujur. “Dan jika itu dinamakan
kesalah¬an juga, maka kesetiaan itulah saya kira asal-mula sebabnya. Hanya,
kesetiaan saya itu bukanlah karena saya dari seorang pemuda tanggung bernama
Idis yang diangkatnya menjadi Lalawangan di Riam Kanan dengan gelar Kiai Demang
Lehman dan kemudian mendapat hadiah kedua macam senjata ini,” katanya sambil
memperlihatkan senjata-senjatanya. </span></div>
<br /></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">“Kesetiaan saya adalah kesetiaan
seorang rakyat biasa terhadap pemimpin yang dicintainya dan sebaliknya
menyintai pula rakyatnya; kesetiaan kepada pemimpin yang diharapkan membimbing
rakyatnya keluar dari penindasan dan kesengsaraan. Dan di atas segala-galanya
kesetiaan kepada manusia.” </span></div>
<br /></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Pembicaraannya terhenti. Kemudian
ia lanjutkan: “Saya iba melihat Pangeran Hidayat dan keluarganya terlunta-lunta
dalam buruan Kompeni. Mengingat kekurangan senjata dan penghidupan rakyat
semakin sulit karena pertumpahan darah yang berlarut-larut, maka saya
mengusahakan penyerahannya dengan kepercayaan, tadinya, bahwa penyerahannya
akan mengakhiri semua kekalutan dan kesengsaraan itu. Tetapi diluar dugaan
saya, ia menerima begitu saja tekanan yang ditetapkan oleh Mayor Verspyck tentang
pengasingannya ke Jawa dan pengumuman kepada rakyat untuk meletakkan senjata.” </span></div>
<br /></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">“Ini menyalahi sama sekali janji Mayor Koch kepada saya yang menjamin bahwa Pengeran Hidayat tidak akan
diasingkan ke Jawa! Akhirnya saya insaf bahwa saya telah menempuh suatu cara
yang salah, terlalu cepat percaya kepada apa yang seharusnya haram untuk
dipercayai!” Kiai Demang Lehman berhenti sebentar untuk menekankan rasa
geramnya atas pengkhianatan Belanda. </span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">“Tetapi ketika Kompeni membawa
Pangeran Hidayat dari Martapura ke <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Banjarmasin</st1:place></st1:city>,
saya kerahkan rakyat Martapura, untuk membebaskannya kembali dari kapal api
tersebut; dan berhasil. Hanya pada akhirnya, belum sebulan kemudian ia kembali
menyerah untuk kedua kalinya,” katanya menyesal. </span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">“Adapun saya sendiri, Insya Allah
pantang untuk mengulang kembali kesalahan itu buat kedua kalinya. Dan saya
bersumpah untuk menebus kesalahan pertama itu, kalau tadi dinamakan juga
kesalahan, dengan seluruh jiwa raga saya!” ujarnya dengan hati berkobar tapi
penuh taqwa. “Baru kemudian terasa, bahwa selain keimanan terhadap Agama,
kesetia¬an terhadap perjuangan juga menuntut dan mengatasi kesetiaan-kesetiaan
lainnya”</span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 12pt;">Khalifah yang semenjak tadi
berdiam diri, mulai sngkat bicara: “Yah…, kesalahan semacam itu bukan tidak
mungkin dapat juga kami perbuat. Hanya yang penting sekarang ialah bahwa kita
telah belajar dari pengalaman pahit,” ujar khalifah lebih lanjut. </span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 12pt;">“Mayor Verspyck ini telah
mengirim <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">suratkepadaku dengan perantaraan orang kepercayaannya Kiai Rangga Niti Negara.
Katanya, bahwa bilamana aku dan kawan-kawan seperjuangan ingin memperbaiki
kesalahan dan berhajat minta ampun kepada Kompeni, maka Kiai itu berkuasa
membawa kami ke Mentalat untuk mendapatkan pengampunan dari Kompeni! Begitu
kira-kira bunyi suratnya, Surapati?” tanyanya kepada Tumenggung Surapati.</st1:place></st1:city></span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 12pt;">“Sungguh surat yang mentertawakan,” jawab Tumenggung
Surapati. “Menyerah dan meminta ampun dengan perantaraan surat? Bah…! Dengan meriam-meriamnya pun
haram kami menyerah, apalagi hanya dengan selembar kertas yang dibawa oleh kaki
tangan Kompeni semacam Niti Negara itu !”</span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 12pt;">Khalifah mengangguk, membenarkan
pandangan itu. “Aku telah membalas surat itu, Lehman”, katanya. Kukatakan, bahwa aku berterima kasih atas segala
perhatiannya! Aku menyadari bahwa sebagai manusia aku mempunyai banyak
kesalahan. Tetapi kesalahan yang dimaksudnya adalah dari sudut pandangannya,
pandangan seorang kompeni terhadap seorang pribumi yang hina-dina!” </span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 12pt;">“Semua orang-kulit putih di Banjarmasin telah digaji
oleh kompeni untuk mengadakan segala macam perbuatan terkutuk, haram dan
durhaka! Selanjutnya kukatakan, bahwa mungkin usulnya akan kupertimbangkan jika
ada surat resmi dari Gubernur Jenderad dimana ditetapkan tegas-tegas, bahwa kesultanan Banjar
dikembalikan sepenuhnya kepada kami! Adapun usulnya supaya kami minta ampun kutolak
dengan tegas. Kami akan berjuang terus menuntut hak kami, hak kita semua!
Inilah antara lain yang penting, Lehman.” </span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 12pt;">“Kita tidak, akan mendapatkan
apa-apa dari peperangan ini dengan berunding apalagi menyerah! Kalau kita
melakukannya juga, anak cucu kita sebagai pelanjut perjuangan kita, akan
menyalahkan kita, menghukum tindakan kita sebagai suatu kelemahan perangai atau
iman. Janji-janji kompeni membuat saya semakin jijik. Terutama dengan
pengalaman Hidayat yang dibuang sebagai rakyat jajahan ke Jawa. Jangankan
Hidayat, orang kepercayaannya sendiri seperti Tamjid dibuangnya, apalagi kita
semua orang yang terang-terangan menentangnya mati-matian.”</span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 12pt;">Pertemuan diakhiri setelah
mendengar suara azan Maghrib yang terdengar dari kejauhan. Dan beberapa hari
kemudian, pada tanggal 11 Oktober 1862, Panembahan Amiruddin Khalifatul
Mukminin (Pangeran Antasari) wafat; dan dimakamkan di Bayan Begok, Hulu Teweh.</span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 12pt;">Walaupun Khalifah telah wafat,
namun perlawanan berjalan terus, dipimpin oleh putera-puteranya seperti Gusti
Muhammad Seman, Gusti Muhammad Said dan para panglima yang gagah perkasa. Pada
tahun 1864, pasukan Belanda berhasil menangkap banyak pemimpin perjuangan
Banjar yang bermarkas di gua-gua.</span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Mereka itu ialah Kiai Demang
Lehman dan Tumenggung Aria Pati. Kiai Demang Lehman kemudian dihukum gantung.
Sedangkan yang gugur banyak pula dari para panglima, seperti antara lain Haji
Buyasin pada tahun 1866 di Tanah Dusun, kemudian menyusul pula gugur penghulu
Rasyid, Panglima Bukhari, Tumenggung Macan Negara, Tumenggung Naro.</span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 12pt;">Dalam pertempuran di dekat
Kalimantan Timur, menantu Khalifah Pangeran Perbatasari tertangkap oleh Belanda
dan pada tahun 1866 diasingkan ke Tondano, Sulawesi Utara. Kemudian Panglima
Batur dari Bakumpai tertangkap oleh Belanda dan dihukum gantung pada tahun 1905
di Banjarmasin.Terakhir Gusti Muhamad Seman wafat dalam pertempuran di Baras
Kuning, Barito pada bulan Januari 1905.</span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: 12pt;">Gambaran singkat dari Perang
Banjar yang berlangsung dari tahun 1859 dan berakhir tahun 1905, terlihat
dengan jelas bahwa landasan ideologi yang diperjuangkan adalah Islam, dengan
semboyan “Hidup untuk Allah dan mati untuk Allah”, dengan jalan perang Sabil
dibawah pimpinan seorang Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, dan
targetnya berdaulatnya kembali kesultanan Banjar. Dengan kata lain perang
Banjar adalah perang untuk menegakkan negara Islam yang utuh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
-oOo- </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Sumber : PERANG SABIL versus
PERANG SALIB</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
(Ummat Islam Melawan Penjajah
Kristen Portugis dan Belanda) </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
oleh ABDUL QADIR DJAELANI</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Penerbit: YAYASAN PENGKAJIAN
ISLAM MADINAH <st1:state w:st="on">AL</st1:state>-MUNAWWARAH </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city> 1420 H / <st1:metricconverter productid="1999 M" w:st="on">1999 M</st1:metricconverter></div>
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: 12pt;"></span></span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-22569125145271841352012-10-06T08:34:00.000-07:002012-10-06T09:34:27.870-07:00Perang Banjar 1<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="color: #990000; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<i><b><span style="font-size: 12pt;">Campur Tangan Belanda dalam Kekuasaan Kesultanan Banjar</span></b></i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div style="color: #990000;">
<i style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><b><span style="float: left; font-size: 50px; line-height: 30px; padding-right: 5px; padding-top: 5px;">S</span></b></i></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i style="color: #990000; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><b>ultan Tahmidillah I (1778 –
1808)</b></i> <span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: 12pt;">mempunyai anak tiga orang, yang berhak menggantikannya sebagai sultan,
yaitu Pangeran Rahmat, Pangeran Abdullah dan Pangeran Amir. Dalam perebutan
kekuasaan, Pangeran Nata salah seorang saudara <i><b>Sultan Tahmidillah I</b></i>, berhasil
membunuh Pangeran Rahmat dan Abdullah. Keberhasilan ini disebabkan bantuan
Belanda yang diberikan kepada Pangeran Nata. Oleh karena itu Pangeran Nata
diangkat oleh Belanda menjadi sultan dengan gelar <i><b>Sultan Tahmidillah II</b></i>.
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tampilnya Sultan Tahmidillah II
menjadi sultan Banjar mendapat tantangan dan perlawanan dari Pangeran Amir,
salah seorang putera Sultan Tahmidillah I yang selamat dari pembunuhan Sultan
Tahmidilah II. Dalam pertarungan antara Sultan Tahmidillah II yang sepenuhnya
dibantu oleh Belanda, dengan Pangeran Amir, maka akhirnya Pangeran Amir dapat
ditangkap oleh Belanda dan di buang ke Ceylon.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kemenangan Sultan Tahmidillah II
atas Pangeran Amir harus dibayar kepada Belanda dengan menyerahkan
daerah-daerah Pegatan, Pasir, Kutai, Bulungan dan Kotawaringin.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pangeran Amir mempunyai seorang
putera bernama Pangeran Antasari, yang lahir pada tahun 1809. Sejak kecil
pangeran Antasari tidak senang hidup di istana yang penuh intrik dan dominasi
kekuasaan Belanda. Ia hidup di tengah-tengah rakyat dan banyak belajar agama
kepada para ulama, dan hidup dengan berdagang.dan bertani.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pengetahuannya yang dalam tentang
Islam, ketaatannya melaksanakan ajaran-ajaran Islam, ikhlas, jujur dan pemurah
adalah merupakan akhlaq yang dimiliki Pangeran Antasari. Pandangan yang jauh
dan ketabahannya dalam menghadapi setiap tantangan, menyebabkan ia dikenal dan
disukai oleh rakyat. Dan ia menjadi pemimpin yang ideal bagi rakyat Kalimantan
Selatan, khususnya <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Banjarmasin</st1:place></st1:city>.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Wafatnya Sultan Tahmidillah II
digantikan oleh Sultan Sulaiman (1824-1825) yang memerintah hanya dua tahun;
kemudian digantikan oleh Sultan Adam (1825-1857). Pada masa ini kesultanan
Banjar hanya tinggal <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Banjarmasin</st1:place></st1:city>,
Martapura dan Hulusungai. Selebihnya telah dikuasai oleh Belanda. Setelah
Sultan Adam wafat, Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah menjadi Sultan
Banjar, sedangkan rakyat menghendaki Pangeran Hidayat; karena ia adalah putra
langsung dari Sultan Adam. Dalam menghadapi keruwetan ini Belanda tetap
mempertahankan pangeran Tamjidillah menjadi sultan dan mengangkat Pangeran
Hidayat menjadi Mangkubumi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Perlakuan sewenang-wenang yang
dilakukan oleh Belanda terhadap kesultanan Banjar dan penindasan terhadap
rakyat membangkitkan kemarahan rakyat untuk menentang Belanda. Dalam kondisi
seperti ini adalah wajar jika Pangeran Antasari sebagai pemimpin rakyat tampil
ke depan untuk memimpin perlawanan ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam usaha menghadapi kekuasaan
Belanda yang besar, Pangeran Antasari berusaha untuk menghimpun semua potensi
rakyat, termasuk pangeran Hidayat yang menjabat sebagai Mangkumi. Pada
pertengahan April, dua minggu sebelum pecah perang Banjar tanggal 28 April
1859, terjadi dialog yang tegang dan penting antara Pangeran Antasari dengan
Pangeran Hidayat, dalam rangka mengajak Pangeran Hidayat untuk bersama-sama
melakukan perlawanan terhadap Belanda.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dialog yang terjadi di rumah
kediaman Pangeran Hidayat, antara lain berbunyi sebagai berikut.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Begini, Hidayat! Aku kemari atas
nama rakyat dan semua pejuang-pejuang Banjar …”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“…Sebentar !” Pangeran Hidayat
memutus. “Siapa yang Paman maksudkan, dengan rakyat dan pejuang-pejuang Banjar
itu ?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pangeran Antasari dengan sabar
menjawab: “Rakyat yang selama ini ditindas dan diperlakukan sewenang-wenang,
semua pejuang-pejuang Banjar yang berjuang untuk mengakhiri penindasan dan
perlakuan yang sewenang-wenang itu !”.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Dan Paman termasuk pula di
antara pejuang-pejuang itu?” sela Pangeran Hidayat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">“Itu bukan suatu hal yang aib!”
Jawab Pangeran Antasari dengan tajam. “Dan kau pun akan bangga menjadi salah
seorang dari mereka, jika kau tahu untuk apa dan siapa kau baktikan hidupmu ini
sebaik-baiknya”.</span></div>
“Jadi apa yang Paman harapkan dari saya ?” tanya Pangeran Hidayat.<br />
“Kesediaanmu untuk berjuang bersama kami. Kesediaanmu untuk memimpin semua
perjuangan ini nanti !” Jawab Pangeran Antasari dengan tegas.<br />
Pangeran Hidayat bangkit. Ia berjalan-jalan mondar-mondir sambil berpikir.
“Tapi ini berarti pem¬berontakan besar-besaran, Paman !”<br />
<div style="text-align: justify;">
Pangeran Antasari menjawab: “Pemberontakan adalah
bahasa yang diper¬gunakan oleh Belanda. Dan ini kedengaran sumbang di telinga
kita. Kita tidak pernah menganggap kompeni itu memerintah dengan sah di
kerajaan ini. Karena itu, kita memakai bahasa kita sendiri. Perang ! Perang
mengusir penjajah asing !”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Apapun bahasa yang Paman pakai, semuanya
berakibat pertumpahan darah. Dan saya telah melihat bahwa telah banyak darah
mengalir di kerajaan ini. Ini sudah cukup dan harus segera kita akhiri. Bukan
sebaliknya akan kita mulai”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Bagus, dan ironis. Kamu mempergunakan bahasa
perikemanusiaan. Dan ini memang merdu menggugah perasaan seperti suara bilal
pada azan subuh. Tapi dapatkah kau harapkan Kompeni akan mengucapkan apalagi
mengamalkan bahasa yang serupa itu terhadap kita ? Tidak, tidak dapat ! Kompeni
akan mempergunakan bahasa kegemaran mereka: me¬rabit-rabit kita sekaum dan
pertumpahan darah! Coba kau tunjukkan kepadaku, bagaimana caranya kita
me¬nunjukkan sikap kemanusiaan kita terhadap perlakuan yang tidak
berperikemanusiaan ini ?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Pangeran Hidayat nadanya melemah: “Saya hanya
benci dan jemu melihat pertumpahan darah yang sia-sia, Paman. Rakyat telah
banyak berkorban untuk kita.”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kau lupa, Hidayat. Peperangan ini baru hendak
kita mulai. Adapun pertumpahan darah yang kau takutkan itu sebenarnya belum
lagi sungguh-sungguh terjadi. Agama kita akan membenarkan peperangan ini
sebagai perang sabil. Dan kematian yang dituntut dari perjuang¬an ini tidaklah
sia-sia, melainkan syahid. Kita hidup untuk Allah dan mati untuk Allah!” ucap
Pangeran Antasari bersemangat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun Pangeran Hidayat merasa belum yakin.
“Tidakkah ada jalan lain selain pertumpahan darah ini, Paman” tanyanya
kemudian.</div>
<div style="text-align: justify;">
“<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Ada</st1:place></st1:city>!”
Pangeran Antasari menjawab dengan tegas. “Dan jalan satu sudah dan sedang kau
tempuh untuk menghindari pertumpahan darah itulah kau mau menjadi apa saja,
sekalipun kau korban harga dirimu pada kompeni dan Tamjid!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Pangeran Hidayat tersinggung. “Jika kata
pengkhianat yang Paman maksudkan dengan kata-kata: mau menjadi apa saja, maka
saya berhak menolak tuduhan itu,” bantahnya. “Kecintaan saya kepada rakyat dan
bumi di mana kita hidup dan bernapas ini, sama besarnya dengan apa yang Paman
rasakan. Dan apa artinya harga diri saya. Jika karena itu saya harus
menumpahkan sekian banyak darah mereka “.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku tidak menyangkal bahwa kau pun mencintai
rakyat dan kerajaan ini,” Pangeran Antasari balas menyanggah. “Karena itulah
seluruh rakyat dan pejuang-pejuang Banjar masih menaruh kepercayaan penuh
kepadamu; masih menggantungkan keyakinan yang sebesar-besarnya kepadamu, bahwa
kelangsungan hidup kerajaan ini ada di tanganmu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Hanya yang tidak bisa kupahami ialah caramu
menyatakan dan menunjukkan kecintaanmu itu! Untuk mencegah pertumpahan darah
kau bersedia ditunjuk oleh Kompeni sebagai Mangkubumi!”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Belum lagi kering air mata di
atas jenazah kakekmu Sultan Adam yang disusul dengan penobatan Tamjid, kau
dengan kebencianmu kepada pertumpahan darah dan kepercayaanmu yang penuh kepada
Kompeni merupakan satu-satunya yang dapat mencegah mala¬petaka yang tak
berperikemanusiaan itu, telah sengaja atau tidak menyerahkan pamanmu sendiri,
Perabu Anom, yang menyebab pembuangannya!”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Kemudian baru-baru ini kudengar
lagi kabar, bahwa kau telah me¬nyanggupi kepada Residen Belanda untuk
mendamaikan perlawanan rakyat dengan janji kepada mereka yang melakukan perlawanan
itu, pemeriksaan yang teliti dan keputusan hukuman yang seadil-adilnya! Tentu
saja aku termasuk pula di dalamnya, bukan ?” Jawab Pengeran Antasari dengan
getir.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Ingatan paman sangat baik,”
jawab Pangeran Hidayat. “Apa yang Paman katakan itu semua benar. Tentu Paman
ingin menambahkan pula, bahwa karena tindakan-tindakan itu semua, saya telah
merugikan perjuangan rakyat. Saya bukan lagi menolongnya malah
menjerumuskannya!”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Paman, saya tidak bermaksud
membela diri. Semua itu saya lakukan karena pada dasar hati saya, saya
mempunyai kepercayaan penuh kepada manusia. Saya percaya bahwa sebagian besar
manusia menyukai hidup tenteram dan membenci pertumpahan darah. Saya percaya
bahwa segala macam pertentangan dapat diselesaikan dengan perundingan tanpa kita
harus saling membunuh.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Sungguh akan menjadi khotbah
yang menarik. Hanya jangan kau harapkan bahwa Kompeni akan berbondong-bondong
datang mendengarkan khotbah¬mu! Hidayat, apa kamu masih juga percaya, bahwa
kemerdekaan kita yang telah diinjak-injak oleh Kompeni sekarang ini dapat
ditebus dengan berunding hanya karena sebagian besar umat manusia di muka bumi
ini menyukai hidup tenteram dan membenci pengaliran darah?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sejurus Pangeran Antasari
berhenti sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Kita yang sudah banyak mengaji
mengetocui benar,” lanjutnya, “bahwa Allah tidak akan mengubah nasib kita, jika
kita sendiri tidak berusaha mengubahnya”.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Saya tidak tahu lagi, Paman,”
Pangeran Hidayat terdesak. “Saya tidak tahu lagi apa yang harus saya katakan.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Kamu boleh tidak tahu apa yang
harus kau katakan, tapi kau harus tahu apa yang harus kau lakukan. Dan itu cuma
satu. Pimpinlah perjuangan ini!” desak Pangeran Antasari.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Mengapa Paman masih terus mengharapkan
supaya saya memimpinnya?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Karena kau adalah ahli waris
yang sah dari kerajaan ini.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pangeran Hidayat menyanggah :
“Saya tidak terlalu gembira dengan sebutan ahli waris yang sah, karena saya
tahu Paman pun berhak penuh atas kerajaan ini,” katanya jujur.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Saya tidak terlalu berterima
kasih kepada leluhur saya yang menyebabkan saya mendapat kehormatan dengan
sebutan putera mahkota, karena saya tahu mereka telah merebutnya dari datu-datu
Paman. Turun-temurun keluarga Paman telah berjuang mengusir Kompeni. Sedangkan
saya…,” ia menggeleng-geleng. “Tidak, Paman. Mengapa tidak Paman sendiri
menerus¬kan memimpinnya.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Jangan kita seperti anak kecil,
Hidayat,” keluh orang tua itu kesal. “Membangkit-bangkit kesalahan orang yang
telah dikubur. Apapun yang telah terjadi diantara mereka, tidak menghapuskan
adanya per¬talian darah diantara kita. Aku sudah lanjut usia. Jika Allah
membenarkannya, sebenarnya aku tidak meng¬harapkan lebih daripada kedudukanku
yang sekarang ini. Tambahan pula rakyat masih percaya penuh kepada wasiat
kakekmu almarhum.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Tetapi wasiat itu telah beliau
batalkan sendiri dengan pengangkatan saya sebagai Mangkubumi sekarang ini…Namun
demikian”, jawab Pangeran Antasari, “Bagi mereka kau tidsk saja ahli waris yang
sah dari kerajaan ini, tetapi juga yang maha utama bagi mereka. Kau merupakan
lambang dari perasaan mereka yang ingin bebas, lambang dari perjuangan mereka
untuk satu. Karena itulah mereka mempertaruhkan segala-galanya untukmu.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pangeran Hidayat berjalan
mondar-mandir, dan rupanya mulai termakan di hatinya. “Siapa diantara
pemuka-pemuka rakyat yang ikut…?” tanyanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Aku telah menghimpun semua
mereka. Pasukan dari daerah Barito, <st1:place w:st="on">Kapuas</st1:place>,
dan Kahayan dipimpin oleh Tumenggung Surapati. Dari daerah Hulu Sungai dan
Tanah Laut dipimpin oleh tangan kananmu sendiri; Demang Lehman, bersama-sama
Tumenggung Antaluddin, Haji Buyasin, dan lain-lain. Benar-benar tenaga-tenaga
muda yang jarang ada tandingannya. Adapun pasukan dari daerah Benua <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">lima</st1:place></st1:city>, juga dipimpin oleh
orang kepercayaanmu sendiri, Jalil; dan Aling dari Muning telah memihak kepada
kita.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Yang terakhir ini sudah saya
dengar juga. Rupanya Paman tidak saja berhasil untuk menyatukan Gerakan Benua
Lima dengan Gerakan Maning, tapi sempat juga menjadikannya besan.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Ini suratan jodoh semata-mata,”
jawab Pangeran Antasari.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah. itu keduanya terdiam
merenung sejenak. “Jadi semuanya mereka telah satu mufakat ?” tanya Pangeran
Hidayat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Kau jangan menyangsikan lagi”,
sahut pengeran Antasari tegas.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Apakah Paman yakin bahwa Paman
akan memenangkun peperangan ini?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Kita harus yakin, bahwa kita
akan memenangkan ke¬benaran dari peperangan ini,”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dua minggu kemudian, tepatnya
tanggal 28 April 1859, Perang Banjar yang dipimpin oleh Pangeran Antasari
meletus, dengan jalan merebut benteng Pengaron milik Belanda yang dipertahankan
mati-¬matian. Pertempuran di benteng pengaron ini disambut dengan
pertempuran-pertempuran di berbagai medan yang tersebar di Kalimantan Selatan,
yang dipimpin oleh Kiai Demang Lehman, Haji Buyasin, Tumenggung Antaluddin,
Pangeran Amrullah dan lain-lain.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pertempuran mempertahankan benteng
Tabanio bulan Agustus 1859, pertempuran mempertahankan benteng Gunung Lawak
pada tanggal 29 september 1859; mempertahankan kubu pertahanan Munggu Tayur
pada bulan Desember 1859; pertempuran di Amawang pada tanggal 31 Maret 1860.
Bahkan Tumenggung Surapati berhasil membakar dan menenggelamkan kapal Onrust
milik Belanda di Sungai Barito.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sementara itu Pangeran Hidayat
makin jelas menjadi penentang Belanda dan memihak kepada perjuangan rakyat yang
dipimpin oleh Pangeran Antasari. Penguasa Belanda menuntut supaya Pangeran
Hidayat menyerah, tetapi ia menolak. Akhirnya penguasa kolonial Belanda secara
resmi menghapuskan kerajaan/kesultanan Banjar pada tanggal 11 Juni 1860. Sejak
itu kesultanan Banjar langsung diperintah oleh seorang Residen Hindia Belanda.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Perlawanan semakin meluas,
kepala-kepala daerah dan para ulama ikut memberontak, memperkuat barisan
pejuang Pangeran Antasari bersama-sama pangeran Hidayat, langsung memimpin
pertempuran di berbagai <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">medan</st1:place></st1:city>
melawan pasukan kolonial Belanda. Tetapi karena persenjataan pasukan Belanda
lebih lengkap dan modern, <i><b>dan</b></i> <i><b>Belanda melakukan tipu muslihat untuk menangkap Pangeran Hidayatullah dengan menyurati beliau kalau Ibunda Pangeran Hidayatullah sakit dan menyuruh beliau agar kembali ke Istana dengan menggunakan tanda tangan atau Stempel Ratu. Dengan cara itulah Belanda bisa menangkap Pangeran Hidayatullah.</b></i> ***</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Setelah Pangeran Hidayat
ditangkap, maka perjuangan umat Islam Banjar dipimpin sepenuhnya oleh pangeran
Antasari, baik sebagai pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai
pewaris kesultanan Banjar. Untuk mengokohkan kedudukannya sebagai pemimpin
perjuangan umat Islam tertinggi di Kalimantan Selatan, maka pada tanggal 14
Maret 1862, bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah, dimulai dengan seruan:
“Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah,” seluruh rakyat, pejuang-pejuang, para
alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar; dengan suara bulat mengangkat
Pangeran Antasari menjadi ‘Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin’.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
*** <i>Ada sebagian kalimat kami ganti yang menyatakan kalau Pangeran Hidayatullah Menyerah.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
-oOo-</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRiz-May%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="State" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="metricconverter" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
</style>
</div>
--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
sumber : PERANG SABIL versus
PERANG SALIB</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
(Ummat Islam Melawan Penjajah
Kristen Portugis dan Belanda) </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
oleh ABDUL QADIR DJAELANI</div>
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Penerbit: YAYASAN PENGKAJIAN ISLAM MADINAH <st1:state w:st="on">AL</st1:state>-MUNAWWARAH </span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;"><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>
1420 H / <st1:metricconverter productid="1999 M" w:st="on">1999 M</st1:metricconverter></span><i> </i> </div>
</div>
</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-6946055229312236572012-09-28T19:13:00.002-07:002012-09-28T19:58:18.606-07:00Kesultanan Kotawaringin<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVTBOFfyaV-ZcJNoUK4T37Qlv61OiEx1BWaUsjdKAJ_JHqHnEmGkdAMffNo9Sflgf1iWHCHF8RfH4l6TF68pNifkt7L3X3t98ZTumZMtjnwgAPqGkLLr0-sYcaCXp7qRDl057voQry7Ieh/s1600/Logo+Kutawaringin+copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVTBOFfyaV-ZcJNoUK4T37Qlv61OiEx1BWaUsjdKAJ_JHqHnEmGkdAMffNo9Sflgf1iWHCHF8RfH4l6TF68pNifkt7L3X3t98ZTumZMtjnwgAPqGkLLr0-sYcaCXp7qRDl057voQry7Ieh/s320/Logo+Kutawaringin+copy.jpg" width="291" /></a></div>
<i><b><span style="font-size: 12pt;">Kesultanan Kotawaringin,
satu-satunya kerajaan yang pernah ada di Prop Kalteng, bahkan masih terpelihara
dengan baik. Bahkan semasa penjajahan Belanda, daerah ini luput dari rencana
pengkristenan Dayak Besar. Hingga kini kita dapat melihat dan menyaksikan situs
beserta benda-benda peninggalannya. Ternyata pendiriannya bermaterai darah
manusia, termasuk dalam Panti Darah Janji Samaya. </span></b></i></div>
<u1:p></u1:p>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Menyusuri
Sungai Arut sepanjang ratusan kilometer yang membelah Kota Pangkalan Bun,
sampailah kita di Kecamatan Kotawaringin Lama dengan Astana Al Noorsari-nya
yang masih berdiri kokoh. Astana Al Noorsari adalah cikal bakal Kesultanan
Kotawaringin sebelum pusat kekuasaannya pindah ke Pangkalan Bun tahun 1679
M/1171 H.</span><br />
<span style="letter-spacing: -0.15pt;"><u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Di
daerah ini, kita juga masih akan menemukan catatan sejarah lainnya. Terdapat
makam Sultan-sultan Kotawaringin yang bertulisan huruf Arab Melayu, makam Kyai
Gede seorang tokoh penyebar agama Islam sekitar abad ke 16. Kita juga dapat
menemukan bangunan Masjid Djami Kotawaringin yang masih terbilang kokoh, meski
hampir seusia ketika Kyai Gede menyebarkan Islam di daerah ini.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIaLhW_zXeIbfaafU_qJFH5-aCxNjk0R2QA98TCEZqjYrFb2GnwjO4g3sccyB9dohG7EM-EyBs-udUQP14jUpQfBwu_LHqcKvOCfpFY_8X3NhVtFF-piypEEvQP8i9eqllbdMwg_yRl3z4/s1600/kotawaringin1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="236" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIaLhW_zXeIbfaafU_qJFH5-aCxNjk0R2QA98TCEZqjYrFb2GnwjO4g3sccyB9dohG7EM-EyBs-udUQP14jUpQfBwu_LHqcKvOCfpFY_8X3NhVtFF-piypEEvQP8i9eqllbdMwg_yRl3z4/s640/kotawaringin1.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Dan,
menapak tilas satu-satunya kerajaan yang pernah ada di propinsi Kalteng ini,
memerlukan waktu cukup panjang, satu setengah jam dari Kota Pangkalan Bun
dengan transportasi <i>speed boat</i>. Tak cuma itu, karena membicarakan
Kesultanan Kotawaringin yang masih memiliki benang merah dengan kerajaan
Banjar, tidak boleh tidak harus merunut sejarah kerajaan Banjar hingga
kekuasaan Belanda turut bercokol di daerah ini. <o:p></o:p></span></div>
<u1:p></u1:p>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Seperti
dituturkan Gusti Djendro Suseno yang masih keturunan Raja ke VII Gusti Sultanul
Baladuddin Gelar Pangeran Ratu Begawan, keturunan Raja Banjarlah yang mula
pertama membangun Kesultanan Kotawaringin.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggGYfHTjJ_kfA0ZcYulP0mFhzeZVnRfb0tRFZrt31pBbJE02PC0rKlXvJWS3KnGJ5Ojrp-eIGsV1pYqgCDR8DhH1u7yxnQD0qj76cYnVYaA6aVPRqwvcP2Xvf_JsU274WUh9ndvJD21hRa/s1600/kotawaringin3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="184" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggGYfHTjJ_kfA0ZcYulP0mFhzeZVnRfb0tRFZrt31pBbJE02PC0rKlXvJWS3KnGJ5Ojrp-eIGsV1pYqgCDR8DhH1u7yxnQD0qj76cYnVYaA6aVPRqwvcP2Xvf_JsU274WUh9ndvJD21hRa/s640/kotawaringin3.jpg" width="640" /></a></div>
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">"Kesultanan
Kotawaringin memiliki benang merah sejarah sangat kuat dengan Kerajaan Banjar,
hal itu tak dapat dinafikan," ungkap Djendro Suseno yang juga anggota DPRD
Tk II Kotawaringin Barat dari Fraksi Golkar. Namun dalam perjalanan
selanjutnya, tak terelakkan terjadi asimilasi atau percampuran dengan
masyarakat setempat yang notabene adalah Suku Dayak. <u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Jadi
menurutnya, tak dapat dipungkiri, masyarakat yang kini bermukim memenuhi
seantero Kab Kotawaringin Barat, sebagian besar adalah juga anak cucu keturunan
Suku Dayak. "Untuk mempererat jalinan kerjasama dan memantapkan kekuasaan,
kala itu anak-anak kepala suku atau demang diambil sebagai istri mendampingi
sang raja walau posisinya bukan sebagai istri pertama," imbuhnya.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="letter-spacing: -0.15pt;">Pangeran Adipati Anta Kasuma<o:p></o:p></span></b></div>
<u1:p></u1:p>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRy2Vv_KFtB1Sh4q4hjEGsbakMxyMUlYEBb8nvVM9D0SH6OAIBjDzBNQAjI7TIIYl3hIEBuu_T5RwTrfhFz3F43pz44xX4fG4r7jSXNEMqSilhwJk-aoX8BAKB_cx_j7m4BuF6QhGXefau/s1600/kotawaringin2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="236" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRy2Vv_KFtB1Sh4q4hjEGsbakMxyMUlYEBb8nvVM9D0SH6OAIBjDzBNQAjI7TIIYl3hIEBuu_T5RwTrfhFz3F43pz44xX4fG4r7jSXNEMqSilhwJk-aoX8BAKB_cx_j7m4BuF6QhGXefau/s640/kotawaringin2.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Adalah
Sultan Musta'inubillah Raja Kerajaan Banjar yang berputra lima orang,
diantaranya empat orang laki-laki yaitu Pangeran Adipati Tuha, Pangeran Adipati
Anum, Pangeran Antasari (Pahlawan Nasional), Pangeran Adipati Anta Kasuma dan
Puteri Ratu Aju. Karena masing-masing Putra Mahkota berminat menjadi Sultan
sebagai pemegang tertinggi tampuk kerajaan, membuat sang ayah harus berpikir
bijaksana.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Akhirnya,
merasa bukan putra tertua, Pangeran Adipati Anta Kasuma yang memiliki
keberanian dan semangat tinggi untuk menjadi seorang pemimpin, bertekat pergi
mencari tempat dan mendirikan kerajaan baru. Dan memang, Pangeran Adipati Tuha
lah sebagai putra tertua yang akhirnya memegang tampuk kekuasaan kerajaan
Banjar.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Dengan
restu kedua orang tua serta pejabat-pejabat Kerajaan Banjar, berangkatlah dia
beserta pengawal dan beberapa perangkat peralatan kerajaan. Menggunakan perahu
layar kerajaan, bertolaklah mereka menuju arah barat menyusuri pesisir pantai.
Di sepanjang jalan yang mereka lalui, banyak tempat yang disinggahi antara lain
Teluk Sebangau, Pagatan Mendawai, Sampit dan Kuala Pembuang. <u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Rombongan
Pangeran Adipati meneruskan pelayaran ke arah barat, sampai akhirnya mendarat
di sebuah daerah, dinamakan Kuala Pembuang. Daerah ini sudah ada penghuninya
yang juga berkiblat di bawah kepemimpinan Kerajaan Banjar, sehingga kehadiran
rombongan yang bermaksud mendirikan kerajaan baru ini ditolak oleh masyarakat
setempat.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<b><span style="letter-spacing: -0.15pt;">Panti Darah Janji Samaya<o:p></o:p></span></b></div>
<u1:p></u1:p>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Tanpa
mengenal putus asa, dengan semangat tinggi rombongan Pangeran Adipati kembali
melanjutkan perjalanan. Kali ini, perjalanan tidak lagi menyusuri pantai tapi
menuju hulu sungai hingga akhirnya sampai ke sebuah desa yang dinamakan Desa
Pandau. Walau Desa Pandau telah dihuni masyarakat Suku Dayak yang dikenal
dengan Suku Gambu, Arut, Anom dan lainnya sebanyak sembilan macam suku, di
bawah kepemimpinan Demang Petinggi di Umpang menerima kehadiran rombongan
Pangeran Adipati.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Seperti
juga tertulis dalam catatan sejarah "Sekilas mengenang lahirnya Kerajaan
Kotawaringin dan Kabupaten Kotawaringin Barat" yang diterbitkan Humas dan
Penerangan Setwilda Kobar 2001, Demang Petinggi sebagai kepala Suku Dayak
menyerukan pada rakyatnya agar menerima rombongan Pangeran Adipati. Seruan
Demang Petinggi ini didasarkan keinginan untuk mengangkat Pangeran sebagai raja
tapi dengan syarat raja harus memperlakukan mereka bukan sebagai hamba, tetapi
sebagai pembantu utama dan kawan terdekat atau sebagai saudara yang baik.
Rakyat tidak akan menyembah sujud kehadapan Pangeran Adipati. <u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">"Usulan
ini ditimbang dan diterima baik oleh Pangeran dan seluruh rombongan," ujar
Djendro diiyakan Gusti Rasyidin yang juga anak keturunan kesultanan ini.
Selepas persetujuan itu, dari pihak Suku Dayak Arut mengusulkan agar perjanjian
ini bukan sekedar di bibir saja, melainkan harus bermaterai darah manusia yang
diambil dari seorang dari Suku Dayak Arut dan seorang dari rombongan Pangeran
Adipati Anta Kasuma.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">"Perjanjian
itu dinamakan Panti Darah Janji Samaya yang berarti perjanjian yang dikokohkan
dengan tetesan darah yang bercampur jadi satu," ungkap Gusti Rasyidin yang
ketika wawancara berlangsung ditemani Nurhadi dan Ahmad Yusuf di Astana Al
Noorsari Kotawaringin Lama.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Dengan
tersendat-sendat, coba dia paparkan bagaimana perjanjian bermaterai darah itu
berlangsung. Menurutnya, memang agak sukar diterima oleh akal, hanya demi
sebuah janji harus mengorbankan dua manusia. Namun demikianlah adat yang
berlaku, maka masing-masing kedua belah pihak menarik salah seorang pengikutnya
untuk dijadikan korban perjanjian.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Sebelum
kedua calon korban berdiri siap untuk dikorbankan, mereka mengambil sebuah batu
yang harus ditancapkan ke tanah. Batu ini sebagai bukti atau perlambang turun
temurun saksi sepanjang masa telah terjadi ikatan persaudaraan antara Suku
Dayak dengan rombongan Pangeran Adipati dari Kerajaan Banjar. Dengan melakukan
upacara adat yang hikmat, kedua calon korban berdiri di samping batu saksi yang
kini dikenal dengan "Batu Pertahanan". Calon korban dari Suku Dayak
berdiri menghadap ke hulu asal datangnya dan calon korban dari rombongan
Pangeran berdiri menghadap ke hilir menunjukkan asal kedatangannya. <u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Selesai
upacara sumpah setia, Kepala Suku Dayak mencabut mandaunya dan ditusukkan
menembus ke dada korbannya, darah pun memancur deras. Korban dari pihak
Pangeran Adipati pun ditusuk sehingga kedua darah korban ini memancur bersilang
dan menetes jatuh menjadi satu membasahi tanah.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">"Percampuran
darah yang disaksikan kedua pihak inilah yang dimaksudkan untuk mempersatukan
segala rasa dan pikiran dalam mewujudkan rencana bersama, membangun
kerajaan," imbuh Rasyidin.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<b><span style="letter-spacing: -0.15pt;">Terbentuk Kerajaan <o:p></o:p></span></b></div>
<u1:p></u1:p>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Meski
telah disepakati perjanjian antara kedua belah pihak, namun Desa Pandau masih
dianggap belum cocok untuk membangun kerajaan baru. Kedua rombongan yang telah
terpadu dalam "Panti Janji Darah Samaya" milir mengikuti aliran
Sungai Arut, kemudian mudik Sungai Lamandau, mencari daerah paling pas untuk
membangun kerajaan. Akhirnya, sampailah mereka di daerah yang meyakinkan yaitu
Tanjung Pangkalan Batu yang kemudian hari dikenal sebagai Kotawaringin Lama.
Berhentilah rombongan dan untuk beristirahat mereka membuat rumah di atas air
yang biasa disebut "lanting".<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">"Ketika
Pangeran Adipati naik ke darat, bertemulah dia dengan Kyai Gede seorang ulama
penyebar agama Islam yang sudah lebih dulu tinggal di daerah itu," papar
Rasyidin. Dan menurutnya, atas usulan Kyai Gede jugalah masyarakat sekitar yang
dipimpin kepala suku, tidak perlu lagi membayar upeti ke Kerajaan Banjar, tapi
ke Pangeran Adipati Anta Kasuma yang memimpin langsung Kerajaan Kotawaringin
sebagai raja pertamanya.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Kerajaan
Kotawaringin yang berbasis Islam dengan didukung Kyai Gede sebagai Mangkubumi
kerajaan, sebagaimana dipaparkan Gusti Djendro Suseno melakukan pencampuran
dengan masyarakat suku asli yang masih menganut agama nenek moyang dan ini
berlangsung hingga raja-raja berikutnya. Tercatat raja-raja yang berkuasa
setelah kepemimpinan Pangeran Adipati Anta Kasuma. Pangeran Mas Adipati putra
Pangeran Anta Kasuma yang menggantikan ayahndanya setelah wafat, berkuasa dari
920-941 H. Kemudian Pangeran Panambahan Anum (942-975 H), Pangeran Prabu Anum
(975-1005 H), Pangeran Adipati Anum (1005-1050 H), Pangeran Penghulu (1050-1069
H), Gusti Sultanul Baladuddin Gelar Pangeran Ratu Begawan (1069-1116 H), Gusti
Musaddam Gelar Pangeran Ratu Anum Kusuma (1116-1171 H). <u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Namun
dalam perjalanan selanjutnya, ketika ibukota kerajaan pindah ke Pangkalan Bun
di bawah kepemimpinan Pangeran Ratu Imanuddin, yang menurut Djendro Suseno,
pemerintahannya sangat pro pada pihak Belanda. Sehingga hubungannya dengan orang-orang
Kotawaringin Lama menjadi tidak harmonis, karena Kotawaringin lama sangat
kontra dengan penjajah Belanda.<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">Setelah
kepemimpinan Pangeran Ratu Muhammad Imanuddin, menyusul bertahta Pangeran Ratu
Achmad Hermansyah (1265-1281 H), Gusti Muhammad Sanusi Gelar Pra kasuma Yudha
(1265-1281 H), Pangeran Pakusukma Negara (1281-1325 H), Pangeran Samudra Gelar
Pangeran Ratu Sukma Alamsyah (1325-1332 H) dan Pangeran Muhammad Gelar Pangeran
Ratu Kasuma Anum Alamsyah (1332-1350 H).<u1:p></u1:p><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="letter-spacing: -0.15pt;">"Pemindahan
ibukota kerajaan ke Pangkalan Bun ini yang dijadikan sebagai titik tolak
lahirnya Kabupaten Kotawaringin Barat, tahun 1679 M yang terbagi atas Kec Arut
Selatan, Delang, Lamandau, Kotawaringin Lama, Arut Utara, dan Balai Lama,"
lanjutnya bernada miris karena sejarah yang sepertinya tidak berpihak pada
pendahulunya. </span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br />
<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRiz-May%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C06%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="country-region" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1350645367;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1087659524 67698713 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:18.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:18.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:2009474939;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-675642708 67698705 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-text:"%1\)";
mso-level-tab-stop:18.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:18.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
</style>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal">
Peranan Keturunan Sultan Kotawaringin Sebelum Tahun 1950</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Peranan Di Bidang
Pemerintahan<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kesultanan Kotawaringin berdiri
lebih dari tiga abad dengan satu kali perpindahan ibu <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city></st1:place> dari Kotawaringin Lama ke Sukabuni Indra
Sakti yang kemudian dinamai Pangkalan Bu’un. Sultan pertama Kesultanan
Kotawaringin adalah Pangeran Adipati Antakesuma bin Sultan Mustainubillah
dengan gelar Ratu Bengawan Kotawaringin. Beliau memerintah dari tahun 1615-1630
M dengan dibantu Mangkubumi Kyai Gede.<br />
Di masa pemerintahan sultan pertama ini disusun undang-undang Kesultanan
Kotawaringin yakni Kitab Kanun Kuntala, selain itu di bangun Istana Luhur
sebagai keratin Kesultanan Kotawaringin. Sultan juga membangun Perpatih (rumah
patih) Gadong Bundar Nurhayati dan Perdipati (rumah panglima Perang) Gadong
Asam, selain itu untuk keperluan perang dibangun Pa’agungan sebagai tempat
menyimpan senjata dan beliau juga membangun surau serta paseban. (Bappeda :
2004 : 9-10)</div>
<span id="more-38"></span>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Selain pembangunan fisik sultan
juga menentukan batas-batas wilayah Kesultanan Kotawaringin yaitu :</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Sebelah utara berbatasan dengan Bukit Sarang Pruya
(Kerajaan Sintang).</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]-->2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Sebelah timur berbatasan dengan sengai Mendawai.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]-->3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Sebelah barat berbatasan dengan Tanjung Simbar
(Kerajaan Matan).</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]-->4)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Sebelah selatan berbatasan dengan laut Jawa. (Bappeda :
2004 : 10)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Sultan kedua adalah Pangeran Mas Adipati yang memerintah dari tahun 1630-1655 M
dengan Mangkubumi Kyai Gede yang kemudia digantikan oleh Dipati Gading. Setelah
beliau wafat digantikan oleh Pangeran Panembahan Anum yang memerintah dari
tahun 1655-1682 M dengan Mangkubumi Dipati Gading. Sultan Kotawaringin yang
keempat adalah Pangeran Prabu yang memerintah dari tahun 1682-1699 M dengan
Mangkubumi Pangeran Dira. Setelah beliau wafat digantikan oleh Pangeran Dipati
Tuha yang memerintah dari tahun 1699-1711 M dengan Mangkubumi Pangeran Cakra.
Sultan Kotawaringin yang keenam adalah Pangeran Penghulu yang memerintah tahun
1711-1727 M. Keseluruhan sultan dari yang kedua hingga yang keenam dimakamkan
di Kotawaringin, penulis sendiri tidak menemui penjelasan yang banyak tentang
sultan kedua hingga yang keenam. Menurut Lontaan dan Sanusi pada masa-masa itu
kesultanan berjalan lancer, aman dan tentram tidak ada gangguan dari manapun.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sultan Kotawaringin yang ketujuh
adalah Pangeran Ratu Bengawan yang memerintah dari tahun 1727-1761 M.
Pada masa pemerintahan beliau Kesultanan Kotawaringin mengalami masa keemasan
dengan melimpahruahnya hasil bumi dan lakunya hasil kerajinan dari Kotawaringin
di pasar regional. Sistem pemerintahan telah menugaskan beberapa menteri yang
mengepalai beberapa wilayah, seperti Menteri Kumai, Menteri Jelai dan lain
sebagainya. (Bappeda : 2004 : 11) Namun pada masa pemerintahan belaiu inlah
Kesultanan Kotawaringin diserahkan Kerajaan Banjar ke Hindia Belanda. Mulai
saat itulah pertanggungjawaban pemerintahan harus dilakukan kepada Kontrolir
Hindia Belanda.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Pangeran Ratu Anum Kesumayuda Tuha menggantikan Pangeran Ratu Bengawan sebagai
sultan kedelapan, beliau memerintah dari tahun1761-1805 M dengan Mangkubumi
Pangeran Tapa Sana. Pada masa beliau di bangun pesantren di Danau Gatal Kanan
dan Danau Gatal Kiri (desa Rungun sekarang) sebagai tempat mendidik putra-putri
kesultanan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Pada masa Sultan kesembilan Pangeran Ratu Imanudin ibu <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">kota</st1:place></st1:city> Kesultanan Kotawaringin dipindahkan
ketepian sungai Arut yang diberi nama Sukabumi Indra Sakti yang kemudian
dikenal sebagai Pangkalan Bu’un. (wawancara dengan Gusti Awwannur : selasa 20
November 2007) Beliau memerintah dari tahun 1805-1841 M dibantu oleh Mangkubumi
Pangeran Adipati Mohamad Saleh. Pada masa pemerintahannya di bangun Benteng
Batu Beturus di sungai Lamandau dan membangun pertahanan di teluk Kumai, serta
parit pertahanan di Sukamara untuk mengatasi bajak laut. Beliau juga membangun
Istana Kuning dan rumah Raden Ratna Wilis untuk permaisuri beliau.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sultan Kotawaringin yang
kesepuluh adalah Pangeran Ratu Ahmad Hermansyah dengan Mangkubumi Pangeran Paku
Syukma Negara yang memerintah dari tahun 1847-1862 M. Setelah Sultan kesepuluh
wafat beliau digantikan dengan Pangeran Paku Syuma Negara dengan Mangkubumi
Pangeran Prabunata yang memerintah dari tahun 1862-1867 M. Pangeran Ratu Anum
Kesumayuda kemudian menggantikan kedudukan sultan kesepuluh menjadi sultan
kesebelas dari tahun 1867-1904 M dengan dibantu Mangkubumi Pangeran Paku Sukma
Negara yang kemudian digantikan oleh Pangeran Mangku Prabu Nata, pada masa
beliau ini diselesaikan pembangunan mesjid Jami dan di bangun Rumah Mangkubumi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah beliau wafat terjadi
perebutan tahta karena beliau tidak memiliki anak laki-laki, akhirnya pihak
Hindia Belanda melalui Kontrolir Van Duve engambil keputusan yang berhak naik
tahta adalah keturunan dari Pangeran Imanudin. Sehingga Pangeran Paku Sukma
Negara naik tahta kembali yang memerintah dari tahun 1904-1913 M dengan dibantu
Mangkubumi Adipati Mangku Negara. Pangeran Paku Sukma Negara kemudian
mengangkat ketiga putranya Pangeran Bagawan menjadi Raja Muda, Pangeran Kelana
Perabu Wijaya Menjadi Perpatih dan Perdipati Menteri Dalam serta Pangeran
Mohamad Zen menjadi Penghulu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pangeran Ratu Sukma Alamsyah bin
Pangeran Begawan diangkat menjadi sultan ketigabelas dengan Mangkubumi Pangeran
Adipati Mangkunegara yang memerintah dari tahun 1913-1939 M. Pengganti beliau
adalah Pangeran Ratu Sukma Alamsyah yang dibantu Mangkubumi Pangeran Adipati
Mangku, beliau memerintah dari tahun 1939-1948. Pada masa pemerintahan beliau
dilakukan perluasan wilayah kesultanan sebagai berikut :</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]-->a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Di Kampung Mendawai, membuka lokasi baru untuk
pemukiman penduduk Mendawai yang selama itu tinggal di sungai Karang Anyar, maka
dikenallah tempat itu dengan sebutan Sungai Bulin.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]-->b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Di Kampung Raja, membuka lokasi baru untuk tempat
pemukiman penduduk Kampung Raja yang banyak tinggal di pedukuhan /
ladang-ladang, maka dikenallah tempat itu dengan kampung sungai Bu’un atau
disebut juga Kampung Baru, sekarang menjadi Kelurahan Baru.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]-->c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Di jalan Pangkalan Bun ke Kumai, di depan simpang
Mendawai, dibuka pemukiman orang-orang yang berasal dari Jawa, sekarang menjadi
kelurahan Sidorejo. (Bappeda : 2004 : 18 )</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Peranan Keturunan
Sultan Kotawaringin Di Bidang Kebudayaan<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di dalam bidang kebudayaan sejak
Kesltanan Kotawaringin beribukota di Kotawaringin Lama hingga dipindahkan ke
Pangkalan Bun para sultam-sultan yang memerintah membangun istana-istana dan
bangunan yang indah seperti istana Alnursari, mesjid Jami Kotawaringin dan
Istana Kuning atau Keraton Lawang Agung Bukit Indra Kencana yang bersifat
terbuka tanpa dilindungi benteng seperti di Jawa yang memiliki arsitektur
gabungan antara pengaruh jawa, banjar, melayu dan dayak.<br />
<br />
Pada masa pemerintahan Pangeran Ratu Anum Kesumayuda terdapat hiburan sepreti
Kelompok Musik Raja dan Pernaman Abdul Mulik Sejenis Komedi Saudi <st1:place w:st="on">Arabia</st1:place>. Dalam hasil wawancara penulis dengan Pangeran
Muasdjidinsyah tanggal 1 Desember 2007 dapat diketahui bahwa sejak dahulu
apabila ada peringatan hari-hari besar islam selalu diadakan pasar malam di
Lapangan Tugu, pada saat pasar malam tersebutlah ditampilkan
pertunjukan-pertunjukan kesenian khas daerah baik yang asli dari Kotawaringin
maupun dari luar daerah seperti :Jepen, Tirik, Mamanda, Ludruk, Ketoprak,
Ronggeng dan lain sebagainya. Mengenai orang-orang Tionghoa, pihak kesultanan
sengaja mengelompokkan mereka menjadi sebuah Pecinan di seberang sungai Arut
dan mereka tetap diberi kebebasan untuk mengembangkan budayanya sendiri.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada masa Pendudukan Jepang
kesenian daerah mulai di gali kembali. Untuk itu mereka mendirikan Keimin Bunka
Syidosyo (Badan Pusat Kebudayaan) yang bertugas menggalakkan hidupnya kesenian
rakyat. Hal ini didukung oleh pihak kesultanan dan para keturunan sultan
sendiri sehingga menumbuhkan kelompok-kelompok kesenian yang baru. Misalnya
saja, dalam waktu singkat bermunculan kelompok-kelompok sandiwara untuk
mementaskan sandiwara di desa-desa sekelilingnya. Dari segi lain dapat diambil
kesimpulan bahwa niat Pemerintah Pendudukan Jepang menumbuhkan kembali kesenian
tradisional adalah untuk menghibur tentara Jepang agar dapat mengobati
kerinduan kepada keluarga mereka di negaranya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Peranan Keturunan Sultan Kotawaringin Di Bidang Ekonomi<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada masa Pangerana Ratu Bengawan
(1727-1761 M ) Kesultanan kotawaringin mengalami masa keemasan, pada masa ini
hasil pertanian dan hasil bumi melimpah ruah dan di eksfor keluar daerah.
Perdagangan hasil kerajinan produksi Kotawaringin menjadi terkenal dan sangat
laku di pasaran regional. Krena kemajuan ekonomi ini rupanya juga memacu
perkawinan antar suku dan banyak pendatang baru yang menetap di Kotawaringin.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kerajaan Kotawaringin yang di
bangun di awal abad ke 17 telah memacu pertumbuhan permukiman di sepanjang
sungai di daerah Kotawaringin Barat. Permukiman yang ada dipacu oleh domain
ekonomi bukan oleh domain politik yang membentuk kota-kota agrasi seperti di
Jawa. Permukiman ini menggunakan sungai sebagai alat transfortasi dan elemen
primer <st1:city w:st="on">kota</st1:city> sehingga Pangkalan Bun sebagai
ibukota Kesultanan Kotawaringin berkembang menjadi <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city></st1:place> perdagangan yang menggunakan sungai
sebagai sarana utama.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada waktu sultan ke 13 bertahta
sekitar tahun 1930-an, hubungan antar wilayah di muara sungai atau tepi pantai
ke daerah pedalaman sudah dapat di tempuh dalam waktu lebih singkat. Ini karena
adanya kapal-kapal dagang orang-orang Tionghoa yang diperbolehkan oleh pihak
kesultanan untuk mengangkut barang dagangan dan penumpang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada masa Pendudukan Jepang di
buat pabrik-pabrik yang melibatkan kerabat istana seperti : pabrik kapal di
Sukamara dan pabrik pengolahan kulit bakau di Kumai. Pembangunan
bangunan-bangunan untuk kepentingan Jepang juga dilakukan, serta pembukaan
kembali Lapangan Terbang yang ditinggalkan oleh Hindia Belanda. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Peranan Keturunan Sultan Kotawaringin Di Bidang Pendidikan<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada masa pemerintahan Pangeran
Ratu Anum Kesumayuda Tuha (1767-1805 M), pihak kerajaan sudah memperhatikan
pendidikan terutama untuk kerbat kesultanan. Wujud dari perhatian tersebut
adalah dengan didirikannya pondok pesantren di Danau Gatal Kanan dan Danau
Gatal Kiri ( desa Rungun sekarang).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada masa pemerintahan Pangeran
Ratu Sukma Alamsyah Sultan ke 13, di kota Pangkalan Bun berdiri sebuah sekolah
desa yang disebut Volkschool sampai kelas III, dan sebuah sekolah sambungan
yang disebut Vorvolkschool kelas V. sedangkan di luar kota Pngkalan Bun yaitu
Kumai, Sukamara, Kotawaringin, Nanga Bulik, Perambangan, Kudangan, Kinipan,
Tapin Bini dan Bayat masing-masing didirikan Volkschool.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Menjelang kedatangan Jepang,
sebagian besar sekolah-sekolah tersebut di bantu oleh badan swasta yaitu
yayasan Dayak Evangelis karena sekolah-sekolah swasta tidak mendapat subsidi
dari pemerintah Hindia Belanda, guru-guru sekolah sekolah-sekolah tersebut
orang-orang pribumi. Juga kesempatan untuk memperoleh pendidikan pada masa
Hindia Belanda adalah hanya mereka yang mampu membayar uang sekolah saja.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ketika Jepang masuk, mereka
menemukan sekolah-sekolah swasta ini tetap berjalan dengan guru-gurunya yang
digaji oleh penduduk kampung. Pemerintah pendudukan Jepang mengambil alih semua
sekolah swasta ini dan semua gurunya digaji oleh pemerintah pendudukan Jepang.
Pelajaran bahasa Jepang dengan intensif sekali diajarkan kepada anak-anak
sekolah. Setiap pagi sebelum masuk kelas selalu diadakan upacara bendera
mengibarkan bendera Jepang dan penghormatan ke arah matahari terbit. Setelah
upacara selesai disambung dengan gerak badan yang disebut Taiso. (Bappeda :
2004 : 25). Selain itu siswa-siswa juga diajarkan pelajaran menyanyi oleh tentara
Jepang yang setiap hari datang ke sekolah. Penyebaran kebudayaan Jepang juga
semakin luas seperti tari-tarian ala Jepang dan sekolah-sekolah Rakyat juga
diperintahkan untuk mengadakan latihan sandiwara untuk dipentaskan pada
hari-hari besar bangsa Jepang. (Bappeda : 2005 : 38). </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Peranan Keturunan Sultan
Kotawaringin Sesudah Tahun 1950-1960</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Peranan Keturunan Sultan Kotawaringin Di Bidang
Pemerintahan<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah daerah Swapraja
Kotawaringin resmi bergabung dengan negara Kesatuan Republik <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> tanggal 1 Mei 1950,
daerah ini berada di bawah kabupaten Kotawaringin yang beribukota di Sampit
yang dipimpin oleh seorang bupati bernama Cilik Riwut. Daerah Swapraja
Kotawaringin sendiri dipimpin oleh seorang Wedana bernama Basri. Walaupun
sebenarnya Swapraja Kotawaringin telah dimasukkan ke kabupaten Kotawaringin
semenjak tanggal 27 Desember 1949 berdasarkan undang-undang No. 22 Tahun 1948.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dengan berakhirnya kekuasan
kesultanan, maka para bangsawan dan keturunan sultan tidak lagi memiliki
jabatan-jabatan dalam pemerintahan. Hanya beberapa keturunan Sultan dan
bangsawaan yang sebelumnya sudah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, tetap
dipekerjakan sebagai pegawai seperti gusti Hamidan, Gusti Majdhan, Gusti M.
Taib dan lain-lain. <st1:place w:st="on">Para</st1:place> bangsawan lainnya
seperti Pangeran Aria Ningrat yang dulunya bekerja sebagai kepala distrik
kembali kemasyarakat. (hasil wawancara dengan H. Tengku A. Zailani : Senin 22
November 2007)<br />
Menurut Mastoer bin Atjil (wawancara, Jumat, 16 Nopember 2007), pada masa
perubahan kekuasaan tersebut perekrutan pegawai negeri saat itu banyak yang
diambil dari para bangsawan dan keturunan sultan. Contohnya adalah Pangeran
Perdana yang merupakan anak sultan diangkat langsung menjadi pegawai negeri,
dan ketika itu mayoritas penduduk kedarahan raja yang kebanyakan dari kaum
bangsawan, dan keturunanya bekerja sebagai pegawai di pemerintahan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Daerah Swapraja Kotawaringin
sebagai bagian dari kabupaten kotawaringin juga melakukan pemilihan wakil-wakil
Rakyat yang akan duduk di DPRDS kabupaten Kotawaringin. Atas dasar ini maka
pada waktu itu terpilih : M. Abdullah Mahmud dari partai Masyumi, Ahmad Said
dari BPRI, Dahlan Abas dari partai Masyumi, M. Sahloel dari PNI, Gusti M.
Sanusi dari PNI, Djainuri dari SKI, I. Ismail dari Parkindo. (Lontaan dan Sanusi:
1976 : 91) Dalam susunan wakil rakyat yang terpilih tersebut terlihat hanya
Gusti M. Sanusi yang merupakan kerabat kesultanan yang terpilih dalam DPRDS.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Namun ketika Swapraja
Kotawaringin menjadi Kabupaten sendiri yang disahkan dengan undang-undang No :
27 tahun 1959 tentang pembagian daerah tingkat dua Kotawaringin Timur dapat
terlihat banyak diantara kerabat sultan yang menduduki jabatan sebagai anggota
DPRDGR, seperti : P. Arianingrat, Gst. Abdul Gani, Gst. Kiting, Gst.
Hermansyah, Mas Karim DW, dan H. A. MAS Alipandi. Masuknya beberapa nama ini
dalam DPRDGR menandakan mereka juga mulai berkecimpung didalam bidang
politik.<br />
<br />
<o:p></o:p></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
-oOo-</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-18397400850530023202012-09-28T17:54:00.002-07:002012-09-28T18:08:23.298-07:00Detik-detik Terakhir Kesultanan Bulungan<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRiz-May%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="country-region" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
a:link, span.MsoHyperlink
{color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{color:purple;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
</style> <!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiN3H0ZEWZWBbEr6iBc79yPtvewPstr0KT87rOe7MgA1vxv_RnbVvcSGNbtnMOviEZxi96qKspdqhI5mH3N0nTLzo2Ake_Q7hW816-bWJjlD7tMOTPJMnneNpXWPhHQ5Q68wcII1zx-foLu/s1600/Museum-Bulungan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="209" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiN3H0ZEWZWBbEr6iBc79yPtvewPstr0KT87rOe7MgA1vxv_RnbVvcSGNbtnMOviEZxi96qKspdqhI5mH3N0nTLzo2Ake_Q7hW816-bWJjlD7tMOTPJMnneNpXWPhHQ5Q68wcII1zx-foLu/s320/Museum-Bulungan.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Judul Asal : <i><b>Malam Jahanam di Bulungan</b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Artikel : LenteraTimur.com</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Ibrahim berdiri terpaku menatap istana yang
hancur lebur. Ia menangis sesenggukan. Air matanya mengalir deras sedari tadi.
Di depan mata bocah sepuluh tahun itu tersaji sebuah pemandangan bengis:
segerombolan orang berpakaian loreng dan bersenjata lengkap membakar mahligai
negara Kesultanan Bulungan. Api berkobar menjilati tiang-tiang istana.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dari arah utara, suara teriakan perempuan terdengar keras.</div>
<div class="MsoNormal">
”Ibrahim…! Lari… lari!”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Perempuan itu meminta Ibrahim
segera meninggalkan istana yang sudah menjadi puing. Namun dia tetap tegak bak
pohon yang tak goyang. Angin malam Sungai Kayan tak membuat langkahnya mundur.
Tajam matanya yang masih dilintasi air yang turun dari kelopak, tetap tertuju
pada reruntuhan istana. Otaknya merekam peristiwa malam itu lekat-lekat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Lalu, perempuan itu keluar dari
persembunyiannya dan berlari ke arah Ibrahim. Sekejap, tangannya menangkap
tubuh Ibrahim yang masih berdiri tegap dan membawanya menjauh dari kobaran api.
Perempuan itu tak lain adalah ibu kandung Ibrahim sendiri, yang selamat dari
pembantaian.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah puas membakar, membunuh
petinggi negara Kesultanan Bulungan, dan merampas harta benda istana, para
tentara itu lalu menculik Datu Mukemat bergelar Raja Muda. Sampai sekarang,
Raja Muda yang juga sepupu Ibrahim itu, tak diketahui nasibnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZnbrnQtboaqkJGQTT3owq2NPbLGDMzdD3-c4ruRlKP1f0pTTeEfsU4YGBgGRKDbQATHWdTx3WmzUsdXEQovk1-K9_VBEdTMYg6cvJb8EmMshOk36k-fySZYwTsM5-ZodgZLZ0V_DodIXj/s1600/Singgasana-Kesultanan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZnbrnQtboaqkJGQTT3owq2NPbLGDMzdD3-c4ruRlKP1f0pTTeEfsU4YGBgGRKDbQATHWdTx3WmzUsdXEQovk1-K9_VBEdTMYg6cvJb8EmMshOk36k-fySZYwTsM5-ZodgZLZ0V_DodIXj/s320/Singgasana-Kesultanan.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Replika Singgasana Kesultanan Bulungan</span></td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sabtu, 18 Juli 1964, di malam
penuh kebengisan itu, semua hancur lebur. Peradaban panjang terbujur. Ibrahim
menjadi saksi betapa kejinya sekelompok tentara yang telah membunuh dan
menculik kerabat istana hingga membakar dan menghancurkan istana dan rumah
adat. Tak puas membakar, para tentara juga merampas harta benda milik
kesultanan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Waktu itu saya masih kecil, baru
berumur sepuluh tahun. Saya melihat dengan mata kepala sendiri pembakaran itu.
Tentara menculik dan membunuh kerabat istana. Raja Muda hilang. Sampai sekarang
tidak jelas keberadaannya,” kata Ibrahim yang bergelar Datu Ibrahim Bin Datu
Bendahara, kepada LenteraTimur.com, Selasa (19/6), di Museum Kesultanan
Bulungan, Tanjung Palas, Kalimantan Timur.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mata Ibrahim berkaca-kaca
menceritakan peristiwa itu. Suaranya berat. Tangannya menunjuk foto Raja Muda
bersama istrinya yang terpajang di salah satu dinding di dalam museum
Kesultanan Bulungan. Museum itu dibangun ulang untuk mengangkat kembali
kejayaan Kesultanan Bulungan. Bersama istri dan anaknya, Ibrahim tinggal tak
jauh dari museum, yang dulunya adalah istana.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ibrahim yang kini berusia 58
tahun itu bercerita, sebelum 18 Juli 1964, sudah terjadi penangkapan dan
pembunuhan petinggi-petinggi Bulungan oleh tentara atas perintah Brigadir
Jenderal Suhario, yang ketika itu menjabat sebagai Pangdam IX Mulawarman.
Namun, yang melakukan eksekusi di lapangan adalah kaki tangannya, antara lain
Letnan B. Simatupang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Berdasarkan informasi dari
Kesultanan Bulungan, pelaku pembantaian ini juga memiliki keterkaitan dengan
kaum komunis. Dan di banyak sumber, Suhario disebut-sebut memang dekat dengan
kelompok tersebut.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Kerabat kami satu per satu
diculik. <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Ada</st1:place></st1:city>
yang dibunuh. Setidaknya ada 58 orang korban keganasan tentara,” kata Ibrahim.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Petaka 18 Juli 1964 itu kemudian
dikenal dengan nama tragedi Bultiken. Bultiken merupakan akronim dari Bulungan,
Tidung, dan Kenyah. Ketiganya berasal dari keturunan proto-melayu yang dalam
perjalanan masa dikenal dengan nama suku Dayak Kenyah atau Dayak Kayan.
Sementara, mereka yang hijrah ke wilayah pantai melalui percampuran darah dan
perkawinan dengan penduduk pendatang dari daerah atau negeri lain menjelma
menjadi dua rumpun besar, yaitu Suku Tidung dan Suku Bulungan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Kami dituduh makar, melawan
pemerintahan yang sah,” kata Ibrahim. ”Akibatnya banyak kerabat kami yang lari
ke <st1:country-region w:st="on">Malaysia</st1:country-region> dan memilih
menjadi warga negara <st1:country-region w:st="on">Malaysia</st1:country-region>
ketimbang <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Menurut Ali Amin Bilfaqih, dalam
bukunya “<i>Sekilas Sejarah Kesultanan Bulungan dari Masa ke Masa”, </i>kejadian
itu bermula pada Kamis, 2 Juli 1964. Selepas salat Magrib hingga larut malam,
Kapten Buntaran dan Letnan B. Simatupang bertamu ke kediaman Raja Muda di
istana Kesultanan Bulungan. Mereka tampak asyik bercerita hingga diselingi tawa
dan canda. Namun, di ruangan terpisah, dua anak Raja Muda yang masih balita,
Masnun dan Khaharudin, sangat rewel. Mereka menangis terus sejak magrib hingga
larut malam. Tangisan itu ditafsirkan sebagai pertanda akan datangnya sesuatu
yang buruk.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bisa jadi firasat itu benar.
Selepas Kapten Buntaran dan Letnan B. Simatupang pamit tengah malam dan diantar
Raja Muda hingga tangga istana, ternyata keduanya kembali lagi pada subuh dini
hari, Jumat, 3 Juli 1964. Kali ini mereka membawa sepasukan tentara dari satuan
tempur Brawijaya 517 untuk mengepung istana Kesultanan Bulungan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Masyarakat yang kala itu sedang
mengambil air wudhu di Sungai Kayan untuk salat subuh kaget melihat begitu
banyaknya tentara. Dan sekitar pukul enam pagi, seluruh masyarakat di Tanjung
Palas dikumpulkan di depan istana.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Lalu, Mayor Sumina Husain,
Komandan Kodim 0903 Bulungan di Tanjung Selor, berpidato. ”Para bangsawan
Bulungan ingin memberontak terhadap pemerintah Republik <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> yang sah, dengan gerakan
subversif Bultiken.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pernyataan itu kemudian diulangi
lagi oleh Letnan B. Simatupang. Namun, Datu Taruna, bangsawan Bulungan,
menyanggahnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Itu tidak mungkin, sebab Kapten
Buntaran dan Letnan B. Simatupang ngobrol hingga larut malam dengan Raja Muda
di istana.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Letnan B. Simatupang marah, lalu
memerintahkan kepada seorang polisi M. Ramli untuk menembak Datu Taruna. Datu
Taruna pun akhirnya terjungkal dan rebah bersimbah darah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sejak peristiwa itu, tentara
menutup istana dan harta benda dijarah. Satu per satu bangsawan Bulungan hilang
tanpa status. Sisanya ditangkap dan ada yang dibunuh. Tercatat pada 3, 4, dan 6
Juli 1964 sering terjadi penculikan dan penangkapan. Kemudian Sabtu malam, 18
Juli 1964, istana Raja Muda pun dibakar.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kekejaman itu lalu terus memburu.
Pada hari Kamis-Jumat, 23-24 Juli 1964, penyerangan dan pembakaran masih terus
dilakukan. Istana Bulungan bertingkat dua itu dibakar selama dua hari dua malam
hingga rata dengan tanah. Masyarakat yang tidak ikut membakar istana, dianggap
pengikut Raja Muda yang memberontak.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Peristiwa itu tidak akan kami
lupakan. Saya masih dendam hari ini,” kata Ibrahim. Suaranya berat. Ia terdiam
sejenak. Matanya sedikit berkabut. ”Tuhan yang akan membalasnya,” suara Ibrahim
lirih.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Bergabung dengan
Indonesia</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Istana Kesultanan Bulungan
terletak di Tanjang Palas. Untuk mencapainya, orang harus menyeberangi Sungai
Kayan dari Tanjung Selor. Tak butuh waktu lama, cukup sekitar <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">lima</st1:place></st1:city> menit berperahu kolotok saja, kita akan
sampai di Istana Kesultanan Bulungan, Kalimantan Timur.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXrhni-wRyax_QgebI6YsPfxu1EhsvClb1v1meUGLlsw2Zic9Deg5DgYfFTxscPeOdthR2I_G4lLgrJYeQUzO71cJM7Auw_yWGSM_ARrjd2BeThNMm-FnoXbMqteiP4oaa7v9h1g2ECv8j/s1600/Kapal-Bulungan-Netherland.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="290" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXrhni-wRyax_QgebI6YsPfxu1EhsvClb1v1meUGLlsw2Zic9Deg5DgYfFTxscPeOdthR2I_G4lLgrJYeQUzO71cJM7Auw_yWGSM_ARrjd2BeThNMm-FnoXbMqteiP4oaa7v9h1g2ECv8j/s640/Kapal-Bulungan-Netherland.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p> </o:p>Untuk mengingat lagi masa
kejayaan Bulungan, karena istana itu telah dibumihanguskan oleh tentara, maka
dibuatlah Museum Kesultanan Bulungan. Di halaman dan teras istana, terdapat
meriam-meriam tua yang tepat berhadapan ke arah Sungai Kayan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di dalam museum, masih terdapat
sebagian kecil saja sisa-sisa harta benda Kesultanan Bulungan yang selamat dari
jarahan tentara. Semua ornamen-ornamennya didominasi oleh warna kuning. Antara
lain keris – senjata khas Melayu, tempat tidur raja, guci, singgasana raja, dan
juga foto-foto yang terbingkai rapi. Salah satu fotonya adalah sebuah kapal
yang sedang berlabuh di Sungai Kayan. Di badan kapal itu tertulis <i>Boelongan
Nederland</i>.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Bulungan dan Belanda itu
bersahabat. Kami tidak berperang melawan Belanda,” ujar Jimmy Nasroen, seorang
pengajar di Universitas Kalimantan Utara yang juga tokoh pemuda Bulungan pada
LenteraTimur.com, Selasa (19/6), di Bulungan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhA2Z0s8Rh5T53JDwEV9VS0cUlfEQ_0T0q5Y3j18EH7QX9Hnxp1J2OKfKt4_-BpXQDvaeuEkzuiwmZxcB2_6Z6SVT-t5kinus7_nyvY7_67TyaefRgSJoVxrr3SDU9RAWnV4BX2i_7red_g/s1600/Kapal-untuk-meminang-putri-Langkat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="459" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhA2Z0s8Rh5T53JDwEV9VS0cUlfEQ_0T0q5Y3j18EH7QX9Hnxp1J2OKfKt4_-BpXQDvaeuEkzuiwmZxcB2_6Z6SVT-t5kinus7_nyvY7_67TyaefRgSJoVxrr3SDU9RAWnV4BX2i_7red_g/s640/Kapal-untuk-meminang-putri-Langkat.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p> </o:p>Selain itu, ada juga foto
pernikahan Sultan Bulungan, Datuk Ahmad Sulaiman, dengan putri Sultan <a href="http://www.lenteratimur.com/aru-dahulu-langkat-kemudian/" target="_blank">Langkat</a>
(Sumatera), Tengku Lailan Syafinah (pada foto Lailan Supimah) binti almarhum
Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmad pada 1926. Oleh rakyat Langkat, Sultan
Bulungan dikenal dengan nama Sri Sultan Maulana Ahmad Sulaiman Ud-din. Jarak
antara Bulungan dan Langkat tak terkira jauhnya, yang jika ditarik garis lurus
mencapai sekitar 2.200 kilometer. Sebuah situs Belanda juga mencatat sejumlah foto
pernikahan keduanya di Tanjungpura, Langkat, yang juga dirayakan dengan tarian
Karo (lihat <a href="http://www.digitalecollectienederland.nl/portal/object/013_02_M_NL_Tropenmuseum/592B76B1C6B924CE8F370B274744B0A9A92F4319.html?query=karo&start=1176&startPage=1165&pageId=brd&view=table" target="_blank">di sini</a>).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kesultanan Bulungan saat itu
adalah sebuah wilayah yang berdaulat: memiliki pemerintahan, teritori, dan
rakyat. Wilayah kekuasaannya mencapai Malinau, Nunukan, Tana Tidung, Tarakan,
Sebatik, bahkan hingga ke Sipadan dan Ligitan. Untuk Pulau Sipadan, mereka
mengenalnya dengan sebutan Pulau Sepot, yang artinya batas. Kemudian hari pulau
tersebut dinamakan Sipadan, yang kini masuk dalam wilayah <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Malaysia</st1:country-region></st1:place>.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Tak ada nasionalisme di sini.
Kami makan dan belanja barang-barang yang hampir semuanya dari <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Malaysia</st1:country-region></st1:place>,”
kata Jimmy.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Menurut Jimmy, Kesultanan
Bulungan bergabung dengan <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>
pada 1949, yakni pada negara Republik Indonesia Serikat. Sejak saat itulah
wilayah Kesultanan Bulungan, di dalam Federasi Kalimantan Timur, menjadi Daerah
Istimewa.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Jadi ada tiga daerah istimewa di
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>
sebenarnya. Selain Aceh dan <st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>,
Bulungan juga merupakan Daerah Istimewa. Namun, status keistimewaan itu dicabut
pada tahun 1964, seiring terjadinya Tragedi Bultiken yang dituduhkan tentara,”
ujar Jimmy.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Wajah Bulungan kini.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pemerintahan Kesultanan Bulungan
berakhir pada tahun 1958, yang pada saat itu dijabat oleh Datu Tira atau yang
bergelar Sultan Maulana Muhammad Djalaludin.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">”Ekonomi masyarakat di Bulungan sangat maju saat itu.
Jika tidak bergabung dengan <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>,
kami sama sejahteranya seperti Singapura,” kata Ibrahim.</span><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">-oOo- </span></div>
<br />
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Sumber : http://www.lenteratimur.com/malam-jahanam-di-bulungan </span></div>
</div>
</div>
</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-17332503827966975822012-09-25T19:32:00.002-07:002012-09-25T20:14:07.623-07:00Pangeran Samudra (Pangeran Suriansyah)<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiORlEgNmW4JCFrs-qP_JiL4H0hLUDM4E3_vvpO-dbFJgkFt8HURN5kFtzK2g6v0cscvzAbgB-ZMCxq5IatRi7umQBIW3-6KSyPklI3YmV-v7ijhRr5gxgEv9CJ2ZD2LikJerzPKcKUpGrw/s1600/pangeran-samudra.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiORlEgNmW4JCFrs-qP_JiL4H0hLUDM4E3_vvpO-dbFJgkFt8HURN5kFtzK2g6v0cscvzAbgB-ZMCxq5IatRi7umQBIW3-6KSyPklI3YmV-v7ijhRr5gxgEv9CJ2ZD2LikJerzPKcKUpGrw/s320/pangeran-samudra.jpg" width="285" /></a></div>
<i><b><span style="font-size: 12pt;">Pada zaman dahulu berdirilah sebuah kerajaan
bernama Nagara Daha. Kerajaan itu didirikan Putri Kalungsu bersama putranya,
Raden Sari Kaburangan alias Sekar Sungsang yang bergelar Panji Agung Maharaja
Sari Kaburangan. Konon, Sekar Sungsang seorang penganut Syiwa. la mendirikan
candi dan lingga terbesar di Kalimantan Selatan. Candi yang didirikan itu
bernama Candi Laras. Pengganti Sekar Sungsang adalah Maharaja Sukarama. Pada
masa pemerintahannya, pergolakan berlangsung terus-menerus. Walaupun Maharaja
Sukarama mengamanatkan agar cucunya, Pangeran Samudera, kelak menggantikan
tahta, Pangeran Mangkubumi-lah yang naik takhta.</span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-386"></span><o:p></o:p></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Kerajaan tidak hentinya mengalami kekacauan
karena perebutan kekuasaan. Konon, siapa pun menduduki takhta akan merasa tidak
aman dari rongrongan. Pangeran Mangkubumi akhirnya terbunuh dalam suatu usaha
perebutan kekuasaan. Sejak itu, Pangeran Tumenggung menjadi penguasa kerajaan.<br />
<br />
Pewaris kerajaan yang sah, Pangeran Samudera,
pasti tidak aman jika tetap tinggal dalam Lingkungan kerajaan. Atas bantuan
patih Kerajaan Nagara Daha, Pangeran Samudera melarikan diri. Ia menyamar dan
hidup di daerah sepi di sekitar muara Sungai Barito. Dari Muara Bahan, bandar
utama Nagara Daha, mengikuti aliran sungai hingga ke muara Sungai Barito,
terdapat kampung-kampung yang berbanjar-banjar atau berderet-deret melintasi
tepi-tepi sungai. Kampung-kampung itu adalah Balandean, Sarapat, Muhur, Tamban,
Kuin, Balitung, dan Banjar.<o:p></o:p><br />
<br />
Di antara kampung-kampung itu, Banjar-lah yang
paling bagus letaknya. Kampung Banjar dibentuk oleh <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">lima</st1:place></st1:city> aliran sungai yang muaranya bertemu di
Sungai Kuin.<o:p></o:p><br />
<br />
Karena letaknya yang bagus, kampung Banjar
kemudian berkembang menjadi bandar, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">kota</st1:place></st1:city>
perdagangan yang ramai dikunjungi kapal-kapal dagang dari berbagai negeri.
Bandar itu di bawah kekuasaan seorang patih yang biasa disebut Patih Masih.
Bandar itu juga dikenal dengan nama Bandar Masih.<o:p></o:p><br />
<br />
Patih Masih mengetahui bahwa Pangeran Samudera,
pemegang hak atas Nagara Daha yang sah, ada di wilayahnya. Kemudian, ia
mengajak Patih Balit, Patih Muhur, Patih Balitung, dan Patih Kuin untuk
berunding. Mereka bersepakat mencari Pangeran Samudera di tempat
persembunyiannya untuk dinobatkan menjadi raja, memenuhi wasiat Maharaja
Sukarama.<o:p></o:p><br />
<br />
Dengan diangkatnya Pangeran Samudera menjadi raja
dan Bandar Masih sebagai pusat kerajaan sekaligus bandar perdagangan, semakin
terdesaklah kedudukan Pangeran Tumenggung. Apalagi para patih tidak mengakuinya
lagi sebagai raja yang sah. Mereka pun tidak rela menyerahkan upeti kepada
Pangeran Tumenggung di Nagara Daha.<o:p></o:p><br />
<br />
Pangeran Tumenggung tidak tinggal diam menghadapi
keadaan itu. Tentara dan armada diturunkannya ke Sungai Barito sehingga
terjadilah pertempuran besar-besaran. Peperangan berlanjut terus, belum ada
kepastian pihak mana yang menang. Patih menyarankan kepada Pangeran Samudera
agar minta bantuan ke Demak. Konon menurut Patih Masih, saat itu Demak menjadi
penakluk kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa dan menjadi kerajaan terkuat
setelah Majapahit.<o:p></o:p><br />
<br />
Pangeran Samudera pun mengirim Patih Balit ke
Demak. Demak setuju nnemberikan bantuan, asalkan Pangeran Samudera setuju
dengan syarat yang mereka ajukan, yaitu mau memeluk agama Islam. Pangeran
Samudera bersedia menerima syarat itu. Kemudian, sebuah armada besar pun pergi
menyerang pusat Kerajaan Nagara Daha. Armada besar itu terdiri atas tentara
Demak dan sekutunya dari seluruh <st1:place w:st="on">Kalimantan</st1:place>,
yang membantu Pangeran Samudera dan para patih pendukungnya. Kontak senjata
pertama terjadi di Sangiang Gantung. Pangeran Tumenggung berhasil dipukul
mundur dan bertahan di muara Sungai Amandit dan <st1:place w:st="on">Alai</st1:place>.
Korban berjatuhan di kedua belah pihak. Panji-panji Pangeran Samudera,
Tatunggul Wulung Wanara Putih, semakin banyak berkibar di tempat-tempat
taklukannya.<o:p></o:p><br />
<br />
Hati Arya Terenggana, Patih Nagara Dipa, sedih
melihat demikian banyak korban rakyat jelata dari kedua belah pihak. Ia
mengusulkan kepada Pangeran Tumenggung suatu cara untuk mempercepat selesainya
peperangan, yakni melalui perang tanding atau duel antara kedua raja yang
bertikai. Cara itu diusulkan untuk menghindari semakin banyaknya korban di kedua
belah pihak. Pihak yang kalah harus mengakui kedaulatan pihak yang menang. Usul
Arya Terenggana ini diterima kedua belah pihak.<br />
<br />
Pangeran Tumenggung dan Pangeran Samudera naik
sebuah perahu yang disebut talangkasan. Perahu-perahu itu dikemudikan oleh panglima
kedua, belah pihak. Kedua pangeran itu memakai pakaian perang serta membawa
parang, sumpitan, keris, dan perisai atau telabang.<o:p></o:p><br />
<br />
Mereka saling berhadapan di Sungai Parit Basar.
Pangeran Tumenggung dengan nafsu angkaranya ingin membunuh Pangeran Samudera.
Sebaliknya, Pangeran Samudera tidak tega berkelahi melawan pamannya. Pangeran
Samudera mempersilakan pamannya untuk membunuhnya. Ia rela mati di tangan orang
tua yang pada dasarnya tetap diakui sebagai pamannya.<o:p></o:p><br />
<br />
Akhirnya, luluh juga hati Pangeran Tumenggung.
Kesadarannya muncul. la mampu menatap Pangeran Samudera bukan sebagai musuh,
tetapi sebagai keponakannya yang di dalam tubuhnya mengalir darahnya sendiri.
Pangeran Tumenggung melemparkan senjatanya. Kemudian, Pangeran Samudera
dipeluk. Mereka bertangis-tangisan.<o:p></o:p><br />
<br />
Dengan hati tulus, Pangeran Tumenggung menyerahkan
kekuasaan kepada Pangeran Samudera. Artinya, Nagara Daha ada di tangan Pangeran
Samudera. Akan tetapi, Pangeran Samudera bertekad menjadikan Bandar Masih atau
Banjar Masih sebagai pusat pemerintahan sebab bandar itu lebih dekat dengan
muara Sungai Barito yang telah berkembang menjadi <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">kota</st1:place></st1:city> perdagangan. Tidak hanya itu, rakyat
Nagara Daha pun dibawa ke Bandar Masih atau Banjar Masih. Pangeran Tumenggung
diberi daerah kekuasaan di Batang Alai dengan seribu orang penduduk sebagai
rakyatnya. Nagara Daha pun menjadi daerah kosong.<o:p></o:p><br />
<br />
Sebagai seorang raja yang beragama Islam,
Pangeran Samudera mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah. Hari kemenangan
Pangeran Samudera atau Sultan Suriansyah, 24 September 1526, dijadikan hari
jadi <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">kota</st1:place></st1:city>
Banjar Masih atau Bandar Masih.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div style="text-align: center;">
-oOo- </div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-62935237732427197082012-09-14T22:09:00.001-07:002012-09-14T22:49:10.221-07:00Suta Unu (Tamak Mas)<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTba3Fjd8U0HoxsYLGd0lvgC0MDxjyVo9YvgsUejXL3HyeeVaEJf2VzQeFql0ItzF6-N74HZsG5hSq8F7qwOOsq4YlMyEll30-mM_Q96RQlkedQBBf3rCuOX-AgZJZXZ8VnzjYavt0Z7p4/s1600/100_1097.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTba3Fjd8U0HoxsYLGd0lvgC0MDxjyVo9YvgsUejXL3HyeeVaEJf2VzQeFql0ItzF6-N74HZsG5hSq8F7qwOOsq4YlMyEll30-mM_Q96RQlkedQBBf3rCuOX-AgZJZXZ8VnzjYavt0Z7p4/s320/100_1097.JPG" width="320" /></a></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><i><b>Suta Unu, mungkin memang tidak dikenal dikalangan Suku Banjar tamun tidak salahnya jika kita mengenal beliau yang dilahirkan dengan
nama Abu adalah putera asli Dayak Maanyan. Pada masa penjajahan, Suta Unu
merupakan salah satu pelaku sejarah khususnya untuk suku Dayak Paju Epat dan
Dayak Maanyan.</b></i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Meski bukan raja dan bukan pula
pengkhianat, ia adalah seorang “ Pemimpin Suku Dayak Maanyan“. Beliau adalah
satu-satunya pemimpin yang mampu mempersatukan Suku Dayak Maanyan , terhadap
berbagai kesulitan hidup akibat di tindas oleh Kerajaan Banjar yang dianggap
terlalu mengedepankan ekspansi kerajaan Islam pada saat itu. Padahal,
dikalangan Suku Maanyan, sebelumnya tidak pernah terjadi perselisihan dan
eksploitasi masalah perbedaan agama atau kepercayaan. Justru budaya dari luarlah
yang mengubah perilaku suku-suku di <st1:place w:st="on">Kalimantan</st1:place>.<br />
<br />
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4Z3BDBmtz4rocIUnzvANUsNYKI0bZjKg7V1Mfv2ylm5ciZUcTK44KKW28wbgP-9_b_TpndkwYObNZf9oOigVREdfILRzip-NM_hxSlDpMs6leRBIacfVtL0lht-TEBaKYNsn_WXELdYe-/s1600/Rumah+Suta+Unu.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4Z3BDBmtz4rocIUnzvANUsNYKI0bZjKg7V1Mfv2ylm5ciZUcTK44KKW28wbgP-9_b_TpndkwYObNZf9oOigVREdfILRzip-NM_hxSlDpMs6leRBIacfVtL0lht-TEBaKYNsn_WXELdYe-/s320/Rumah+Suta+Unu.JPG" width="320" /></a></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Sejak dahulu, kerukunan antar –
agama Kaharingan dan Islam berlangsung dengan sangat damai. Mereka mampu hidup
secara berdampingan dan bekerja sama. Namun oleh karena kekuasaan dan
kepentingan politik, kedamaian ini seringkali dirobek. Khususnya semasa Perang
Banjar (1859-1905), di mana Kerajaan Banjar berkeinginan kuat untuk memperluas
wilayah kekuasaannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Dari perluasan wilayah itulah,
maka wilayah-wilayah yang dikuasainya harus membayar pajak. Jelas, ini sangat
memberatkan bagi rakyat kecil. Sebagai seorang yang memiliki darah pemimpin,
Suta Unu lantas tampil mempersatukan Suku Dayak Maanyan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Oleh karena keberanian, kejujuran,dan sifat kepemimpinannya yang sangat menonjol, pada usia relatif
muda, yaitu 27 tahu, Suta Unu diangkat langsung oleh Kerajaan Hindia Belanda
sebagai pemimpin yang diwilayahnya disebut <i>District Van Osst </i>atau Dusun
Timur.</span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiZl9gyNbK5VHttb0bsTZQY6w2qEMqGOPPenEc1BNOd-3BAsSwZLfnBSnUe29Sq5ek0U9Gd8w_-Aj08PiKCfbZaKbawjrLCKxIOcT3BZpmTky77pLb39nzDEEKPB-oqmg_VPE5NZsQmQEh/s1600/100_1096.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiZl9gyNbK5VHttb0bsTZQY6w2qEMqGOPPenEc1BNOd-3BAsSwZLfnBSnUe29Sq5ek0U9Gd8w_-Aj08PiKCfbZaKbawjrLCKxIOcT3BZpmTky77pLb39nzDEEKPB-oqmg_VPE5NZsQmQEh/s1600/100_1096.JPG" /></a></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Walaupun Suta Unu masih belum
diakui sebagai pahlawan nasional, namun paling tidak sejarah mencatat bahwa
Suta Unu termasuk seorang pahlawan pemberani dan mendapat penghargaan Bintang
Satria dari pemerintah Belanda.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Karena kedekatannya dengan
Kolonial Belanda itulah, ada pula yang menyebut Suta Unu sebagai seorang
pengkhianat. Entahlah, itu tergatung darimana sudut pandang kita. Jika dari
sisi Kerajaan Banjar, mungkin beliau dicap pengkhianat karena tidak tunduk lagi
pada hegemoni kekuasaan Kerajaan Banjar. Tetapi, jika dari sudut pandang suku –
suku di wilayah <i>District Van Osst </i>Dusun Timur, Suta Unu adalah
pemersatu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Namun, terlepas dari semua
perdebatan, tentang apa dan siapa Suta Unu sebenarnya, saat ini makam Suta Unu
menjadi salah satu objek wisata. Makam Suta Unu atau yang lebih di kenal
sebagai Tamak Mas di kalangan masyarakat, terdapat di Kalimantan Tengah,
tepatnya di Desa Telang, Kecamatan Paju Epat, 21 KM dari ibukota Kabupaten
Barito Timur.<br />
<br />
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9_Oubde0laOjkqfIqnQf66b3uF4gyzL4PWbBWf6tnbzlZ8dBGbEBSNwW4q5YVmP9NZl15_oiKAk4uqUWoEXpTY6Ktxn5Jc8tY8NbVLFpxQR3mI40_D7zEu9DG7v0qBKQ_4j3TW8iw5g26/s1600/Makam-01.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9_Oubde0laOjkqfIqnQf66b3uF4gyzL4PWbBWf6tnbzlZ8dBGbEBSNwW4q5YVmP9NZl15_oiKAk4uqUWoEXpTY6Ktxn5Jc8tY8NbVLFpxQR3mI40_D7zEu9DG7v0qBKQ_4j3TW8iw5g26/s1600/Makam-01.JPG" /></a></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Makam Suta Unu, salah satu tujuan
wisata sejarah dan mitos dari Kabupaten Barito Timur, adalah objek wisata yang
potensial. Namun, adanya perhatian, perbaikan serta pengelolaan sangat
diperlukan untuk Makam ini. Karena, apabila Makam ini dikelola dengan baik,
maka akan menjadi suatu Objek Wisata yang memiliki daya tarik dan dapat
memberikan prospek yang menjanjikan pada pasar pariwisata dikemudian hari.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjakindBEl7NOL1-XMvPadFoV9i4zmuDOS-O-7ek_WeSXwUBamuoMDRhJVtFvwyWT_ZEmnByuFozOjR2KoY16euZJanbW_ZrnXKLTCcLeZD0g64aRgAZm6vfV3nW9jOfglMiQ6bB8rR7dia/s1600/Makam.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="235" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjakindBEl7NOL1-XMvPadFoV9i4zmuDOS-O-7ek_WeSXwUBamuoMDRhJVtFvwyWT_ZEmnByuFozOjR2KoY16euZJanbW_ZrnXKLTCcLeZD0g64aRgAZm6vfV3nW9jOfglMiQ6bB8rR7dia/s640/Makam.jpg" width="640" /></a></div>
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber : Menjelajah Eksotisme dan
Keajaiban Alam Barito Timur.<br />
<o:p>Sumber Posting : http://aullyudd.blogspot.com/2012/06/suta-unu-tamak-mas.html</o:p></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-57409534474416900212012-09-07T18:51:00.000-07:002012-09-14T17:44:14.168-07:00Kolonel Andressen<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWJo_Cm7dcnA9H5ktsIzt8gY9eoptipw4q8AMbZ4vw2FJR-3VpvazPYUbpvESkYkCk0p8l5evE2Cr5GIoGJPTxf8iK_6lzWsaicL1CoGW67QW_A8kJnaj89cuCKAmkUd4vEmwW3orcinIH/s1600/26479_107310925965582_564154_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWJo_Cm7dcnA9H5ktsIzt8gY9eoptipw4q8AMbZ4vw2FJR-3VpvazPYUbpvESkYkCk0p8l5evE2Cr5GIoGJPTxf8iK_6lzWsaicL1CoGW67QW_A8kJnaj89cuCKAmkUd4vEmwW3orcinIH/s320/26479_107310925965582_564154_n.jpg" width="298" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><b>29 April 1859 mendarat di
Banjarmasin ,bertugas meredakan Perang Banjar. 21 Oktober 1859 Dipecat Gubernur Jendral Batavia karena gagal menundukan “Hoofoopstandeling”
Sultan Hidayatullah. Pangkat terakhir Letnan Jendral karena jasanya dalam
Perang Aceh.</b></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Perang Banjar Meletus untuk
pertama kali pada tanggal 28 April 1859 M atau bertepatan dengan bulan suci
umat Islam 25 Ramadhan 1275 H, Penyerangan secara besar2an tersebut secara
serentak diseluruh daerah Kesultanan Banjar. Penyerangan terutama terhadap
pertahanan-pertahanan Belanda.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Penghancuran seluruh kekuatan Belanda di Kalangan,
Banyu Irang dan Bangkal. Penggempuran dipimpin oleh Pangeran Ardhi Kusuma.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Penggempuran dan pengepungan benteng Belanda di
Pengaron, pengempuran di pimpin Pangeran Antasari, Pembekal Ali Akbar, Mantri
Taming.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Penggempuran di Tabanio, didaerah Pelaihari/Tanah laut.
Penggempuran dibawah pimpinan Demang Lehman, Kiai Langlang dan Haji Buyasin.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Penggempuran di Pulau Petak, Pulau Telu dan disepanjang
sungai Barito dibawah pimpinan Pembekal Sulil dan Surapati.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Pembersihan kaki tangan Belanda di Banua Lima (Negara,
Alabio, Sungai Banar, Amuntai dan Kalua) dilakukan oleh Kiai Adipati Anom
Dinding Raja, pembekal Gapur, Duwahap, Dulahat dan Penghulu Abdul Gani.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Penggempuran di daerah Marabahan.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Penggempuran didaerah gunung Jabok.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]-->-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span><!--[endif]-->Penggempuran kapal perang Cipanas yang datang di
Martapura, rusak dan ditarik kapal Van Os</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Akibat dari serangan serempak ini maka hampir seluruh Kekuatan Belanda didaerah
Kesultanan Banjar dapat dilumpuhkan.</div>
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;"><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">
Ketidak berdayaan meredam Perang Banjar ini mengakibatkan Kolonel Andressen dipecat
dan memimpin pasukan Belanda hanya selama 6 bulan.</span></div>
<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRizaldy%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:21.0cm 842.0pt;
margin:72.0pt 89.85pt 72.0pt 89.85pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
</style> <!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNTSotCc6s2Dhk5eW41Fp_kLpQHFQQMG3gmeNUno5n0YtZVYU_oSiibaQ6U0jVqHbOb-QkjD9imR9jc-VZLmOcL7fgliSo_FrccW4dvphyphenhyphenaDrut7ZDSjRR5PekQaTWGgKYfGaXHeQtxex2/s1600/26479_108082485888426_8037011_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="227" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNTSotCc6s2Dhk5eW41Fp_kLpQHFQQMG3gmeNUno5n0YtZVYU_oSiibaQ6U0jVqHbOb-QkjD9imR9jc-VZLmOcL7fgliSo_FrccW4dvphyphenhyphenaDrut7ZDSjRR5PekQaTWGgKYfGaXHeQtxex2/s320/26479_108082485888426_8037011_n.jpg" width="320" /></a></div>
<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRizaldy%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
</style>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRizaldy%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
</style>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Kolonel Andressen setibanya di Banjarmasin
dikirimi surat tantangan oleh <i><b>Pembakal Sulil </b></i>untuk bertempur didalam bulan juni
1859 di Sungai Besaran ataukah bulan depan bertempur di Banjarmasin</span> Akhirnya tantangan diterima Andressen
dengan mengirim komando-komando perang yaitu :Bichon, Letnan Laut Clifford dan
de Haas.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Akhirnya tantangan diterima Andressen dengan
mengirim komando-komando perang yaitu : Bichon, Letnan Laut Clifford dan de
Haas</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Sayang dalam pertempuran itu
persenjataan tidak seimbang karena melawan meriam, panah melawan bedil.
Pertempuran diair tidak menguntungkan, namun ketika dilanjutkan didaratan
penakawan2 Pembekal Sulil bersama Juragan Kaut gelar Raden Anom Mas dengan anak
buahnya menerobos ke benteng pertahanan Belanda, berhasil menewaskan banyak
lawannya dan bahkan diantaranya dapat menembak mati Komandan Bichon.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Sementara itu kapal Boni yang dikirim Belanda ke Tanah laut untuk merebut
kambali Benteng tembok Tabanio yang diduduki anak buah Demang Lehman telah di
gempur juga. Sehingga 9 orang tentara Belanda dan anak buah kapal Boni jatuh
tewas dan akhirnya pasuka Belanda dibawah pimpinan letnan Cronenthal terpaksa mundur
dengan kekalahan !!!</div>
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;"><br /></span><br />
<div style="text-align: center;">
-oOo-</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Sumber : </span><br />
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">http://www.facebook.com/photo.php?fbid=107310925965582 set=a.100132346683440.52.100000600241183&type=3&permPage=1 </span></span>Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-42948071599054134642012-09-07T18:13:00.000-07:002012-09-07T19:02:08.481-07:00Pangeran Aminullah<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRizaldy%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqzNn7ilLWz8Tnw7j8-nCmG4I_yl8yExhFzkpG0YpCQ3BRx5XTwXkx8mZbnCTRHtb7pkAuClSC_1NGdtstXGovh1TCt1TggHQqjcWqE0_3Qbbmq4FqdrsO8uYDEuiMz4jkwWhseO9x6k8V/s1600/12393_106700609359947_2730710_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqzNn7ilLWz8Tnw7j8-nCmG4I_yl8yExhFzkpG0YpCQ3BRx5XTwXkx8mZbnCTRHtb7pkAuClSC_1NGdtstXGovh1TCt1TggHQqjcWqE0_3Qbbmq4FqdrsO8uYDEuiMz4jkwWhseO9x6k8V/s320/12393_106700609359947_2730710_n.jpg" width="206" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><b>Sekilas Cerita tentang Pangeran Aminullah, karena data lengkap belum didapat dari keturunan mana beliau dan kenapa Photo beliau masih ada sedangkan yang lain tidak ada. Beliau sebagai Ahli strategi
perang Kesultanan Banjar, pernah menjadi sekretaris pribadi dan wazir (juru
tulis) Sultan Adam Al-watsiqubillah.</b></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Sebelum perang berkecamuk Pangeran Aminullah mengirimkan utusan dan mengadakan <st1:city w:st="on">surat</st1:city> menyurat dengan tokoh-tokoh suku Banjar yang berada di
Kalimantan Barat, diantaranya ada <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">surat</st1:place></st1:city>
yang jatuh ketangan Belanda. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Surat</st1:city></st1:place>
itu berbunyi untuk mengundang pulang tokoh-tokoh urang Banjar untuk ikut serta
didalam perang sabil, sehingga menggoncangkan pemerintah Belanda di
Batavia.surat-surat dibuat pada september 1858.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Beliau sangat cerdik dan mempunyai bermacam-macam akal dan cara untuk mengecoh
dan mengelabui pihak Belanda. Didalam perang Banjar ini, ia oleh pihak Belanda
dikatakan sebagai salah seorang Jenderal dari Sultan Hidayatullah.Ia mempunyai
otak yang cemerlang, yang banyak ikut menentukan siasat perang Banjar.Pihak
belanda sangat kewalahan dengan Strategi Perang yang diterapkannya dan selalu
mendampingi Sultan Hidayatullah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Belanda sempat terkecoh juga ketika beliau mendampingi Sultan Tamjidillah
(Sultan boneka yang diangkat Belanda) dimana mereka berdua berperan sebagai
spionase untuk Kesultanan Banjar.</div>
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">
Setelah terbongkar bahwa mereka berdua berpihak kepada Sultan Hidayatullah,
maka Sultan Tamjidillah ditangkap dan dibuang ke Buitenzorg (Bogor) dan
Pangeran Aminullah bergabung dengan Sultan Hidayatullah berperang melawan
Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">-oOo-</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Sumber : http://www.facebook.com/photo.php?pid=132155&id=100000600241183 </span></div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-83625689136059784572012-09-07T07:01:00.001-07:002012-09-07T08:21:41.664-07:00Gerakan Tengkorak Putih<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRiz-May%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4btglONvCXs5oJywMv4SVwvihY7G3AAKAsH0smq09bf0aHNOS-ztBBGvYCEBe1Gd3IdWDpnH1X1Rq8sOTgx9qL_8dbHC_4zYg8ETbergeYIlNNFjuXqL5UwkhJ71ZA1-eR7Zaxfz4d9cb/s1600/cover-buku-gerakan-tengkorak-putih1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4btglONvCXs5oJywMv4SVwvihY7G3AAKAsH0smq09bf0aHNOS-ztBBGvYCEBe1Gd3IdWDpnH1X1Rq8sOTgx9qL_8dbHC_4zYg8ETbergeYIlNNFjuXqL5UwkhJ71ZA1-eR7Zaxfz4d9cb/s320/cover-buku-gerakan-tengkorak-putih1.jpg" width="215" /></a></div>
<i><b>Gerakan Tengkorak Putih adalah
sebuah kelompok gerilya yang terdapat pada periode akhir Perang Kemerdekaan
Indonesia di Kalimantan Selatan (Zuider Afdeling van Borneo) dan secara
organisatoris berada di luar organisasi tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan.
Meskipun keberadaan Gerakan Tengkorak Putih relatif singkat yakni dari
menjelang Pertemuan 2 September 1949 di Munggu Raya hingga tahun 1950,
aksi-aksinya mempunyai dampak yang cukup berarti terhadap kemajuan gerilya dan
perkembangan politik waktu itu.</b></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Gerakan Tengkorak Putih yang dalam berbagai pustaka disebut juga sebagai Divisi
Tengkorak Putih atau Lasykar Rakyat Murba, hanyalah salah satu dari kelompok
gerilya yang ada di Kalimantan Selatan dan berjuang bahu membahu dengan tentara
ALRI Divisi IV. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Situasi dan kondisi Kalimantan Selatan pada bulan-bulan pertama 1949 sebenarnya
kurang memberikan iklim kondusif terhadap terbentuknya kelompok gerilya ini,
mengingat adanya usaha-usaha konsolidasi yang dilakukan oleh Pemerintah
Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan untuk menjadikan dirinya
sebagai satu-satunya pusat komando perjuangan dalam melawan Belanda. Namun,
dengan adanya pejuang-pejuang asal <st1:place w:st="on">Kalimantan</st1:place>
yang datang dari Jawa yang menolak menggabungkan diri ke dalam tentara ALRI,
telah memungkinkan terbentuknya kelompok gerilya ini melalui sebuah kompromi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Gerakan Tengkorak Putih adalah sebuah kelompok gerilya, tepatnya sebuah pasukan
rakyat dari organisasi kelaskaran yang turut bergerilya dan bukannya pasukan
dari sebuah organisasi ketentaraan. Gambaran ini tentunya tidak terlalu jauh
dari kenyataan mengingat organisasi atau formasinya yang bersifat seadanya dan
tidak memiliki aturan-aturan yang formal. Pengikat keanggotaan kelompok gerilya
ini sendiri bersifat longgar, yakni tujuan dan kepentingan yang sama dalam
melawan Belanda, sehingga tidaklah mengherankan apabila kelompok gerilya ini
mudah mengalami perpecahan menyusul penarikan mundur serdadu KNIL, KL, dan
Polisi NICA dari daerah Hulu Sungai.</div>
<span id="more-810"></span>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Aksi-aksi Pasukan Tengkorak Putih terhadap Belanda yang muncul setelah
pertemuan di Munggu Raya sehingga terkesan tidak mematuhi kesepakatan cease
fire yang ditujukan kepada semua kelompok bersenjata, telah mengangkat nama
kelompok gerilya ini yang sebelumnya kurang begitu dikenal luas.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Meski secara organisatoris Pasukan Tengkorak Putih berdiri sendiri, secara
taktis aksi-aksinya banyak dipengaruhi oleh Komando Tentara ALRI Divisi IV,
menyusul dengan semakin banyaknya tentara ALRI yang menjadi “anggota” kelompok
gerilya ini dalam rangka menghadapi serdadu KNIL, KL, dan Polisi NICA yang
seringkali melanggar perintah cease fire. Dari sinilah dapat terlihat adanya
ciri khas yang menonjol dari kelompok gerilya ini yakni ia telah bekerjasama
atau dimanfaatkan oleh Tentara ALRI sebagai “senjata” untuk menyerang serdadu
dan polisi Belanda dari belakang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Tindakan tersebut dilakukan lantaran munculnya aksi-aksi serdadu dan polisi
Belanda yang mengganggu rencana pelaksanaan cease fire, se¬dangkan pihak ALRI
sendiri seakan tidak mampu berbuat apa-apa kare¬na merasa terikat dengan
perintah cease fire tersebut.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ciri lainnya adalah aksi-aksi
kelompok gerilya ini cenderung bersifat ancaman, intimidasi atau melakukan
penjagaan. Hanya sedikit aksi kekerasan yang langsung ditujukan kepada serdadu
dan polisi Belanda. Hal tersebut terjadi lantaran adanya pengendalian dari
tentara ALRI dan oleh adanya pengaruh usaha-usaha menciptakan suasana yang
lebih aman untuk mengadakan perundingan guna menghasilkan dan melaksanakan
cease fire yang resmi. Dengan demikian, adalah terlalu berlebihan apabila ada
pendapat atau generalisasi yang menyatakan, bahwa aksi-aksinya telah
menyebabkan banyak pertumpahan darah dimana-mana.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Pengaruh aksi-aksi Pasukan Tengkorak Putih terhadap kemajuan gerilya dan
perkembangan politik jelas ada, namun relatif kecil. Sebabnya adalah selain
aksi-aksinya cenderung bersifat ancaman dalam bentuk perang psikologis (psywar)
atau berjaga-jaga terhadap kemungkinan serangan serdadu dan polisi Belanda,
perubahan yang ada lebih disebabkan oleh pengaruh lainnya yang relevan seperti
pengaruh Perundingan 16 – 17 Oktober 1949 di Banjarmasin yang menghasilkan
cease fire order. Bahkan sebaliknya, perubahan yang terjadi seperti penarikan
mundur serdadu dan polisi Belanda dari daerah Hulu Sungai dan terbentuknya
APRIS justru sangat berpengaruh terhadap keberadaan kelompok gerilya ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Arti penting dari munculnya aksi-aksi Gerakan Tengkorak Putih tidaklah
semata-mata akibat kekurangpercayaannya terhadap kesepakatan yang dihasilkan
dari Pertemuan di Munggu Raya (2 September 1949) antara pihak Belanda dan ALRI
Divisi IV yang difasilitasi oleh pihak Tentara Republik atau kejengkelannya
terhadap aksi-aksi KNIL, KL, dan Polisi NICA yang mengacaukan rencana
pelaksanaan cease fire, melainkan juga terletak pada fakta bahwa pada periode
akhir keberadaannya, aksi-aksinya itu merupakan manifestasi yang antara lain
disebabkan oleh ketidakpuasan sebagian anggota kelompok gerilya ini terhadap
kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat untuk menjadikan mantan
anggota KNIL sebagai bagian dari Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat
(APRIS). Hal ini ditambah lagi dengan adanya aspek ketersingkiran akibat adanya
kebijaksanaan untuk mendemobilisasikan sebagian anggotanya ke masyarakat maupun
rasionalisasi anggota Divisi Lambung Mangkurat, termasuk di dalamnya mantan
anggota Pasukan Tengkorak Putih di awal tahun <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">lima</st1:city></st1:place> puluhan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Kalau ditelusuri dari awal hingga akhir keberadaannya, tampak jelas bahwa
kelompok gerilya ini mempunyai dua periode perjuangan yang saling berbeda.
Periode pertama, berlangsung setelah pembentukannya sampai dengan Perundingan
16 – 17 Oktober 1949. Sedangkan pada periode kedua, berlangsung setelah
perundingan di <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Banjarmasin</st1:place></st1:city>
tersebut sampai dengan ma¬suknya kelompok gerilya ini ke dalam Batalyon 605
(Juli 1950).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Dari kedua periode tersebut, terlihat adanya pergeseran pola dari motif
tindakan. Kalau pada periode pertama aksi-aksinya ditujukan kepada para
penghianat, serdadu KNIL, KL, dan Polisi NICA atau kaki tangannya, maka pada
periode kedua selain ditujukan kepada mantan orang-orang Belanda juga kepada
orang yang dianggap merugikan atau menghalangi perjuangan mereka. Begitu pula
dengan motif tindakan, pada periode pertama aksi-aksi mereka disebabkan oleh
adanya keinginan untuk mengusir Belanda, sedangkan pada periode kedua juga
disebabkan oleh adanya faktor kekecewaan atau rasa ketersingkiran terutama
setelah adanya pembentukan APRIS dan proses demobilisasi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Selain itu, terjadi pula pergeseran pandangan masyarakat terhadap aksi-aksi
kelompok gerilya ini. Pada periode pertama aksi-aksinya didukung oleh sebagian
besar masyarakat atau Tentara ALRI Divisi IV, maka pada periode kedua
aksi-aksinya dan penolakannya untuk menggabungkan diri ke dalam Divisi Lambung
Mangkurat atau kembali ke masyarakat telah menyebabkan aksi-aksinya kurang
didukung, dan bahkan dipandang telah mengganggu ketenteraman umum. Dari sinilah
dapat ditarik kesimpulan lainnya tentang aksi-aksinya yakni perjuangan kelompok
gerilya ini cenderung “kesiangan” karena berada di saat-saat akhir Perang Kemerdekaan
Indonesia di Kalimantan Selatan (1949-1950).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Sumber : http://bubuhanbanjar.wordpress.com/2011/03/07/gerakan-tengkorak-putih/</span>Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-49221157213812603712012-09-07T06:07:00.000-07:002012-09-07T16:47:49.361-07:00Zafry Zamzam<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRiz-May%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:21.0cm 842.0pt;
margin:72.0pt 89.85pt 72.0pt 89.85pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuzCtSHIyvZT_ixeM1eb-OIgmwrX9EFyxgrxB-V_V62Q0F9nCmSs1qxCX76-DeDt8xCOhwTOpnYL3_UUysV7URtv95rVUkbs89wrDDzReKAeG11h1WhVKQsIZzU5IrzoYwPtkgRcXyUAqY/s1600/zafry-zamzam-tokoh-politik-dan-wartawan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuzCtSHIyvZT_ixeM1eb-OIgmwrX9EFyxgrxB-V_V62Q0F9nCmSs1qxCX76-DeDt8xCOhwTOpnYL3_UUysV7URtv95rVUkbs89wrDDzReKAeG11h1WhVKQsIZzU5IrzoYwPtkgRcXyUAqY/s1600/zafry-zamzam-tokoh-politik-dan-wartawan.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="color: black;">
<i><b>Zafry Zamzam adalah seorang tokoh
wartawan dan politik kelahiran Simpur, Kandangan tahun 1917. Pendidikan
terakhirnya di Kweek School Islam di Ponorogo. Ia pernah menjadi guru di
Kalsel, Kaltim, dan Kalteng. Kegiatan dalam organisasi dan gerakan politik yang
menonjol adalah dalam organisasi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) Cabang
Alabio. Selaku anggota PBI, Zafry Zamzam aktif mempropagandakan paham
kebangsaan yang menjadi asas PBI kepada masyarakat. Zafry Zamzam menuangkan
tulisannya di majalah yang ia pimpin yakni Majalah Bingkisan berisi kritikan
terhadap Pemerintah Hindia Belanda. </b></i></div>
<br />
Karena kegiatan politiknya di PBI dan
tulisan-tulisannya itulah, maka Zafry Zamzam pernah dipanggil Asisten Kiai di
Alabio dan kemudian dipanggil Kontrolir di Amuntai untuk diminta
pertanggungjawaban atas kegiatannya yang bersifat politik di PBI. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Tahun 1931, Zafry Zamzam aktif dalam Musyawaratutthalibin yakni organisasi kaum
terpelajar yang menginginkan adanya permusyawaratan atau persatuan di kalangan
umat Islam. Keinginan itu lahir karena meluasnya percekcokan dalam masyarakat,
terutama menyangkut soal-soal agama. Terutama sekali menyangkut pertentangan
antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah yang disebut juga pertentangan antara
kaum tua dan kaum muda.</div>
<span id="more-1103"></span>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saat di Kandangan, Zafry Zamzam dan kawan-kawan ikut serta mempelopori
berdirinya cabang Partai Islam Indonesia (PII). Sebagaimana diketahui PPI b
berdiri di Jawa pada tahun 1938, dan masuk ke Kalimantan Selatan pada tahun
1939. Di Kandangan, pembentukan cabang PII disahkan berdirinya oleh Pengurus
Besar PII Wali Al Fatah yang langsung datang dari <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Zafry Zamzam memasuki
organisasi Serikat Kerakyatan Indonesia (1946) yang diketuai dengan Ketuanya
D.S. Diapari, Wakil Ketua I A.A. Rivai, Wakil Ketua II Aidan Sinaga. Partai SKI
merupakan partai legal pro unitarisme yang berjuang lewat jalur parlementer
yakni Dewan Banjar. Tahun 1948, Zafry Zamzam terpilih menjadi anggota Dewan
Banjar dan aktif menggerakkan dewan tersebut untuk kepentingan perjuangan
kemerdekaan.<br />
Sebagai anggota Dewan Banjar, Zafry Zamzam punya pendirian tegas. Ia menolak
usulan pembubaran Dewan Banjar yang disuarakan petinggi ALRI Divisi IV
Pertahanan Kalimantan. Zafry Zamzam menyatakan tidak setuju dengan usul
pembubaran Dewan tersebut, dengan alasan tanpa Dewan Banjar di daerah ini tidak
akan ada pengakuan pemerintahan sendiri yang sah dari Belanda. Apabila Dewan
Banjar dibubarkan, maka Belanda dapat bertindak dengan bebas di daerah ini.
Karena itu menurut Zafry Zamzam dari pada dibubarkan lebih baik Dewan Banjar
memastikan diri sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Pemerintahan ALRI Divisi IV
Kalimantan, dan ALRI Divisi IV supaya merebut kantor-kantor pemerintahan
Belanda</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Selain berjuang di bidang politik, Zafry Zamzam juga menggunakan media <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">massa</st1:place></st1:city> sebagai sarana
perjuangan. Pada tahun 1946, Zafry Zamzam menerbitkan majalah Republik di
Kandangan. Majalah ini secara sengaja melakukan penerbitan pertamanya
bertepatan dengan hari ulang tahun yang pertama RI 17 Agustus 1946. Nomor
perdana seolah-olah mengingatkan masyarakat akan Proklamasi Kemerdekaan yang
telah berkumandang setahun yang lalu. Karena itu nomor itu memuat kembali
secara lengkap teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 beserta dengan
susunan kabinet RI yang pertama.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Majalah ini seringkali secara berani memuat tulisan-tulisan berupa artikel yang
menyerang tokoh-tokoh yang memihak Belanda, seperti yang ditulis oleh Isah
(nama samaran Zafry Zamzam) yang menyerang K.H. Abdurrahman Sidik tokoh partai
Serikat Rakyat Islam (SRI) yang sebelumnya adalah seorang Republiken yakni
sebagai pimpinan Partai Serikat Muslim Indonesia (SERMI), akan tetapi kemudian
memihak penjajah. Sementara Pemimpin Redaksi Majalah Republik ini dikenal
sebagai tokoh Partai Serikat Kerakyatan Indonesia (SKI),sebuah partai
Republiken yang menentang ide federalisme. Karena aktivitasnya itulah, maka ia
bersama rekan-rekannya berulang kali ditangkap Belanda.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Majalah ini mampu bertahan terbit selama lebih dari dua tahun, meski isi
pemberitaannya seringkali menentang federalisme dan pembentukan Negara
Kalimantan. Baru kemudian di bulan Desember 1948 Zafry Zamzam ditangkap tentara
Belanda, sebagai bagian dari Agresi Militer Belanda II tanggal 19 Desember
1948. Penangkapan terhadap Zafry Zamzam berakibat Majalah Republik berakhir,
karena tidak adanya lagi tenaga penggerak lainnya yang berani menanggung
risiko.<br />
Selepas keluar dari penjara, maka pada tahun 1949-1950 Zafry Zamzam
bersama-sama Yusni Antemas bergabung/memimpin dewan redaksi Kalimantan
Berdjuang di Banjarmasin. Pada penerbitan Kalimantan Berdjuang edisi Djumat, 11
Nopember 1949 tertulis bahwa Ketua Umum: Haspan Hadna, Ketua Redaksi: Zafry
Zamzam, Tata Usaha: A. Djabar. Alamat redaksi: Kertak Baru 133 Banjarmasin
Telepon No. 131. Zafry Zamzam menduduki jabatan Pemimpin Redaksi yang
ditinggalkan Adonis Samat, karena yang bersangkutan bergabung dalam barisan
perjuangan bersenjata.<br />
Setelah pengakuan kedaulatan, Zafry Zamzam aktif dalam dunia pendidikan.
Mengutip sumber Wikipedia, Zafry Zamzam adalah Rektor pertama IAIN Antasari di
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sebelum menjadi Rektor IAIN Antasari, beliau
memimpin Fakultas Publisistik UNISAN (Universitas Islam Antasari). Dibawah
kepemimpinan beliau pula maka IAIN Antasari mendirikan Fakultas Tarbiyah.
Selain menulis banyak artikel di surat kabar masa perjuangan, Zafry Zamzam
sempat menulis dan menerbitkan 3 buah buku, yaitu: (1) Da’wah dinijah dan
da’wah pantjasila; (permasalahan da’wah dan ilmu da’wah dalam rangka pembinaan
bangsa Indonesia), 1963; (2) Kedudukan hukum sjariat dalam pembinaan karakter
dan bangsa Indonesia, 1964; (3) Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary sebagai ulama
juru da’wah : dalam sejarah penyiaran Islam di Kalimantan abad 13 H/18 M dan
pengaruhnya di Asia Tenggara, 1974. (Diolah dari berbagai sumber: Buku
Nasionalisme Indonesia di Kalsel 1901-1942, Proklamasi Kesetiaan Kepada
Republik, Glosarium Sejarah Lokal Kalsel, Sejarah Banjar, Wikipedia, dll).</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sumber : http://bubuhanbanjar.wordpress.com/2012/03/16/zafry-zamzam/</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-71856193178513156672012-09-06T05:09:00.001-07:002013-07-05T06:56:14.529-07:00Cerita Naga dalam Folklor Banjar<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRiz-May%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
a:link, span.MsoHyperlink
{color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{color:purple;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
</style> <!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA9z5TUQpTiHeczDVgNG8s8HG8N1lSatF_4xnfMf2p2aGRWr-NQHFHdEgFBgDyyLanKDOdkpBIM1g9redPMjufNn8Z6UJtNuigUrbkULKxRi6GUgGeURz5XptfaJEkVIVIQfAhfw2QZLuv/s1600/Naga2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA9z5TUQpTiHeczDVgNG8s8HG8N1lSatF_4xnfMf2p2aGRWr-NQHFHdEgFBgDyyLanKDOdkpBIM1g9redPMjufNn8Z6UJtNuigUrbkULKxRi6GUgGeURz5XptfaJEkVIVIQfAhfw2QZLuv/s320/Naga2.jpg" width="320" /></a><i><b>Oleh Tajuddin Noor Ganie</b></i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Naga secara luas dikenal sebagai
binatang mitologis yang identik dengan etnis Cina. Bahkan sudah menjadi semacam
idiom kultur bagi orang-orang yang berasal dari negeri tirai bambu ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Berdasarkan kenyataan itu maka
logika naga mestinya hanya dikenal dalam folklor Cina saja. Tapi kenyataan
menunjukkan bahwa cerita naga juga terdapat dalam khasanah cerita rakyat di
berbagai etnis lainnya di muka bumi ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Paling tidak cerita naga juga
terdapat dalam khasanah folklor Banjar di Kalsel. Sedikitnya ada 5 buah cerita
naga yang berhasil penulis temukan, yaitu :<br />
(1) Si Rintik dan Si
Ribut,<br />
(2) Riwayat Luk Si Naga,<br />
(3) Naga Kembat Dari
Pulau Kaget,<br />
(4) Keris Naga Runting, dan<br />
(5) Keris Naga
Salira.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Keberadaan cerita naga dalam folklor Banjar diduga merupakan dampak ikutan dari
proses asimilasi dan akultrasi antar kedua etnis dimaksud. Dalam hal ini
riwayat masuknya cerita naga dalam folktor Banjar identik dengan riwayat
masuknya cerita wayang dalam khasanah folklor Jawa.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Menurut catatan Mr Gusti Mayur (1979:20-21), sejarah asimilasi dan akultrasi
etnis Cina dan etnis Banjar di Kalsel diduga sudah mulai terjadi
setidak-tidaknya sejak abad ke 5-6. Pada waktu itu diceritakan bahwa Empu
Mandastana telah mengundang sejumlah pengrajin perunggu etnis Cina untuk
mengerjakan sepasang patung perunggu yang akan diraja-ratukan secara simbolik
di Kerajaan Negara Dipa ketika itu. Kelak dikemudian hari patung perunggu
dimaksud dihormati atau bahkan dikultuskan sebagai Raja dan Ratu di Candi Agung
(Amuntai).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Selanjutnya menurut catatan majalah "Jakarta Jakarta" (
84/1988:12-13) disebutkan bahwa pada tahun 1596-1601 para pedagang lada etnis
Cina telah menguasai perdagangan lada di Kerajaan Banjar. Hal ini disebabkan
Sultan Hidayatullah (Raja Banjar ke 3) memang lebih senang menjalin hubungan
dagang dengan para pedagang lada etnis Cina, ketimbang dengan etnis Belanda dan
Portugis.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Hubungan antar etnis yang begitu mesra juga tercermin dari adanya perkawinan
antar etnis yang terjadi antara etnis Cina dengan etnis Banjar. Dalam hal ini
yang paling menonjol adalah perkawinan antara Sultan Muda Abdurrahman dengan
Nyai Aminah dan perkawinan antara Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari dengan
Nyonya Gwat.<br />
<br />
Perkawinan antara Sultan Muda Abdurrahman (Putera Mahkota) dengan Nyai Aminah
bahkan melahirkan seorang putera yang kelak dinobatkan sebagai Raja Banjar pada
tahun 1857-1859, yaitu Sultan Tamjidillah III.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Sedangkan perkawinan antara Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari dengan Nyonya
Gwat kelak dikemudian hari melahirkan anak, cucu, piat yang dikenal luas
sebagai alim ulama yang sangat berjasa dalam menyebarkan syiar agama Islam ke
berbagai tempat di muka bumi ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Bukti lain menyangkut mesranya hubungan kemasyarakatan antara etnis Cina dan
etnis Banjar di Kalsel juga tercermin dari adanya makam seorang etnis Cina di
pemakaman khusus para Raja Banjar di Kuin Utara (<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Banjarmasin</st1:place></st1:city>). Dalam hal ini makam seorang
etnis Cina dimaksud berada satu komplek dengan makam Sultan Suriansyah, Sultan
Rakhmatillah dan Sultan Hidayatullah. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa orang
yang berasal dari kalangan etnis Cina dimaksud telah menempati posisi yang
terbilang penting dalam silsilah raja-raja di Kerajaan Banjar. Sesungguhnya
masih banyak bukti-bukti lainnya lagi yang bisa dijadikan sebagai petunjuk
betapa mesranya hubungan kemasyarakatan antar etnis Cina dan etnis Banjar di
Kalsel.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Menilik dari asal-usul keberadaannya maka naga-naga yang selama ini diyakini
sebagai penunggu gaib yang tidak kasat mata atas sejumlah tempat angker di
Kalsel ada yang berasal dari jelmaan sebuah patung kayu ("Si Rintik dan Si
Ribut") dan ada pula yang berasal dari jelmaan sebilah keris pusaka yang
frustrasi karena ditinggal mati oleh pemiliknya (Keris Naga Runting" dan
"Keris Naga Salira").</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Selain itu ada pula naga yang diyakini sebagai berasal dari manusia seperti
kita juga yang menjelma menjadi naga karena kecerobohannya yang secara tidak
sengaja memakan makanan tertentu yang dipantangkan/ditabukan. Dalam hal ini ada
yang karena memakan telur naga ("Luk Si Naga") dan ada pula yang
karena memakan potongan kayu ulin bergetah merah yang ditemukannya di hutan
("Naga Kembar Dari Pulau Kaget").</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Dalam folklor Banjar berjudul "Si Rintik dan Si Ribut" diceritakan
bahwa pada zaman dahulu kala di desa Margasari (Tapin) hidup seorang lelaki
setengah baya bernama Gudabam. Gudabam ketika itu dikenal sebagai seorang
pemahat patung yang terkenal ke seantero daerah ini. Dia ketika itu tengah
mengerjakan sepasang patung naga pesanan dari seorang saudagar setempat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Konon selama Gudabam mengerjakan pemahatan patung naga tersebut desa Margasari
terus menerus diguyur hujan. Semakin hari pengerjaan patung naga dimaksud
semakin mendekati penyelesaian dan hujan yang mengguyur desa Margasari semakin
hari semakin deras saja. Puncaknya terjadi ketika patung naga dimaksud selesai
dikerjakan, desa Margasari dilanda banjir bandang yang sangat dahsyat. Rumah
Gudabam dan rumah penduduk desa Margasari lainnya porak poranda dihantam banjir
bandang itu. Ketika itulah penduduk desa Margasari melihat betapa patung naga
buatan Gudabam tiba-tiba hidup karena dirasuki roh gaib dari makhluk halus yang
tidak kasat mata. Pasangan patung naga dimaksud berubah wujud menjadi naga
sesungguhnya dan segera berenang ke hilir sungai.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Setelah bencana banjir bandang dimaksud berakhir barulah diketahui bahwa
Gudabam telah hilang tak tentu rimbanya karena terbawa arus air bah yang
menerjang rumah panggungnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sementara itu tidak sedikit
penduduk setempat yang mempercayai/meyakini bahwa pasangan naga yang berasal
dari jelmaan patung naga buatan tersebut masih hidup secara tidak kasat hingga
sekarang ini. Jika hujan rintik-rintik membasahi desa Margasari maka itu
pertanda naga jantan akan segera menampakkan dirinya sejenak, sedangkan jika
desa Margasari dilanda angin ribut, maka itu pertanda naga betina yang akan
menampakkan diri. Sesuai dengan kepercayaan/keyakinan sepasang naga itu
kemudian diberi nama Si Rintik (naga jantan) dan Si Ribut (naga betina).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam folklor Banjar berjudul
"Keris Naga Runting" dan "Keris Naga Salira" diceritakan
bahwa ada juga naga berasal dari jelmaan sebilah keris pusaka yang frustrasi
karena ditinggal wafat oleh pemiliknya (Sunarti dkk, 1978:111-114). Memang
menurut kepercayaan supertitious (non agama samawi) dikalangan etnis Banjar di
Kalsel diyakini bahwa pada setiap bilah keris pusaka sesungguhnya bersemayam
dalam keris Naga Runting dan keris Salira inilah yang kemudian hidup secara
gentayangan sebagai naga gaib yang tidak kasat mata.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Folklor Banjar berjudul "Luk
Si Naga" adalah sebuah cerita rakyat yang berfungsi sebagai etiologi,
yaitu cerita mengenai asal-usul penamaan desa Luk Si Naga di tepi Sungai
Amandit. Konon, pada zaman dahulu kala di daerah itu pernah hidup pasangan suami
istri bernama Ning Kurungan yang kemudian berubah wujud menjadi sepasang naga.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Menurut cerita itu Ning Kurungan
dan istrinya pergi menangguk ikan di Sungai Amandit tak jauh dari rumahnya.
Aneh hingga menjelang senja pasangan suami istri ini belum juga berhasil memperoleh
ikan seekor jua pun. Padahal selama ini Sungai Amandit dikenal sebagai sungai
yang banyak ikannya. Menjelang pulang ke rumahnya, Ning Kurungan berhasil
menangguk sebutir telur sebesar jeruk bali. Telur raksasa itu pun mereka bawa
pulang ke rumah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sesampainya di rumah telur
raksasa itu pun mereka masak untuk dimakan sebagai lauk pauk. Setelah makan
Ning Kurungan dan istrinya tertidur nyenyak sekali. Besok pagi keduanya
terbangun dan kaget sekali, karena mengetahui tubuh mereka telah berubah wujud
menjadi sepasang naga. Tidak ada pilihan bagi keduanya kecuali pergi
meninggalkan rumah mereka untuk kemudian membangun tempat kediaman baru di
dasar Sungai Amandit (Sunarti dkk, 1979: 37-40).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hampir senada ceritanya adalah
folklor Banjar berjudul "Naga Kembar di Pulau Kaget". Dalam folklor
Banjar ini diceritakan bahwa pada zaman dahulu kala ada dua orang bersaudara
kembar Sutakil dan Sutakul. Keduanya tengah berada di Pulau Kaget untuk
menebang empat batang kayu ulin yang tumbuh di pulau angker tersebut. Ketika
itu keduanya telah berhasil menebang tiga batang kayu ulin dan tengah
menyelesaikan penebangan kayu ulin yang keempat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Menurut ceritanya, kayu ulin yang
keempat ini sangat sulit ditebang, batangnya sangat besar dan sangat keras.
Sudah satu minggu Sutakil dan Sutakul menebangnya tapi kayu ulin dimaksud belum
juga berhasil ditumbangkan. Sutakil dan Sutakul menjadi penasaran tapi keduanya
sudah bertekad pantang menyerah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kayu ulin yang mereka tebang
ketika itu sesungguhnya bukan kayu ulin biasa, getah yang keluar dari bekas
tebangannya berwarna merah dan mengeluarkan bau anyir persis seperti darah.
Suatu ketika Sutakil iseng-iseng melemparkan potongan kayu ulin bekas
tebangannya itu ke dalam perapian. Aneh dari <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">sana</st1:city></st1:place> keluar bau gurih dari daging yang terpanggang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sutakil yang merasa penasaran
kemudian mengambil potongan kayu ulin yang terbakar itu, kemudian mencicipi
atau mencecapkan rasanya di lidah, ternyata potongan kayu ulin dimaksud terasa
lezat persis seperti daging panggang pada umumnya. Begitulah, sejak itu Sutakil
dan Sutakul menjadikan bekas tebangan pohon ulin dimaksud sebagai lauk-pauk
teman makan nasi mereka.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tapi akibatnya sungguh patal,
ketika suatu pagi keduanya tiba-tiba berubah wujud menjadi dua ekor naga.
Ternyata bekas tebangan kayu ulin yang mereka makan sebagai daging panggang
dimaksud tidak lain adalah potongan tubuh dari seekor naga jelmaan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Konon, menurut pandangan mata
batin sejumlah paranormal di <st1:city w:st="on">kota</st1:city> <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Banjarmasin</st1:place></st1:city>, naga kembar
jelmaan dari Sutakil dan Sutakul dimaksud hingga sekarang masih menjadi
penunggu tetap Pulau Kaget yang angker itu. Pulau Kaget sendiri terletak di
tengah-tengah Sungai Barito dan kini dikenal sebagai salah satu obyek wisata
andalan daerah Kalsel.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
-oOo-</div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fberangja.blogspot.com%2F2008%2F10%2Fcerita-naga.html&h=2AQG60OUi&s=1" target="_blank">http://<wbr></wbr>berangja.blogspot.com/2008/<wbr></wbr>10/cerita-naga.html</a><o:p></o:p></div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-61272250605557345582012-09-06T04:51:00.000-07:002012-10-06T05:44:17.923-07:00Penangkapan Haji Abdullah<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRiz-May%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
</style> <i><b>Judul Asli “De Bandjarmasinse Krijg”<br />
Oleh: W.A. VAN RESS<br />
Alih Bahasa oleh: H.M. SALEH<br />
Bibliotheek MINSEIBU Banjarmasin<br />
(Halaman 293-301)</b></i><br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><b style="color: #990000; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="float: left; font-size: 50px; line-height: 30px; padding-right: 5px; padding-top: 5px;">P</span></b><b style="color: #990000; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">ada tanggal 12 dan 15 September
1860</b></i>, pasukan Kolonial Belanda kembali berhasil memasuki Amuntai. Hal ini
disebabkan karena keuletan pimpinan pasukan Kolonial Belanda, VAN EMDE dan
VERSIJCK. Dengan pasukan 100 orang, berhasil mengadakan hubungan antara RINGKAU
KANTAN dengan AMUNTAI melalui suatu daerah yang sangat asing sekali.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Di Tabalong pasukan Kolonial Belanda masih
dipimpin oleh EICHELBACH. Di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">sana</st1:city></st1:place>
sempat terjadi perlawanan dari para pejuang yang mengakibatkan tertundanya
rencana untuk melumpuhkan para pejuang oleh pasukan Kolonial Belanda. Namun
usaha para pejuang tidak dapat bertahan lama, sebulan kemudian pasukan Kolonial
Belanda berhasil melumpuhkan perlawanan para pejuang.</span><br />
<br />
Pada tanggal 14 September 1860, dua orang
pimpinan pejuang, yaitu PENGHULU SOELATIF dan DJALALOEDIN jatuh dalam perangkap
pasukan Kolonial Belanda, akhirnya ditahan dan diperiksa/diselidiki.
Tertangkapnya dua orang pimpinan pejuang tersebut dikarenakan usaha kedua
pejuang tersebut untuk menyeludup ke dalam tangsi (benteng) pada malam hari
untuk membuat keonaran di dalam tangsi, telah diketahui oleh spion (mata-mata)
Belanda dan melaporkannya kepada pimpinan pasukan Kolonial Belanda, VAN OIJEN.<br />
<br />
Para pejuang yang bersatu, hampir semuanya para
tokoh agama (haji) yang berpusat di SUNGAI <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">MALANG</st1:city></st1:place>. Salah seorang dari pejuang, yaitu
ABDULLAH menderita luka pada pahanya akibat terkena tembakan. VAN OIJEN setelah
mengetahui semua itu bertekad untuk segera menangkap para pejuang dengan jalan
apa pun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pasukan Kolonial Belanda terus mengadakan
operasi/ekspedisi, dan mereka menganggap usaha untuk melumpuhkan para pejuang
itu seakan-akan enteng, mudah saja. Namun apa sebaliknya, dalam pertempuran
tersebut banyak berjatuhan korban, ditandai jatuhnya seorang perwira dan
beberapa prajurit dari pasukan Kolonial Belanda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada waktu subuh tanggal 15 September 1860, sudah
disiapkan satu datasemen pasukan oleh Kolonial Belanda sebanyak 60 orang.
Mereka terbagi dalam 3 peleton di bawah komando VAN EMDE, VERSPIJCK, dan VAN
der WIJCK untuk melaksakan perintah penangkapan terhadap para pejuang. Tapi
rencana tersebut tidak diberitahukan kepada para prajurit pasukan Belanda,
kecuali para perwira saja. Ketika hendak berangkat, rencana tersebut baru
diberitahukan kepada para prajurit Belanda. Mendengar rencana untuk menangkap
para pejuang, para prajurit Belanda menjadi cemas, karena sudah tidak asing
lagi bagi mereka bahwa pertempuran dengan para pejuang pasti akan terjadi dan
berlangsung seru. <st1:place w:st="on">Para</st1:place> pejuang tidak akan
mundur dan menyerah begitu saja. <st1:place w:st="on">Para</st1:place> pejuang
akan bertempur sampai tetes darah penghabisan, karena mereka dipimpin oleh para
ulama-ulama yang sangat fanatik dan meyakinkan para pejuang bahwa perlawanan
terhadap musuh wajib hukumnya. Untuk menghilangkan kecurigaan para pejuang,
para prajurit pasukan Kolonial Belanda tidak berani meniup terompet dan tidak
menyentuh genderang. Mereka mengganti isyarat untuk terjun ke <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">medan</st1:city></st1:place> pertempuran hanya dengan kedipan mata
dari pimpinan saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mengadakan pengamanan, pasukan Belanda
mengadakan penyerangan terhadap para pejuang, dengan menyusup melalui <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">padang</st1:city></st1:place> alang-alang dan
tanah persawahan menuju sarang persembunyian para pejuang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam penyerangan yang dilakukan oleh pasukan Belanda di bawah komando VAN
EMDE. VAN EMDE dianggap oleh para pasukan Belanda sebagai seorang pimpinan yang
akan membawa kemenangan, karena VAN EMDE sering membawa kemenangan seperti yang
pernah terjadi pada pertempuran di KELUA, KARANGAN PUTIH, MUNGGU FAJAR, dan
lain-lain. Selain itu juga VAN EMDE mempunyai taktik perang yang cukup tinggi,
dan juga merupakan seorang komandan yang gagah berani.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat penyergapan tersebut, tiba-tiba ada
pertanyaan dengan suara yang sangat keras oleh seorang pejuang. VAN EMDE merasa
bahwa teguran itu sangat kasar dan memberikan peringatan kepada para pejuang
bahwa tindakan itu sangat kurang ajar. Peringatan VAN EMDE dijawab oleh para
pejuang dengan tindakan meminta maaf atas ucapan mereka. <st1:place w:st="on">Para</st1:place>
pejuang menjelaskan kenapa mereka harus berbuat demikian, karena orang tua
mereka HAJI ABDULLAH seorang yang tunduk kepada Goebernemen, pada saat
melakukan ibadah sembahyang dengan tidak terduga-duga telah kena telawang dan
luka. Oleh karena itu orang tua kami terpaksa harus dirawat di rumah dan dalam
keadaan yang serba tidak aman dan tentram sekarang ini, kami harus sangat
hati-hati, tetap waspada dan siap siaga, karena itulah secara berganti-ganti
kami menjaga orang tua kami yang sedang sakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
VAN EMDE tidak merasa puas dengan alasan-alasan
yang diberikan para pejuang, lalu dia kembali bertanya siapakah sebenarnya
mereka? <st1:place w:st="on">Para</st1:place> pejuang kembali memberikan
jawaban bahwa mereka adalah: HAJI SINGAT dan JOESIP beserta 2 orang pengikut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar semua itu VAN EMDE menganggap mudah
untuk menyergap keempat para pejuang itu. Namun, VAN EMDE juga berpikir kalau
dia menyergap para pejuang itu sekarang maka akan sulit mencapai tujuan akhir.
Di samping itu pula, para pejuang pasti akan mengadakan perlawanan dan
memberikan tanda alarm kepada para pejuang lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu, VAN EMDE tetap tenang-tenang
saja dan berkata kepada para pejuang (penjaga), “Beritahukan orang tua kamu
(para pejuang) atas kedatangan saya dan bahwa saya Tuan A.R. VAN Oijen
mengetahui atas musibah yang menimpa Haji yang sedang memerlukan pertolongan!
Karenanya kami bermaksud membawanya ke rumah Tuan Regent di Amuntai dan
mengadakan pengobatan sebaik-baiknya di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">sana</st1:city></st1:place>,
mengingat sangat sulit bagi tuan dokter untuk menempuh jarak yang begitu jauh,
pulang pergi ke Sungai Malang setiap hari.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar seruan dari VAN EMDE, Haji Sirat dan
kawan-kawan dapat menerimanya, dengan diikuti pasukan Belanda, para pejuang
menuju ke rumah kediaman orang tuanya. Sementara itu jumlah para pejuang telah
bertambah dari 4 orang menjadi 11 orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setibanya di rumah pertama (kampong ini hanya
terdiri dari 3 buah rumah saja), maka VAN EMDE memerintahkan kepada Letnan
VERPSIJCK untuk terus berjalan melewati rumah-rumah itu dan dengan diam-diam
mengadakan barikade/stelling pada sebelah kanan dan bagian belakangnya, terdiri
dari 20 prajurit dan lain-lain anggota pengangkut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perintah yang sama juga diberikan kepada VAN der
WIJK untuk menutup bagian sebelah kiri lainnya dengan ketentuan, bahwa dia sama
sekali tidak boleh meninggalkan pos itu untuk menghindari kemungkinan serangan
para pejuang dari belakang. Dengan demikian yang langsung di bawah pimpinan VAN
EMDE hanya terdiri dari 1 peleton saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya VAN EMDE menuju pelataran rumah
kediaman HAJI ABDULLAH, dikawal dengan 15 bayonet dan beberapa opas yang telah
diperbantukan kepada VAN EMDE oleh pemerintah sipil di Amuntai. Rumah itu
dibangun di atas tiang yang cukup tinggi dan terdapat 11 orang laki-laki, serta
4 orang wanita, dan kemungkinan llebih banyak lagi penghuninya dari apa yang
telah didengar dari luar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa di antara beberapa para pejuang mencoba
menerobos menghilang dari pintu sebelah sisi rumah, namun usaha tersebut dapat
dicegah oleh VERPSIJCK. Jumlah yang ada sekarang adalah 19 orang Banjar, di
antaranya 7 orang haji yang masih muda, berperawakan tegap dan bersenjatakan
senapang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
VAN EMDE melalui perantara seorang opas
menyampaikan keinginan untuk bertemu dengan HAJI ABDULLAH yang sudah tua dan
sedang sakit, bahwa VAN EMDE bermaksud untuk membawa HAJI ABDULLAH ke <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">kota</st1:city></st1:place> Amuntai dengan
mempergunakan tandu. Pada mulanya HAJI ABDULLAH bersedia diangkut dan VAN EMDE
disertai oleh 4 orang pembantunya mendekati tempat pembaringan HAJI ABDULLAH yang
menerimanya dengan wajah yang cemas dan dendam di sisinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesudah berbicara beberapa patah kata, maka VAN
EMDE menuju ke luar ke serambi rumah muka, di mana dia terlibat dalam
percekcokan dengan anak buah HAJI ABDULLAH yang menentang sekeras-kerasnya atas
pengangkutan orang tua mereka ke Amuntai. Dengan cara tenang VAN EMDE berhasil
membujuk mereka dan mereka setuju mengawal orang tuannya, disertai lagi dengan
seseorang yang bernama MAT NASSIR. Kemudian berkatalah HAJI JOESIP, “Kalau
demikian, baiklah dan dipersilahkan mengangkatnya!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu secara diam-diam VERPSIJCK dan VAN
der SPIJK berhasil merapatkan para prajuritnya, sehingga terkurunglah keluarga
HAJI ABDULLAH dan tidak mungkin lolos lagi. VERPSIJCK tetap siap sedia dan
berdiri tidak jauh dari beberapa langkah dengan VAN EMDE.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keadaan sunyi, tetap mendebarkan. Dikawal oleh
seorang sersan Belanda dan 2 prajurit, masuklah para pengangkut ke ruangan
dalam dengan membawa tandu yang telah dipersiapkan. VAN EMDE sendiri bersama 15
orang prajuritnya yang siap tempur berdiri di pelataran muka. Saat-saat yang
menenentukan akan tiba. Semua orang yang ada di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">sana</st1:city></st1:place> memandang kea rah luar dan dari raut
muka masing-masing terlihat kegelisahan. Hanya komandan VAN EMDE kelihatan
tenang-tenang saja dan dengan klewang terhunus VAN EMDE berbicara dengan
beberapa haji.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
HAJI ABDULLAH dibawa keluar kamar dengan tandu.
Di sini dia berpamitan dengan para pengikutnya, karena yang siap mengikuti atau
mengawal hanya 2 orang anaknya saja dan disertai oleh MAT NASSIR.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika tandu akan diturunkan dari pelataran muka,
HAJI ABDULLAH berpikir kembali dan memanggil putranya yang bernama JOESIP agar
mendekatinya. Sesudah berbisik-bisik dan sesudah itu JOESIP mendekati VAN EMDE
dengan tiba-tiba HAJI ABDULLAH sambil membacakan suatu ayat dari AL QUR’AN,
memeberikan komando atau perintah untuk mengamuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seketika itu juga ke 19 orang pejuang muslim yang
sangat fanatik ikut mencabut klewang-klewang dan keris-keris mereka
masing-masing dan menggempur para prajurit pasukan Belanda. Terjadilah
pertempuran yang luar biasa sengitnya, dan sangat kejam. Suatu perang-tanding
yang belum pernah terjadi sebelumnya pada pertempuran-pertempuran terdahulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat permulaan telah dilancarkan dua pukulan
klewang pada kepala VAN EMDE, serangan itu ditangkis oleh VAN EMDE dengan
tangan dan mengakibatkan tangannya terputus sama sekali. Sesudah itu para
pejuang kembali melancarkan pukulan ketiga terhadap VAN EMDE, namun VAN EMDE
berhasil mencabut klewang dan dapat melumpuhkan para pejuang dengan pukulan
pada bahu para pejuang. Dengan secepat kilat 2 orang haji menyerbu untuk
menolong temannya, sedangkan VERSPIJCK membela mati-matian VAN EMDE. Melihat
bahwa rasanya tidak dapat terus bertahan, maka dengan cepat VERSPIJCK menarik
VAN EMDE dari pertarungan di pelataran itu, sambil membela diri mati-matian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan pertolongan prajurit DE LATER maka
VERSPIJCK berhasil melumpuhkan kedua orang pejuang, namun tidak dapat mencegah
VAN EMDE menderita tusukan sebanyak 7 mata luka, di antaranya 2 luka dari
pelor. Sementara VERSPIJCK sendiri menderita luka-luka ringan saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat-saat yang singkat, para pejuang masih
mencoba menjatuhkan tusukan keris terakhir pada VAN EMDE, tetapi dengan segala
daya yang masih tersisa VAN EMDE tetap berjuang membela diri sampai ke tepi
pelataran rumah sambil memegang seorang pejuang sekuat tenaga. Sewaktu salah
satu tangan seorang pejuang keluar, maka satu pukulan klewang dari VERSPIJCK,
tangan itu langsung putus. Sedangkan seorang prajurit lainnya dengan tusukan
bayonet pada mulut pejuang yang putus tangannya tadi, pejuang tersebut langsung
mati seketika itu juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di lain pihak semua prajurit dari VAN der WIJCK
tidak dapat berbuat apa-apa, tapi masih dapat berhasil menyeret membawa keluar
VAN EMDE dalam keadaan masih hidup, namun penuh dengan 9 mata luka. Pada ketika
itu VERSPIJCK mengambil alih komando dan menyerbu ke <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">medan</st1:city></st1:place> pertempuran yang masih berjalan dengan
serunya, bertanding satu lawan satu, suatu pertandingan mati-matian terbentang
di hadapannya. Seorang letnan muda bernama TIERBACH, berumur 19 tahun sedang
dikerumuni oleh para pejuang dan berhasil menewaskan semua pejuang dengan
keberanian yang luar biasa. TIERBACH tetap tidak mendapat cidera dan keluar
sebagai pemenang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang yang bernama WIROSENTIKO, yaitu mandur
dari orang-orang hukuman yang menyertai pasukan ekspedisi tersebut yang hanya
bersenjatakan sebilah keris, bertarung melawan 2 orang pejuang. WIROSENTIKO
mendapatkan pukulan klewang dan tusukan keris dari dua orang pejuang, namun
dari cucuran darah yang mengalir dari salah seorang pejuang ternyata
WIROSENTIKO telah sempat juga mempergunakan kerisnya dan tusukan keris yang
kedua diarahkan ke perut haji, maka haji tersebut terkulai mati karenanya.
Sedangkan haji lainnya yang belum terluka menyerbu dengan ganasnya ke arah
WIROSENTIKO, sehingga WIROSENTIKO terpaksa mengundurkan diri sampai ke tepi
pelataran. Di sini WIROSENTIKO kehilangan keseimbangan, dan kesempatan ini pula
dipergunakan orang Banjar untuk membenamkan kerisnya kea rah WIROSENTIKO. Namun
meskipun dia sudah sangat payah sekali akibat banyaknya darah yang mengalir,
tapi dia tidak menyerah begitu saja, ia menjepit tangan kana seorang pejuang
sekuat-kuatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang merupakan pertarungan yang sangat
menentukan dan masing-masing mencoba membinasakan lawannya. VERSPSIJCK yang
melihat keadaan sangat gawat ini dengan sekali loncatan dan sekali pukulan
klewang kea rah orang Banjar sehingga menewaskan orang Banjar tersebut, namun
pada saat terakhir orang Banjar tersebut sempat melemparkan klewang ke arah
VERPSIJCK.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ke-4 wanita yang selama terjadi perkelahian
kelihatan tenang-tenang saja dan tinggal di ruangan dalam, menarik perhatian
VERPSIJCK sehingga dia merasa kasihan kepada mereka. Untuk menyelamatkan
mereka, ditempatkanlah seorang penjaga di dekat pintu keluar, kemudian
VERPSIJCK menuju kea rah yang luka-luka. VAN EMDE masih bernafas, 8 prajurit
luka berat, 2 orang meninggal. Dan kalau kita mengarahkan pandangan ke arah
mayat-mayat orang Banjar, kita pasti dapat membayangkan betapa sengitnya
pertarungan yang baru saja terjadi di tempat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rupanya tragedy ini tidak hanya sampai di sini,
karena tiba-tiba terdengar pekikan-pekikan seru dan mengerikan dari ke-4 wanita
tadi, yang dengan klewang dan keris terhunus menyerbu ke penjaga pintu. Sebelum
sempat memberikan pertolongan, si penjaga pintu tadi langsung tewas dengan 17
mata luka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun VERPSIJCK telah berusaha keras
mengendalikan balas dendam dari para prajurit, namun akhrnya ke-4
wanita/perempuan itu dibunuh, dibinasakan juga. Jumlah korban pejuang menjadi 24
orang, sedangkan di pihak Belanda terdiri dari 3 orang meninggal, 11 orang luka
berat, 2 orang di antaranya meninggal kemudian.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Pada sorenya sekitar pukul setengah dua, pasukan
Belanda sudah kembali di Amuntai. VAN EMDE kemudian meninggal dalam pelukan teman-temannya
di Amuntai. Kematian VAN EMDE merupakan suatu kerugian yang sangat besar untuk
tentara dan tanah air Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">-oOo- </span></div>
</div>
</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-85662308075943801092012-09-05T18:19:00.001-07:002012-09-06T01:25:54.329-07:00Brigadir Jenderal Purnawirawan TNI AD Zagloelsyah HA<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRizaldy%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="country-region" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
a:link, span.MsoHyperlink
{color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{color:purple;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjF2rMZqcLY2WL6cbL4Wdd8i9D0d0LMn8558kn2j25OSdKg4Le_Qwua8wy2L9DaaU7T49qVpjUCwU1jNYJ0auSsmpqDGVzOpH4oyiM8qEg7zYjhc4ShryJnFLd675RJ7q1BS91_LgUntxOE/s1600/403500_3649502005264_1300457901_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjF2rMZqcLY2WL6cbL4Wdd8i9D0d0LMn8558kn2j25OSdKg4Le_Qwua8wy2L9DaaU7T49qVpjUCwU1jNYJ0auSsmpqDGVzOpH4oyiM8qEg7zYjhc4ShryJnFLd675RJ7q1BS91_LgUntxOE/s320/403500_3649502005264_1300457901_n.jpg" width="311" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><b>Lahir 12 September 1927 di Banjarmasin, dengan nama Akbar Zagloelsyah Raden
Adipati Danoeraja, dia merupakan seorang keturunan raja Kerajaan Banjar
bergelar Pangeran Bagus Laxmi Indahpermana Indrasasti. Mengawali karir
militernya di <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">medan</st1:place></st1:city></b>
<b>perjuangan sejak tahun 1947</b></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebagai tetuha masyarakat Banjar,
dia adalah sosok yang berhasil. Selain di militer, dia merupakan sosok seniman
yang patut dihargai, khususnya oleh masyarakat dari tanah leluhurnya. Dalam
dunia berkesenian, dia lebih dikenal dengan nama Sam Saroza. Nama ini lekat
dengan nama-nama besar dalam dunia seni musik tanah air, seperti Ismail
Marzuki, Bing Slamet, Iskandar dan Sudharnoto.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di karir militernya, lelaki
berdarah Amuntai, Hulu Sungai Utara (HSU) ini sejak zaman perjuangan sudah
berkiprah di pusat pemerintahan negeri ini, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>. Di masa mudanya, dia aktif dalam
bidang kemiliteran.Karir di <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">medan</st1:place></st1:city>
perjuangan dimulainya sejak tahun 1947. Berpangkat Letnan I, dia dipercaya
sebagai Komandan Batalyon ALRI Divisi IV Kalimantan, berkedudukan di Martapura
dan Pelaihari. Dalam sejarahnya, pada 1 November 1949, ALRI Divisi IV
Kalimantan dilikuidasi menjadi Kesatuan Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat
dengan panglimanya Letnan Kolonel Hasan Basry.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Berselang satu tahun sejak
likuidasi itu, Zagloelsyah yang kala itu berpangkat Letnan I pindah ke <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Banjarmasin</st1:place></st1:city>, tepatnya
pada tahun 1950, dengan jabatan Kepala Staf Komando Basis di Banjarmasin.
Setahun kemudian, tahun 1951, Letnan I Zagloelsyah dipromosikan ke <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city> dengan pangkat
Kapten, dan selanjutnya dipercaya menjabat Paban I Markas Angkatan Darat
(MABAD) di tahun 1954. Dia pernah pula menjabat sebagai Asisten I CADUAD dalam
operasi perebutan Irian Barat (Trikora)) tahun 1961.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kemudian, terhitung sejak 1
Januari 1965, Mayor TNI AD Zagloelsyah menduduki jabatan Pembantu Koordinator
Bidang Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI.Setelah sempat
mengabdi di bidang sipil sejak kenaikan pangkat menjadi Letnan Kolonel pada
tahun 1967, karir militernya dilanjutkan menjadi Atase Pertahanan RI di
Pakistan. Sedangkan di tahun 1971 dengan jabatan yang sama ditugaskan di <st1:country -region="-region" w:st="on"><st1:place w:st="on">India</st1:place></st1:country> dan pada
tahun 1973 sebagai Atase Pertahanan di Malaysia.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah kenaikan pangkat menjadi
Kolonel pada tahun 1975, ayah dari tujuh putera ini kembali ke <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city> dan bertugas di Kadissus Luri
Departemen Luar Negeri RI</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sosoknya yang rendah hati nampak
dikeinginannya kini. Agar semua yang telah dilakukannya, baik di bidang militer
ataupun kesenian, tidak perlu dibesar-besarkan. Satu keinginan lainnya dari dia
adalah memilik tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, kelak kala Sang Khalik
memanggilnya. Dia lebih memilih Taman Pemakaman Umum Pondok Ranggon, Jakarta
Timur, sebagai tempat peristirahatnnya yang terakhir kelak. Alasannya, dia
berasal dari rakyat dan kembali ke rakyat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
-oOo-</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
sumber :</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://denydeden.blogspot.com/2008/05/jenderal-pemegang-12-tanda-jasa-itu.html" target="_blank">http://<wbr></wbr>denydeden.blogspot.com/<wbr></wbr>2008/05/<wbr></wbr>jenderal-pemegang-12-tanda-<wbr></wbr>jasa-itu.html</a><br />
sumber foto: <a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fissuu.com%2Fdeny_bpost%2Fdocs%2Fbp20081030&h=zAQGKFYC6&s=1" target="_blank">http://issuu.com/<wbr></wbr>deny_bpost/docs/bp20081030</a><o:p></o:p></div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-25262255023995477762012-09-05T18:03:00.001-07:002012-10-06T03:45:21.501-07:00Ir. H. Pangeran Muhammad Noor<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjB-u-4icCTIw8Lg2wsCqFMm_eT5JpLBe_jJrQfIqz2qwhOKKWzznN5GRoqnQJRyXxvUq3vQ9oAbmmTlVnMp5yb4IOcO2RICytRiYLV5946UmdhYQZ_GM1yDx3s8UEl2BWumBcpPqCxWpFs/s1600/429889_3444588842563_98021766_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjB-u-4icCTIw8Lg2wsCqFMm_eT5JpLBe_jJrQfIqz2qwhOKKWzznN5GRoqnQJRyXxvUq3vQ9oAbmmTlVnMp5yb4IOcO2RICytRiYLV5946UmdhYQZ_GM1yDx3s8UEl2BWumBcpPqCxWpFs/s320/429889_3444588842563_98021766_n.jpg" width="255" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><b>Ir. H. Pangeran Muhammad Noor
dilahirkan di Martapura tanggal 24 Juni 1901. Gelar pangeran beliau
dapatkan karena beliau termasuk keturunan Raja Banjar yaitu garis dari Ratu
anom Mangkubumi Kentjana bin Sultan Adam Al Watsiq Billah. Beliau merupakan
keturunan terakhir yang menggunakan gelar Pangeran, setelah itu baru tahun 2010
melalui Musyawarah Adat Banjar, gelar Pangeran kembali di berikan kepada Gusti
Khairul saleh sebagai Raja Muda Banjar.</b></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Nama kecil beliau adalah Gusti
Muhammad Noor. Sejak kecil beliau telah terlihat cerdas, namun belaiu tidak
menyombongkan diri walaupun beliau masih termasuk keluarga bangsawan. Beliau
tidak membatasi pergaulan, kawan-kawan beliau berasal dari seluruh lapisan
masyarakat. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ir. Pangeran M. Noor menempuh
pendidikan mulai HIS lulus tahun 1917, kemudian MULO lulus tahun 1921,
dilanjutkan ke HBS lulus tahun 1923, selanjutnya beliau melanjutkan Tecnise
Hooge School (THS) Bandung dan tahun 1927 beliau lulus dengan gelar Insiyur.
Beliau merupakan orang <st1:place w:st="on">Kalimantan</st1:place> pertama yang
bergelar Insiyur, setahun setelah Ir. Soekarno.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada periode tahun 1935-1939 beliau
menggantikan ayahnya Pangeran Muhammad Ali
sebagai wakil Kalimantan dalam Volksraad di masa pemerintahan kolonial Hindia
Belanda.Setelah habis periode, beliau digantikan oleh Mr. Tadjudin Noor.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebelum kemerdekaan, beliau
termasuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bersama Soekarno dan Hatta. Sesaat
setelah proklamasi kemerdekaan, Presiden Soekarno menunjuk beliau sebagai
Gubernur Kalimantan periode 1945 - 1950. Dalam perjuangan mempertahankan
kemerdekaan, beliau memilih bertempat di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur,
dengan alasan agar dekat dengan pemerintah pusat. Namun seluruh
operasi gerilya di <st1:place w:st="on">Kalimantan</st1:place> tetap dibawah
komando beliau. Dalam upaya tersebut beliau mendirikan pasukan MN 1001 yang
terdiri dari pejuang-pejuang <st1:place w:st="on">Kalimantan</st1:place> yang
ada di Jawa. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Pasukan</st1:city> <st1:state w:st="on">MN</st1:state></st1:place> 1001 merupakan singkatan dari Pasukan
Muhammad Noor 1001 Akal. Selama aksinya, pasukan MN 1001 sering menerobos
blokade Belanda pada jalur Jawa – <st1:place w:st="on">Kalimantan</st1:place>.
Diantara pejuang yang pernah menerobos blokade ini adalah Letkol Hasan Basry,
Tjilik Riwut, dan lain-lain.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada saat pertempuran <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Surabaya</st1:place></st1:city> tanggal 10
November 1945, beliau juga berada langsung di lokasi pertempuran bersama-sama
pejuang lainnya bertempur langsung dengan Pasukan Sekutu. Diceritakan saat itu,
sebuah bom meledak dekat beliau, namun belaiu terselamatkan oleh seseorang yang
mendorong badan beliau sehingga terhindar dari ledakan bom tersebut. Sampai
akhir hayat, beliau tidak mengetahui pejuang yang telah menyelamatkannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Selepas dari jabatan Gubernur,
Ir. Pangeran M. Noor ditunjuk sebagai Menteri Pekerjaan Umum periode 24 Maret
1956 – 10 Juli 1959 pada Kabinet Ali Sastromijoyo. Ketika itu beliau membuat
gagasan Proyek Sungai Barito, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di DAS Barito. Proyek ini hamper mirip dengan <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Proyek Mekhong</st1:city>, <st1:country -region="-region" w:st="on">Vietnam</st1:country></st1:place>.
Proyek Sungai barito yaitu pembangunan PLTA Riam Kanan, pembukaan persawahan
pasang surut, pembukaan kanal Banjarmasin-Sampit, pengerukan ambang Barito, dan
penyempurnaan folder Alabio. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Selesai tugas di Kabinet, Ir.
Pangeran M. Noor ditugaskan lagi sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Agung.
Kemudian pada masa Gubernur Kalimantan Selatan Aberanie Sulaiman periode 1963 –
1968 beliau ditunjuk sebagai Penasihat Gubernur Bidang Pembangunan. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Menjelang akhir hayatnya beliau
terbaring lemah di RS. Pelni Jakarta, tetapi semangat beliau untuk membicarakan
pembangunan di Kalimantan Selatan tak pernah surut. Setiap ada tamu yang
berkunjung beliau masih saja bertukar pikiran mengenai pembangunan di banua.
Bagi beliau pembangunan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat adalah
identik dengan kehidupannya. Ia akan berhenti berpikir dan berbicara akan hal
itu (pembangunan) bilamana otak dan nafasnya sudah berhenti. Saat hari-hari
akhir masa hidupnya dengan kondisi tubuh yang sudah mulai menurun, PM Noor
berkata, “Teruskan . . . Gawi kita balum tuntung“</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Akhirnya, dengan ketetapan Allah
Yang Maha Kuasa, Ir. Mohamad Noor, dipanggil-Nya dalam usia 78 tahun pada 15
Januari 1979. Dimakamkan disamping istri tercinta ibunda Gusti Aminah yang
sudah mendahuluinya di TPU Karet <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>.
Namun atas permintaan keluarga, kerangka beliau dan isteri kemudian dipindahkan
ke Pemakaman Sultan Adam, Martapura, Kalimantan Selatan pada tanggal 18 Juni
2010.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebagai penghormatan bagi Ir.
Pangeran M. Noor, nama beliau diabadikan sebagai nama PLTA di Waduk Riam Kanan
dan nama jalan di Banjarmasin dan Banjarbaru. Selain itu, Pemerintah Kabupaten
Banjar dan Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan telah mengusulkan gelar
Pahlawan Nasional bagi beliau, namun sampai sekarang Pemerintah Pusat belum
mengabulkan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><b>Bendungan Riam Kanan</b></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Bendungan Riam Kanan, merupakan
persediaan air bagi warga Kalimantan Selatan yang mengairi untuk persawahan
atau untuk Perikanan di daerah lintasan Irigari, Bendungan ini juga persediaan
Listrik untuk kawasan Kalimantan terutama Kalimantan Selatan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMAK7ihVb6JEVRLkia3bUZ4_BvcNSJOgy07DZ1ned-gyT-eHum3pirIiZMYI_UxWko_UzU9wbKNdmYMpd-o99dFuqWhPrYvWl7Athyphenhyphenz3Dyvdmbs4V37C4rZy7NxXekR6fcEzHWb_oNJUa3/s1600/463442_3516182632363_2004387626_o.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="196" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMAK7ihVb6JEVRLkia3bUZ4_BvcNSJOgy07DZ1ned-gyT-eHum3pirIiZMYI_UxWko_UzU9wbKNdmYMpd-o99dFuqWhPrYvWl7Athyphenhyphenz3Dyvdmbs4V37C4rZy7NxXekR6fcEzHWb_oNJUa3/s320/463442_3516182632363_2004387626_o.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRizaldy%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
</style>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">Semua ini tidak luput dari jasa seorang terpelajar
putra daerah Kalimantan Selatan yang bernama Ir. Pangeran Muhammad Noor
sehingga Kalimantan Selatan memiliki sebuah pembangkit listrik tenaga air untuk
menyuplai kebutuhan listrik daerah Kalimantan Selatan dan Tengah. Pangeran
Mohammad Noor adalah putra Pangeran Muhammad Ali seorang wakil <st1:place w:st="on">Kalimantan</st1:place> dalam voolksraad (DPR) pada masa pemerintahan
Hindia Belanda. Setelah lulus dari HBS beliau melanjutkan studi di sekolah
tinggi teknik <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Bandung</st1:place></st1:city>
hingga meraih gelar Insinyur pada tahun 1927. Pada periode 1935 – 1939 Pangeran
Mohammad Noor menggantikan kedudukan ayah beliau di voolksraad, dan pada tahun
1945 beliau diangkat oleh Soekarno menjadi gubernur pertama Kalimantan. Di masa
kemerdekaan Pangeran Mohammad Noor pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan
Umum dalam kabinet Ali Sastromijoyo tahun 1956 – 1959. Ketika itulah beliau
memberikan gagasan dan berhasil merealisasikan pembangunan pembangkit listrik
tenaga air Riam Kanan. Pangeran Muhammad Noor wafat pada tanggal 15 Januari
1979 pada usia 78 tahun. Untuk mengenang jasanya, nama beliau kini diabadikan
sebagai nama waduk serta jalan raya menuju waduk tersebut di Kalimantan
Selatan.
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRizaldy%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.hascaption
{mso-style-name:hascaption;}
@page Section1
{size:21.0cm 842.0pt;
margin:72.0pt 89.85pt 72.0pt 89.85pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
</style>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6EyD1a3BlFtixiIIbsnl1S6u5ua-K5sBAwxTrksrf9TDNoQEOpg36eI4y-V_Pbl0-Afdh8iszmnTm3wVuxbkLnw0i3rRYl6eYc1hN7HMOK6Mr1_yaAUVQNBvu80qUb6ZdE32-JnXOtdfR/s1600/465534_3516446158951_2003692192_o.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6EyD1a3BlFtixiIIbsnl1S6u5ua-K5sBAwxTrksrf9TDNoQEOpg36eI4y-V_Pbl0-Afdh8iszmnTm3wVuxbkLnw0i3rRYl6eYc1hN7HMOK6Mr1_yaAUVQNBvu80qUb6ZdE32-JnXOtdfR/s320/465534_3516446158951_2003692192_o.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span class="hascaption">Wakil
Presiden RI pertama Bung Hatta (depan kiri) didampingi Ir Pangeran Muhammad
Noor (depan tengah) berkenan mengunjungi Proyek PLTA Riam Kanan. Ir PM Noor
adalah Gubernur Kalimantan pertama, dan Menteri Pekerjaan Umum 1956-1959.
Beliaulah yang mendesak Pemerintah agar Riam Kanan segera direalisasikan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<span class="hascaption">19 Januari 1980 nama PLTA Riam Kanan diganti menjadi
PLTA Ir. Pangeran Muhammad Noor sebagai wujud penghormatan terhadap jasa-jasa
Alm. Ir. PM. Noor</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRizaldy%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.hascaption
{mso-style-name:hascaption;}
@page Section1
{size:21.0cm 842.0pt;
margin:72.0pt 89.85pt 72.0pt 89.85pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
</style>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDVbJoOfJ9_QjCntkERFUvjGURHvnQ5sO23KvIMrVg3XhT8cVFFof_-7JL5SM6NoWcA1Chx1F143zu3yE6ShsFa0fF8S-qM3ARytlAeskwQYgvVf5UjcjT3NRrSzD0Q4uomO8MCeQIzN8J/s1600/475297_3516152071599_1988489110_o.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDVbJoOfJ9_QjCntkERFUvjGURHvnQ5sO23KvIMrVg3XhT8cVFFof_-7JL5SM6NoWcA1Chx1F143zu3yE6ShsFa0fF8S-qM3ARytlAeskwQYgvVf5UjcjT3NRrSzD0Q4uomO8MCeQIzN8J/s320/475297_3516152071599_1988489110_o.jpg" width="239" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span class="hascaption"><i><b>Lokasi
Pemasangan Turbin Air di Gedung Pembangkit Riam Kanan</b></i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span class="hascaption">Sudah
puluhan tahun warga Kalimantan Selatan menikmati terangnya lampu listrik berkat
kehadiran waduk Riam Kanan, di <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">sana</st1:place></st1:city>
ada tiga unit turbin yang setiap hari mengolah arus air dari bendungan sampai
menghasilkan energi listrik yang selama ini sudah dinikmati. Waduk riam Kanan
sendiri dibangun dengan membendung 8 buah sungai yang mengalir di kawasan Riam
Kanan. Untuk kepentingan mega proyek tersebut harus diiringi dengan pengorbanan
masyarakat yang berhuni di kawasan Riam Kanan. bukan hanya perkampungan saja
yang di tenggelam, kuburan serta lahan perkebunan milik 9 kampung yang ikut
tenggelam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRizaldy%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.hascaption
{mso-style-name:hascaption;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
</style>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgINGt0R9qinyKCtrz0HNJhX1_GQA14yyq-n4kog4B6iniZ6cINPB5d8TSuKxH5oaf8bdd8my3YOF8U_lQ9_2NIig4G4scXjaZxU-AX-d-i7k719oknMWuP2-LUo_n0P3vEG6PhjTBzCZpc/s1600/526903_3516487519985_1707673650_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="244" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgINGt0R9qinyKCtrz0HNJhX1_GQA14yyq-n4kog4B6iniZ6cINPB5d8TSuKxH5oaf8bdd8my3YOF8U_lQ9_2NIig4G4scXjaZxU-AX-d-i7k719oknMWuP2-LUo_n0P3vEG6PhjTBzCZpc/s320/526903_3516487519985_1707673650_n.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><b><span class="hascaption">Peristiwa Pelaksanaan Pengalihan Sungai </span></b></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><b><span class="hascaption">pada 18 Juli 1969.<o:p></o:p></span></b></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dengan ditutupnya sungai dan
dialihkan alirannya ke diversion tunnel, maka pekerjaan main dan (bendungan
utama) akan dimulai.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Untuk menutup sungai, maka
beberapa bulldozer dikerahkan untuk mendorong tanah dari atas tebing untuk
mempersempit sungai. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place>
kesulitan yang terjadi saat lebar sungai mulai menyempit, yaitu arus sungai
menjadi lebih deras.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sang operator bercerita bahwa
pekerjaan dilakukan siang malam secara bergantian, termasuk opetator dari
Hazama Gumi warga Jepang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada saat kritis dimana tanah
yang ditimbunkan ke badan sungai selalu terbawa arus air yang makin deras, maka
diambil keputusan dari pimpinan bahwa satu-satunya cara untuk menghentikan
aliran air adalah dengan memasukkan satu bulldozer di tengah sungai.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Operator warga Jepang akhirnya
ditunjuk untuk memasukkan bulldozer ke tengah sungai yang makin menyempit, dan
tindakan yang cukup berbahaya ini akhirnya berhasil dilakukan dan si operator
selamat dan berhasil meninggalkan bulldozer tersebut tanpa cedera.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah satu bulldozer berhasil
menahan aliran air yang mengalir makin deras, maka bulldozer lainnya menimbun
dengan tanah dari atas tebing.<br />
<br />
<i><b>Riam Kanan</b></i><br />
<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRizaldy%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
</style>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]--><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Riam Kanan terletak di desa Aranio Kabupaten
Banjar Kalimantan Selatan. Dulu tempat ini termasuk Distrik Riam Kanan yang
merupakan bagian dari wilayah administratif Onderafdeeling Riam Kiwa dan Riam
Kanan pada zaman kolonial Hindia Belanda dahulu. Ibukotanya adalah Karang
Intan, yaitu bekas ibukota kesultanan Banjar di masa Sultan Sulaiman</span>.</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1BlxPCB5QnHsg5aKpH-Plu6y77PpNwMkUnF7U56gnICDYiFaPE1Sby6pJ36567uJFtHT0W1qvPg7vZqOxoYyLW5fovLQQtQ_QBMgtlMERMgWuT1ILxjPTEVDZfofVqbEVhOUBbFX3V817/s1600/rk3-sungairk.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="417" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1BlxPCB5QnHsg5aKpH-Plu6y77PpNwMkUnF7U56gnICDYiFaPE1Sby6pJ36567uJFtHT0W1qvPg7vZqOxoYyLW5fovLQQtQ_QBMgtlMERMgWuT1ILxjPTEVDZfofVqbEVhOUBbFX3V817/s640/rk3-sungairk.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr align="left"><td class="tr-caption">Sungai Riam Kanan Sebelum dibelokan pada tahun 1966</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoNNf4s5Erq5nmoA5YaryfcgTHrVn_Sf9Oagpfzm_hQWxyJakk1X_YQYSVsHRDXygra5fwuLL_gh0axE4Hq81e_9n9vCRsKI7Pvs91b6kIgxtMvsnLzsDVkEr0HsxkXDhjqikxy7rCbPRC/s1600/rk-main-dam-1973.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="430" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoNNf4s5Erq5nmoA5YaryfcgTHrVn_Sf9Oagpfzm_hQWxyJakk1X_YQYSVsHRDXygra5fwuLL_gh0axE4Hq81e_9n9vCRsKI7Pvs91b6kIgxtMvsnLzsDVkEr0HsxkXDhjqikxy7rCbPRC/s640/rk-main-dam-1973.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr align="left"><td class="tr-caption">Bendungan Utama Riam Kanan pada tahun 1973</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRizaldy%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
</style> <!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bendungan Riam Kanan
dibangun bangun dengan membendung 8 buah sungai yang mengalir di kawasan
Riam Kanan. Untuk kepentingan mega proyek tersebut harus diiringi dengan derita
masyarakat yang berhuni di kawasan Riam Kanan. Bukan hanya perkampungan saja
yang ditenggelamkan, kuburan serta lahan perkebunan milik 9 kampung yang ada
ikut tenggelam. Akan tetapi semua pengorbanan itu tidak menjadi sia-sia karena
waduk ini PT. PLN berhasil menggerakan generator turbin hingga 3 x 10.000
KW yang berguna untuk menerangi masyarakat Kalimantan Selatan dan bahkan
Kalimantan Tengah.</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Untuk menuju lokasi dari
Banjarbaru, diperlukan waktu kl 1/2 sampai 1 jam untuk menempuh
jarak 25 km. Setelah mengambil jalan lurus di Simpang Empat (kiri: ke
Martapura, kanan: ke Cempaka/Pleihari), akan dilewati Markas Batalyon Raiders,
kemudian Mandiangin salah satu tempat wisata. Setelah melewati jalan naik yang
sedikit berliku dan aspal yang banyak mengelupas akibat seringnya dilewat oleh
truck pengangkut pasir dan batu gunung tibalah kita dilokasi waduk riam kanan.</div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
-oOo-</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebagian Sumber <!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
a:link, span.MsoHyperlink
{color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{color:purple;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
</style>
</div>
<a href="http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Friamkanan.com%2F&h=MAQFR8efE&s=1" target="_blank">http://riamkanan.com/</a><o:p></o:p>
</div>
</div>
</div>
</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-39394160671422000892012-09-05T17:15:00.001-07:002012-09-06T04:19:46.934-07:00Kiai Idham Chalid, Pemimpin Besar dari Amuntai<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRizaldy%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="country-region" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJeIwSm-N4uNbLwHKZ2CAyU95bF-ErVur0lo0Yo7ftqp2l4bogoeof16Ya86Q2u3Mv7PxEradm0_PUXGeLNudZjKztt8i9T4Nd6IO5jZzqk9xfLEn51Wb8gKp94S0CjsXW9p54tq2PUZh8/s1600/Ideham+Cholid.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJeIwSm-N4uNbLwHKZ2CAyU95bF-ErVur0lo0Yo7ftqp2l4bogoeof16Ya86Q2u3Mv7PxEradm0_PUXGeLNudZjKztt8i9T4Nd6IO5jZzqk9xfLEn51Wb8gKp94S0CjsXW9p54tq2PUZh8/s320/Ideham+Cholid.jpg" width="247" /></a></div>
<i><b>Anggapan sebagian orang bahwa
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">massa</st1:place></st1:city>
(ormas) Islam yang bercorak Jawa dan tersentralisasi di Pulau Jawa patut
diluruskan. Begitu pula dengan pameo yang menyebut bahwa pimpinan ormas
terbesar di <st1:place w:st="on"><st1:country -region="-region" w:st="on">Indonesia</st1:country></st1:place>
tersebut mesti berdarah Jawa, terutama Jawa Timur, juga tidak tepat.</b></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Doktor Kiai Haji Idham Chalid
(88) yang menghembuskan nafas terakhir pada Minggu pagi pukul0 8.00 WIB di
Cipete Jakarta Selatan merupakan fakta sejarah yang paling sahih untuk
mematahkan berbagai penilaian sepihak terhadap NU. Ulama kharismatis NU
tersebut bahkan telah menghilangkan dikotomi Jawa non-Jawa dalam konteks
politik nasional jauh-jauh hari sebelum banyak pihak memperbincangkannya, yakni
sejak tahun 1956 silam atau hanya berselang sembilan tahun setelah kemerdekaan
Indonesia.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kiai Idham Chalid merupakan salah
satu tokoh terbesar yang pernah dimiliki bangsa <st1:country -region="-region" w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country>. Semasa hidupnya, beliau
mencurahkan pengabdian bagi bangsa ini melalui NU, ormas Islam terbesar di <st1:country -region="-region" w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country>
maupun dunia, yang ia geluti sejak masih usia kanak-kanak. Kiai Idham yang
lahir pada tanggal 27 Agustus 1922 di Setui, dekat Kecamatan Kotabaru, bagian
tenggara Kalimantan Selatan, adalah anak sulung <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">lima</st1:city></st1:place> bersaudara dari H Muhammad Chalid.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saat usianya baru enam tahun,
keluarganya hijrah ke Amuntai dan tinggal di daerah Tangga Ulin, kampung
halaman leluhur ayahnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Idham tercatat sebagai tokoh
termuda yang pernah memimpin NU. Idham dipilih sebagai ketua umum Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada tahun 1956. Saat itu usia Idham baru 34
tahun. Sebuah catatan dan prestasi yang fenomenal baik pada masa tersebut
maupun masa kini. Karir Idham di ormas yang didirikan ulama dan memiliki akar
kuat baik di pedesaan maupun di perkotaan tersebut terbilang sangat cemerlang.
Semasa kepemimpinan Idham di PBNU tidak pernah terjadi gejolak internal. Selain
itu kepemimpinan Idham di NU juga paling lama yaitu 28 tahun. Idham menjabat
ketua umum PBNU mulai tahun 1956 hingga 1984.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebagian kalangan mengatakan,
bila tidak ada gerakan kembali ke ?khittah 1926? yang dimotori KH Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) dkk, posisi Kiai Idham sebagai ketum PBNU tidak tergantikan. Khittah
menjadi senjata ampuh bagi poros Situbondo –istilah untuk untuk menyebut
gerakan yang dimotori Gus Dur– untuk melengserkan Kiai Idham dari tampuk
kepemimpinan di PBNU. Gerakan Khittah tersebut sempat membuat NU terbelah dan
menjadi dua poros besar yaitu Situbondo dan Cipete. Istilah Cipete merupakan
kediaman Kiai Idham dan merujuk pada pendukung Kiai Idham yang saat itu sangat
banyak dan loyal.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i><b>Bukan darah biru</b></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Idham Chalid merupakan tokoh
besar bangsa <st1:place w:st="on"><st1:country -region="-region" w:st="on">Indonesia</st1:country></st1:place>
yang telah memberikan teladan dan inspirasi. Beliau telah ikut meletakkan
dasar-dasar berbangsa dengan mewujudkan kebersamaan dan menghilangkan dikotomi
antara Jawa dan Luar Jawa. Andil Idham dalam membangun tatasan kehidupan
politik berbangsa yang harmonis tanpa diskriminasi, tidak lepas dari keberadaan
NU yang menghargai egalitarianisme serta memberikan kesempatan yang sama bagi
semua kader untuk memberikan kontribusi terbaiknya bagi NU.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Selain memberikan kesempatan
kepada Idham untuk menjadi ketua umum PBNU pada tahun 1956, jauh-jauh hari
sebelumnya NU sudah menghilangkan jarak pemisah antara Jawa dengan Luar Jawa
dengan menggelar Muktamar ke-11 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan tahun 1936
atau sembilan tahun sebelum Indonesia merdeka. Penyelenggaraan Muktamar ke-11
di Banjarmasin pada tahun 1936 serta dipilihnya Idham Chalid menjadi ketua umum
PBNU pada Muktamar ke-21 di Luar Jawa, tepatnya di Medan, Sumatera Utara,
semakin mengukuhkan posisi NU sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia serta
meminjam istilah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai jangkar strategis
nasional.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kepemimpinan Idham di PBNU selain
berdampak positif bagi iklim organisasi dengan mematahkan mitos Jawa dan Luar
Jawa juga menghapus mitos bahwa ketua umum PBNU harus memiliki darah biru. Darah
biru merupakan istilah dalam NU, yang dapat diartikan sebagai keturunan ulama
besar yang terpandang. Dalam tradisi NU di Jawa, biasanya dipanggil dengan
sebutan Gus. Uniknya, Idham selain bukan berasal dari Jawa juga bukan merupakan
anak ulama besar terpandang, bahkan di Kalimantan Selatan sekalipun. H Muhammad
Chalid, ayah Idham, hanya berprofesi sebagai penghulu di pelosok Amuntai, Hulu
Sungai Tengah, sekitar 200 km dari Banjarmasin.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Keluasan pergaulan, kemahiran
retorika serta kepiawan dalam melobi mengantarkan Idham sebagai tokoh besar
pemimpin nasional baik di masa Orde Lama maupun Orde Baru.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i><b>Dari bawah</b></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Panggung politik baik dalam aras
nasional maupun global banyak dipengaruhi oleh faktor keturunan atau lebih
dikenal dengan istilah dinasti, tradisi fedalisme yang mewariskan kuasaan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Tradisi dinasti banyak ditemukan baik di <st1:country -region="-region" w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country>
maupun luar negeri. Bahkan di negara semodern Amerika Serikat pun masih banyak
ditemukan praktik dinasti. stilah dinasti tidak berlaku bagi Kiai Idham Chalid.
Idham merupakan sosok pemimpin yang terlahir secara alami dari bawah. Ia tidak
mengandalkan faktor dinasti maupun kekuatan materi, dua faktor terpenting dalam
berpolitik, dalam merintis karirnya yang panjang dan cemerlang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Idham menjadi pemimpin besar
karena kapasitas personal, kegigihan dalam perjuangan serta kemauan keras untuk
memberikan sumbangsih terbaik bagi bangsa dan agama. Arif Mudatsir Mandan,
tokoh PPP yang juga penulis buku “Napak Tilas Pengabdian Idham Chalid” mencatat
sosok Kiai Idham merupakan teladan bagi generasi muda NU dan bangsa <st1:country -region="-region" w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country>.
Beliau adalah sosok pemimpin besar yang lahir dari bawah. “Kiprah dan peran
Idham Chalid tergolong istimewa. Ia bukanlah sosok yang berasal dari warga <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">kota</st1:place></st1:city> besar. Ia hanyalah
putra kampung yang merintis karier dari tingkat yang paling bawah, sebagai guru
agama di kampungnya. Tapi kegigihannya dalam berjuang, dan kesungguhannya untuk
belajar dan menempa pribadi, telah mengantar dirinya ke puncak kepemimpinan
nasional yang disegani hingga kini, ujar Arif.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kalangan pengamat politik <st1:country -region="-region" w:st="on">Indonesia</st1:country>, banyak mencatat bahwa Idham Chalid
merupakan salah seorang dari sedikit politisi <st1:place w:st="on"><st1:country -region="-region" w:st="on">Indonesia</st1:country></st1:place> yang mampu bertahan pada
segala cuaca.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ia pernah menjadi Ketua Partai
Masyumi Amuntai, Kalimantan Selatan, dan dalam Pemilu 1955 berkampanye untuk
Partai NU. Ia pernah pula menjadi Wakil Perdana Menteri dalam Kabinet
Ali-Roem-Idham, dalam usia yang masih sangat belia, 34 tahun. Sejak itu Idham
Chalid terus menerus berada dalam lingkaran kekuasaan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di organisasinya, ia dipercaya
warga nahdliyyin untuk memimpin NU di tengah cuaca politik yang sulit, dengan
memberinya kepercayaan menjabat sebagai Ketua Umum Tanfidziah PBNU selama 28
tahun (1956-1984). Di samping berada di puncak kekuasaan pimpinan NU, ia juga
dipercaya menjadi Wakil Perdana Menteri II dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo
(PNI), 1956 -1957. Saat kekuasaan Bung Karno jatuh pada 1966, Idham Chalid
yang dinilai dekat dengan Bung Karno ini tetap mampu bertahan. Presiden
Soeharto memberinya kepercayaan selaku Menteri Kesejahteraan Rakyat (1967 -1970), Menteri Sosial Ad Interim (1970-1971) dan setelah itu Ketua MPR/DPR RI
(1971-1977) dan Ketua DPA (1977-1983).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ketika partai-partai Islam
berfusi dalam Partai Persatuan Pembangunan, pada tanggal 5 Januari 1973, mantan
guru agama Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo ini menjadi ketua, sekaligus
Presiden PPP. Dari sisi wawasan keilmuwan dan kemahiran, sosok Idham Chalid
dikenal sebagai ulama yang mahir berbahasa Arab, Inggris, Belanda, dan Jepang.
Ia juga menyandang gelar doctor honoris causa dari Universitas Al-Azhar, Kairo.
Idham Chalid merupakan khazanah yang tak ternilai bagi bangsa ini.</div>
<div class="MsoNormal">
Mimpin NU 28 tanpa Gejolak </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
KH Hasyim Muzadi, ketua umum PBNU
1999-2010 mengemukakan kekagumannya pada sosok Idham karena berhasil memimpin
PBNU selama 28 tahun. Selain kagum, Hasyim juga mengaku ‘iri’ pada Idham,
karena selama 28 tahun menjadi ketua umum PBNU tanpa ada gejolak berarti. “Sebagai
ketua umum PBNU, saya termasuk orang yang mengagumi beliau, karena memimpin NU
selama 28 tahun dan tidak ada gejolak dalam NU selama beliau memimpin. Ini sangat
sulit. Kalau saya, memimpin NU 8 tahun saja ruwetnya bukan main,” katanya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dikatakannya, Kiai Idham Chalid
juga telah berhasil membawa NU keluar dari masa-masa pelik, bahkan genting saat
<st1:place w:st="on"><st1:country -region="-region" w:st="on">Indonesia</st1:country></st1:place>
masih berusia muda dengan dinamika politik yang luar biasa. Pada tahun 1952 NU
keluar dari Masyumi dan mendirikan partai NU. Selanjutnya, tahun 1955 yang
penuh gejolak karena demokrasi liberal berjalan selama 4 tahun dan tahun 1959
masuk dekrit presiden. Lalu tahun 1960 Bung Karno menjalankan Manipol Usdek
yang berjalan 5 tahun sampai tertengahan tahun 1966. Suasana krisis juga belum
berakhir karena terjadinya pergantian kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru.
Tahun 1967-1969, posisi NU justru terjepit. Tahun 1971 pemilu yang pertama masa
Soeharto dan NU sangat berat karena dihajar habis oleh Golkar. Dijelaskannya
menyelamatkan jamaah NU yang yang sedemikian banyak memerlukan kepribadian arif
dan tangguh. Hasyim Muzadi menilia, “Orang yang mengerti Pak Idham menyatakan
beliau orang yang istikomah dalam berbagai situasi, tetapi orang yang tidak
cocok pasti mengatakan oportunis, karena dari masa ke masa selalu mendapatkan
tempat.” Meskipun berbeda pandangan politik, Hasyim mengatakan Kiai Idham tetap
menjalin silaturrahmi dan ukhuwah dengan Buya Hamka.”Perbedaan partai ini tidak
mengurangi silaturrahmi dengan yang lain sehingga Pak Idham dengan Buya Hamka.
Ketidakharmonisan dalam bidang politik tidak harus membuat pemimpin tidak
harmonis dalam ukhuwwah,” imbuhnya. Kiai Hasyim berharap keberhasilan KH Idham
Cholid dalam memimpin NU dapat menjadi pelajaran dalam mengembangkan NU ke
depan agar semakin jaya. “NU punya kemulyaan dan harus kita bangun kemuliaan
baru ini menyongsong masa depan, tandasnya memberikan semangat.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
-oOo-</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://gp-ansor.org/biografi/kiai-idham-chalid-pemimpin-besar-dari-amuntai </div>
</div>
Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2228400891923504284.post-69429776323598887262012-08-26T05:41:00.001-07:002017-06-30T10:40:35.039-07:00Rumah Adat Banjar dan Fungsinya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRHh_1IjcPjl3XbTfm4kCyIjiqGITLQ_-OrxE3Sac5y0FzoapEK-aCwTBdh2WsjKTJYFslrYF6Hk4Ruav482Cxp1V-DAy2j5D5djEG3TiaTvn092wzFRD0gl15AgbzRcLL4cebuMHcxxxb/s1600/Rumah+Bubungan+Tinggi.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRHh_1IjcPjl3XbTfm4kCyIjiqGITLQ_-OrxE3Sac5y0FzoapEK-aCwTBdh2WsjKTJYFslrYF6Hk4Ruav482Cxp1V-DAy2j5D5djEG3TiaTvn092wzFRD0gl15AgbzRcLL4cebuMHcxxxb/s1600/Rumah+Bubungan+Tinggi.JPG" /></a></div>
<span class="hasCaption"><i><b>
</b></i></span>
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span class="hasCaption"><i><b><span style="font-size: 12pt;">Rumah Bubungan Tinggi </span></b></i></span></div>
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-weight: normal; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span class="hasCaption"><i><b><span style="font-size: 12pt;">adalah rumah dengan model atau tipe tertua dan paling utama dalam
sejarah rumah adat Banjar. rumah model seperti ini dizaman dahulu
biasanya Istana milik Sultan Banjar.</span></b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span class="hasCaption"><i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHvF3sTmeIpQ-bwSx6USIS9CvI3uY5wsdI1tJGiftt7CTAEumd1MBuiLLRc6fLKbwu5fWlmlUZIKXakCeRYPwiqE6Ebn1HiM1su68nBZLYjqE0CNOM7AN-tIjbWJfT9ybIrTVxTYIc0Tyy/s1600/Gajah+Baliku.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="293" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHvF3sTmeIpQ-bwSx6USIS9CvI3uY5wsdI1tJGiftt7CTAEumd1MBuiLLRc6fLKbwu5fWlmlUZIKXakCeRYPwiqE6Ebn1HiM1su68nBZLYjqE0CNOM7AN-tIjbWJfT9ybIrTVxTYIc0Tyy/s320/Gajah+Baliku.JPG" width="320" /></a></b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="hasCaption"><i><b><span class="hasCaption"></span><b><span class="hasCaption">Rumah Gajah Baliku </span></b></b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-weight: normal; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span class="hasCaption"><i><b><span style="font-size: 12pt;"><span class="hasCaption">adalah Rumah adat Banjar Gajah Baliku biasanya sebagai tempat tinggal para saudara atau dangsanak Sultan.</span></span></b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="hasCaption"><i><b><span class="hasCaption"></span><b><span class="hasCaption">
</span></b></b></i></span>
<br />
<div class="Times" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 15.35pt; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiBGMFUnTQadSRtckuW7VzLdanhZb_Csyd9llJo15FOBwwNX_N2HzQPDVS9Mrs4XH33bLLbi5ZoIPrxC1jm1tP-yGfkWX9XGRHJs-wGAVV7xaZZkKpgALCnSzpFxANwgCNMSzXmOHue_Q3/s1600/Gajah+Manyusu-01.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiBGMFUnTQadSRtckuW7VzLdanhZb_Csyd9llJo15FOBwwNX_N2HzQPDVS9Mrs4XH33bLLbi5ZoIPrxC1jm1tP-yGfkWX9XGRHJs-wGAVV7xaZZkKpgALCnSzpFxANwgCNMSzXmOHue_Q3/s320/Gajah+Manyusu-01.JPG" width="320" /></a></div>
<span class="hasCaption"><i><b><b><span class="hasCaption"><span style="font-size: 12pt;">Rumah adat Gajah Manyusu </span></span></b></b></i></span></div>
</div>
<span class="hasCaption"><i><b><b><span class="hasCaption">
</span></b></b></i></span></div>
<div style="font-weight: normal; text-align: justify;">
<span class="hasCaption"><i><b><span class="hasCaption">adalah ini dizaman
Kesultanan Banjar digunakan sebagai tempat tinggal Warit Raja, yaitu
para keturunan garis utama/ pertama atau bubuhan para gusti. Jadi
dirumah ini hanya dihuni oleh para calon pengganti Sultan jika terjadi
sesuatu terhadap Sultan.</span></b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHKh6EnKoEB4QG79ARO5Ylp_W2Vr-FNflU5Up2nATeVzzJnoOSy2SVXV7N1WjkdgeB_FULebQeuROU2kmIi_opN7bYoUGkA9mqTx2rdbgEenApnK8w4navo6dRQ2p0I01J5OjupupbEXgF/s1600/Balai+Laki.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHKh6EnKoEB4QG79ARO5Ylp_W2Vr-FNflU5Up2nATeVzzJnoOSy2SVXV7N1WjkdgeB_FULebQeuROU2kmIi_opN7bYoUGkA9mqTx2rdbgEenApnK8w4navo6dRQ2p0I01J5OjupupbEXgF/s320/Balai+Laki.jpg" width="320" /></a></div>
<span class="hasCaption"><i><b><b><span class="hasCaption">Rumah
Balai Laki </span></b></b></i></span></div>
<div style="font-weight: normal; text-align: justify;">
<span class="hasCaption"><i><b><span class="hasCaption">adalah adat Banjar tipe ini dalam sejarah Banjar dikenal
sebagai rumah hunian para Punggawa mantra dan para prajuril pengawal
keamanan Kesultanan Banjar.</span></b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span class="hasCaption"><i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhffjkXHCfkwJ4rCj3yA_oHfhNyxHAXRz_inEsdQLvd2zecukTQbjtMTfq6kZbSAJEkVepmOFNUW24cNQEH0gntx-cTheSYpGYLy-O75HONU5y0DQ_Z4y68FnCpYzn3uqguinQngY9IyV0Y/s1600/Balai+Bini.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhffjkXHCfkwJ4rCj3yA_oHfhNyxHAXRz_inEsdQLvd2zecukTQbjtMTfq6kZbSAJEkVepmOFNUW24cNQEH0gntx-cTheSYpGYLy-O75HONU5y0DQ_Z4y68FnCpYzn3uqguinQngY9IyV0Y/s1600/Balai+Bini.JPG" /></a></b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="hasCaption"><i><b><span class="hasCaption"><b>Rumah Balai Bini </b></span></b></i></span></div>
<div style="font-weight: normal; text-align: justify;">
<span class="hasCaption"><i><b><span class="hasCaption">adalah adat tipe Balai bini
biasanya dimasa Kesultanan banjar dihuni oleh Para puteri Sultan atau
warga Sultan dari pihak Perempuan.</span></b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpV7gBQeCW6w9SEVZaE8Vyd4CuhlfEsHN18HAMK7jbKfeG1XnHJbvB6C1c-zr7gben4vWSC9PBvx5WBn7VE8Mqdw_XyBjo_ix_AmtW2nY-Y7-ymBlZW5l5bE9MUUDcy9ltXUz3809LHMMc/s1600/Palimbangan-04.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpV7gBQeCW6w9SEVZaE8Vyd4CuhlfEsHN18HAMK7jbKfeG1XnHJbvB6C1c-zr7gben4vWSC9PBvx5WBn7VE8Mqdw_XyBjo_ix_AmtW2nY-Y7-ymBlZW5l5bE9MUUDcy9ltXUz3809LHMMc/s1600/Palimbangan-04.JPG" /></a></div>
<span class="hasCaption"><i><b><span class="hasCaption"><b>Rumah Palimbangan</b> </span></b></i></span><br />
<div style="font-weight: normal;">
<span class="hasCaption"><i><b><span class="hasCaption">Dizaman Kesultanan Banjar rumah Tipe ini digunakan sebagai hunian para kaum Saudagar pada zaman Kesultanan Banjar. </span></b></i></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMxeELyZYY_KWcC2TujGarmYw-aOaRoHhhPCOQbedHlh2DARHx_4MZ66zEeJqlsSUJXQyvE9bi8tLA52D0oYz86IdcSsW-BptMS_Fu-lgSmbSWtbJGu4FFmxrp7Oiw_Lxp-Bczjvu70FQz/s1600/Baru+2.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMxeELyZYY_KWcC2TujGarmYw-aOaRoHhhPCOQbedHlh2DARHx_4MZ66zEeJqlsSUJXQyvE9bi8tLA52D0oYz86IdcSsW-BptMS_Fu-lgSmbSWtbJGu4FFmxrp7Oiw_Lxp-Bczjvu70FQz/s320/Baru+2.JPG" width="320" /></a></div>
<span class="hasCaption"><i><b><b><span class="hasCaption"></span></b><span class="hasCaption"><b>Rumah Palimasan (Rumah Gajah) <br /> </b><span style="font-weight: normal;">Rumah adat
tipe Palimasan di Kesultanan Banjar digunakan sebagai rumah Tokoh Masyarakat dan Alim Ulama.</span></span></b></i></span></div>
<div style="text-align: left;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipUddQBgh2O1EUC2yK0U7yNBYFHK0Go2vrXbJotOQyt7D5kLrsPo2ruzU-1l7w9xvCCg2yq8c_zNWyvNZn3ac6y4HLejTuCeRp2sSIUO61XM0zQiYznzR2F5y_MVwPA-sbLV33WZ2LPHkQ/s1600/Cacak+Burung+DKI.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipUddQBgh2O1EUC2yK0U7yNBYFHK0Go2vrXbJotOQyt7D5kLrsPo2ruzU-1l7w9xvCCg2yq8c_zNWyvNZn3ac6y4HLejTuCeRp2sSIUO61XM0zQiYznzR2F5y_MVwPA-sbLV33WZ2LPHkQ/s320/Cacak+Burung+DKI.jpg" width="320" /></a></div>
<span class="hasCaption"><i><b><span class="hasCaption"></span><b><span class="hasCaption">Rumah Cacak Burung / Rumah Anjung Surung </span></b></b></i></span></div>
<div style="font-weight: normal; text-align: justify;">
<span class="hasCaption"><i><b><span class="hasCaption">Adalah rumah hunian rakyat biasa yang umumnya para petani dan pekerja.</span></b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicdhj_D1tR3bHiNmCWN3pY6wXJwXXaVeQIaZqBAzpETQFvDko_GqdWsVHuWakLQVtrQpmfwBkL9TAIAjzr-e1jpPnKNYnNZ10yiXJay-di18MY5MqqOzXhtLgNT4AeoKZ7PCd_p_FRtaFv/s1600/Tadah+Alas.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicdhj_D1tR3bHiNmCWN3pY6wXJwXXaVeQIaZqBAzpETQFvDko_GqdWsVHuWakLQVtrQpmfwBkL9TAIAjzr-e1jpPnKNYnNZ10yiXJay-di18MY5MqqOzXhtLgNT4AeoKZ7PCd_p_FRtaFv/s320/Tadah+Alas.jpg" width="320" /></a></div>
<span class="hasCaption"><i><b><b><span class="hasCaption"></span></b><span class="hasCaption"><b>Rumah Tadah Alas<br /> </b><span style="font-weight: normal;">Rumah adat ini diperkirakan hasil modifikasi rumah adat Banjar tipe Balai Bini sebab hanya ada perubahan atap teras depan. Jika pada Balai Bini kedua
anjung kiwa dengan konstruksi model pisang sasikat Pada Tadah Alas
bertumpu pada atap bangunan utama.</span></span></b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span class="hasCaption"><i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBH9a7Fr0-4g_qtHJDheESoMI6rGJgEv12V2KqFtNoRxrP0mMnAglSP6OaHQyAnkkHej5YXZ2EffM5Sv7hMcyV2dXaxwV7U65m3m6k0XYwi_VMfilHPJAekcOhppextqvgCabh7aqkdtNh/s1600/Rumah+Bangun+Gudang.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBH9a7Fr0-4g_qtHJDheESoMI6rGJgEv12V2KqFtNoRxrP0mMnAglSP6OaHQyAnkkHej5YXZ2EffM5Sv7hMcyV2dXaxwV7U65m3m6k0XYwi_VMfilHPJAekcOhppextqvgCabh7aqkdtNh/s1600/Rumah+Bangun+Gudang.JPG" /></a></b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="hasCaption"><i><b><span class="hasCaption"><b>Rumah Bangun Gudang</b></span></b></i></span><br />
<span class="hasCaption"><i><b><span class="hasCaption"><span style="font-weight: normal;">Rumah kediaman Para Kaum Pedagang, tiap rumah mempunyai ciri khas khusus dari Etnis mana, kaum pedagang tersebut</span><b> </b></span></b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
<span class="hasCaption"><i><b>
</b></i></span>Rusman Effendihttp://www.blogger.com/profile/10439177773418896413noreply@blogger.com2