Miniatur Rumah Adat Banjar

Miniatur Rumah Adat Banjar
Menerima Pesanan Pembuatan Miniatur Rumah Adat Banjar Hubungi RUSMAN EFFENDI : HP. 0852.4772.9772 Pin BB D03CD22E


Berbagi ke

Gerakan Melestarikan Rumah Adat dengan Miniatur

Posted: Kamis, 13 Desember 2012 by Rusman Effendi in
0

Melestarikan Rumah Adat bukan saja dengan memelihara atau memugar Rumah Adat Banjar yang sudah ada, dengan memelihara agar tetap ada itu lebih baik tanpa menghilangkan keaslian rumah adat tersebut.
Ada beberapa type Rumah Adat Banjar yang sekarang sudah mulai langka ditemukan, yaitu Rumah Adat Bubungan Tinggi yang dijadikan Maskot Daerah Kalimantan Selatan dan telah dijadikan logo Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan.

Walaupun ada keadaannya sangat memprihatinkan terbengkalai dan dibiarkan lapuk dimakan zaman, Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi yang ditinggalkan memang hak Ahli Waris yang memiliki terserah mau diapakan, namun alangkah baiknya Instansi terkait ikut serta untuk melestarikannya karena Rumah Adat Bubungan Tinggi telah dijadikan Maskot Propinsi.
Ada beberapa rumah Adat Bubungan Tinggi di Martapura yang keadaannya sangat memprihatinkan.

Lokasi rumah di Desa Bincau Muara
inilah satu-satunya rumah Adat Bubungan Tinggi mulai Desa Bincau sampai Desa Tunggul Irang


Lokasi rumah di Kelurahan Keraton Martapura
Rumah Adat ini berlokasi dibelakang sebuah Musholla



Lokasi rumah di Desa Pandak Daun Karang Intan
Bagian lantai, tawing, atap dan anjungan telah hancur namun ornamen bagian dalam masih utuh



Untuk gerakan meminiaturkan rumah adat ini kami minta Like dan Share sebanyak-banyaknya di photo dibawah ini, klik diphoto maka anda akan masuk di Album Photo Gerakan Melestarikan Rumah Adat Banjar Miniatur setelah beri silahkan berikan jempol :

   

Ratu Zalecha

Posted: Rabu, 12 Desember 2012 by Rusman Effendi in
0

Ratu Zaleha adalah satu dari sedikit pejuang wanita di Nusantara yang gagah berani membela tanah airnya dari cengkeraman kuku penjajahan Belanda. Bersama sang suami, Gusti Muhammad Arsyad bin Gusti Muhammad Said, Ratu Zaleha adalah penerus perjuangan Pahlawan Nasional Perang Banjar Pangeran Antasari. 

Ratu Zaleha (Gusti Zaleha) dan Gusti Muhammad Arsyad memiliki hubungan kekerabatan sangat dekat. Orangtua Ratu Zaleha: Sultan Muhamad Seman dan orangtua Gusti Muhammad Arsyad: Gusti Muhammad Said adalah anak Pangeran Antasari. Jadi antara Ratu Zaleha dan Gusti Muhammad Arsyad terhitung saudara sepupu sekali.

Pangeran Antasari bersama Pangeran Hidayatullah, Demang Leman, Penghulu Rasyid, Tumenggung Jalil, Tumenggung Surapati, Haji Buyasin dan pejuang-pejuang Banjar lainnya bahu-membahu mengobarkan perang melawan kolonialisme Belanda. Perang permusuhan terhadap Belanda tak berhenti setelah sejumlah tokoh gugur atau diasingkan keluar pulau. Perlawanan dilanjutkan oleh anak keturunannya meski harus menderita kelaparan kekurangan makanan, keluar masuk hutan rimba pedalaman Kalimantan dan setiap waktu diintai maut karena menolak tunduk kepada Belanda.

Salah satu pejuang yang pantang menyerah kepada Belanda adalah Ratu Zaleha. Ratu Zaleha akhirnya berjuang sendirian setelah suaminya Gusti Muhammad Arsyad ditangkap Belanda pada 4 Januari 1904 (kemudian diasingkan ke Bogor) dan ayahnya Sultan Muhammad Seman tewas dalam pertempuran di Bomban Kalang Barat, hulu Beras Kuning, Sungai Menawing, pedalaman Barito, 24 Januari 1905.
Setelah tertangkap dan gugurnya para tokoh pejuang ini, Ratu Zaleha pun menjadi target utama yang paling dicari Belanda. Walau menderita kelelahan fisik dan batin luar biasa karena menjadi buruan Belanda, Ratu Zaleha menolak menyerah. Ia terus melawan. Bahkan, senjata kelewang Ratu Zaleha pernah memotong leher serdadu Belanda dalam suatu pertempuran di Barito.

Anggaraini Antemas dalam artikelnya di Harian Utama edisi 26 September 1970 yang berjudul ‘Mengenang Kembali Perdjuangan Pahlawan Puteri Kalimantan Gusti Zaleha’, menyebutkan dalam suatu medan perang di lembah Barito Ratu Zaleha terkepung pasukan Belanda. Hutan di sekitarnya dibakar oleh pasukan Belanda hingga menjadi lautan api. Di bawah  desingan peluru dan kepungan api yang membakar, Gusti Zaleha keluar mempertahankan hidupnya yang terakhir.

“Rambutnya yang cukup panjang dan disanggul rapi telah putus dilanda peluru. Sedang lengannya yang kiri ditembus pula oleh peluru yang lain sehingga badannya bergelimang merah darah. Baju dan celana compang camping, darahnya mengalir membasahi tubuh, namun air matanya tak pernah jatuh setetespun menyesali perbuatannya itu. Wasiat almarhum ayah dan suaminya sebelum masuk perangkap Belanda tetap dipegang teguh,” tulis Anggraini. Untuk sementara Ratu Zaleha dapat meloloskan diri dari kepungan maut peluru dan api yang dahsyat.

Bujukan menyerah dari Belanda tak mampu meluluhkan hati Ratu Zaleha. Perlawanan Ratu Zaleha berakhir di awal tahun 1906. Menurut Gusti Hindun, keponakan Ratu Zaleha yang juga putri Gusti Muhammad Arsyad, pejuang wanita Banjar ini akhirnya tertangkap setelah pelarian seusai aksi bumi hangus Belanda.
Setelah terus diburu tanpa henti oleh tentara Belanda, Ratu Zaleha menyelamatkan diri di sebuah rumah penduduk.  Oleh tuan rumah ia ditawari untuk membersihkan badan dan pakaian yang kotor. Usai mandi, tanpa sempat beristirahat ia sudah siap dijemput pasukan tentara Belanda yang telah menunggunya di pekarangan rumah.

“Beliau masuk ke rumah penduduk dan setelah membersihkan badan, di luar halaman rumah sudah penuh tentara Belanda,” kata Gusti Hindun, 85 tahun kepada KabarBanjarmasin.com.

Menurut Anggaraini, peristiwa tertangkapnya Ratu Zaleha itu karena pengkhianatan penduduk. Dari Barito, Ratu Zaleha dibawa ke Banjarmasin dan selanjutnya diasingkan ke Bogor (di kawasan Keramat Empang Bogor) untuk berkumpul dengan suaminya Gusti Muhammad Arsyad.

Ratu Zaleha dan Gusti Muhammad Arsyad kemudian dipulangkan ke Banjarmasin oleh pemerintah Belanda pada tahun 1937. Sempat menikmati suasana Indonesia Merdeka, Ratu Zaleha akhirnya berpulang ke rahmatullah pada 24 September 1953 dalam usia lebih 70 tahun. Sementara Gusti Muhammad Arsyad telah mendahului meninggal dunia pada tahun 1941 dalam usia 73 tahun. Jenazah Ratu Zaleha dimakamkan di Komplek Makam Pahlawan Perang Banjar di Jalan Masjid Jami Banjarmasin

Sumber : http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/ratu-zaleha-pahlawan-wanita-dari-kalimantan.html

Miniatur Rumah Adat Banjar

Posted: Selasa, 04 Desember 2012 by Rusman Effendi in
8

Bangunan Rumah Adat Banjar diperkirakan telah ada sejak abad ke-16, yaitu ketika daerah Banjar di bawah kekuasaan Pangeran Samudera yang kemudian memeluk agama Islam, dan mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah dengan gelar Panembahan Batu Habang. Sebelum memeluk agama Islam Sultan Suriansyah tersebut menganut agama Hindu. Ia memimpin Kerajaan Banjar pada tahun 1596–1620. Pada mulanya bangunan rumah adat Banjar ini mempunyai konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang ke depan. 

Namun perkembangannya kemudian bentuk segi empat panjang tersebut mendapat tambahan di samping kiri dan kanan bangunan dan agak ke belakang ditambah dengan sebuah ruangan yang berukuran sama panjang. Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut disumbi. Bangunan tambahan di samping kiri dan kanan ini tampak menempel (dalam bahasa Banjar: Pisang Sasikat) dan menganjung keluar. Bangunan tambahan di kiri dan kanan tersebut disebut juga anjung; sehingga kemudian bangunan rumah adat Banjar lebih populer dengan nama Rumah Ba-anjung.

Adapun Jenis-jenis Rumah Adat Banjar adalah :
1. Bubungan Tinggi
2. Gajah Baliku
3. Gajah Manyusu
4. Palimbangan
5. Palimasan
6. Balai Bini
7. Balai Laki
8. Tadah Alas
9. Cacak Burung/Anjung Surung
10. Bangun Gudang

Dengan tujuan untuk melestarikan Rumah Adat Banjar, kami coba berkreasi dengan membuat Miniatur Rumah Adat Menggunakan Kayu

Lamun Urang Kreatif  Supan manciplak nang sudah kami ulah .... !!! 


Miniatur Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi
https://www.facebook.com/Rusman.eff

Miniatur Rumah Adat Banjar Gajah Baliku
https://www.facebook.com/Rusman.eff

Miniatur Rumah Adat Banjar Palimbangan
Miniatur Rumah Adat Banjar Gajah Manyusu
Miniatur Rumah Adat Banjar Palimasan

Miniatur Rumah Adat Banjar Balai Bini
Miniatur Rumah Adat Banjar Balai Laki


Miniatur Rumah Adat Banjar Cacak Burung (Anjung Surung)

Miniatur Rumah Adat Banjar Tadah Alas

Miniatur Rumah Anno 1925 yang pernah ada di Seberang Mesjid Sabilal Mutaddin Banjarmasin

Miniatur Rumah Adat Bubungan Tinggi Full Warna

Yang Berminat Silahkan Hubungi : an. Rusman Effendi



http://os.bikinaplikasi.com/download/rdsonline


 






Kontak Person : 0853 4855 4947
Email : suryanata.com@gmail.com

Alamat : Jalan A. Yani Km. 39 No. 23D Gang Wiryo Utomo 2 Martapura Kalimantan Selatan