Asal Usul Nama Batu Mandi
Posted: Rabu, 13 Mei 2015 by Rusman Effendi in
0
Desa Batumandi terletak di Kecamatan Batumandi,
Kabupaten Balangan, Kal-Sel. Dahulu kala, tersebutlah sebuah kampung yang tidak
begitu banyak penduduknya, konon kampung itu masih dibawah kekuasaan pemerintahan
kerajaan angkawaya yang terletak didalam hutan, sekarang orang lebih
mengenalnya dengan sebutan hutan tabur, tempat ini berada kurang lebih 1
kilometer dari pusat kecamatan batumandi sekarang. Sebagaimana cerita dari
mulut kemulut dan juga yang sering kita dengar dari para tetuha dahulu, bahwa
zaman dahulu binatang, tumbuhan dan benda-benda itu bisa berbicara dan bahkan
bias berinteraksi layaknya manusia seperti kita.
Di daerah hutan Tabur Pahajatan itulah cerita
ini bermula. Dahulu, penduduk setempat sering melihat batu-batu yang bersih dan
sangat indah yang berada di sungai yang deras. Sungai itu tidak pernah kering
walaupun kemarau panjang berbulan-bulan. Saat musim kemarau, batu-batu di
sungai itu sangat indah berjejer rapi dan membuat setiap orang yang kesana
ingin berlama-lama menikmati keindahan dan kesejukan air sungainya.
Menariknya, walau batu-batu itu berada ditengah
psungai namun ketika datang musim hujan dan air seharusnya meneggelamkan batu
itu, tetapi batu-batu tersebut tetap kelihatan di permukaan air, seakan-akan
batu itu mengapung diatas derasnya aliran sungai.
Pernah di satu senja ketika matahari akan
terbenam, seorang yang laki-laki setengah baya, yang bernama Ulak Amat dengan
langkah tergesa-gesa menuju sungai di kawasan hutan tabur pahajatan dengan niat
untuk mandi, tetapi 20 meter sebelum sesampainya di sungai, ulak Amat bingung
dan kaget, dia mendengar suasana sungai yang sangat ramai dengan percakapan
beberapa suara, dengan sangat hati-hati Ulak Amat mengintip kearah sungai lewat
semak-semak yang rindang. Namun, lagi-lagi dia bertambah bingung, tak ada
satupun manusia yang ada di pinggir sungai itu, baik yang sedang mandi ataupun
yang sekedar bercakap-cakap. Dengan rasa penasaran bercampur takut, ulak Amat
berguman didalam hatinya
aneh dan ajaib, bagaimana
mungkin tidak ada manusia ditempat ini tetapi banyak sekali suara seperti
sedang bercapak-cakap
Tersadar
dari lamunannya, ulak amat lalu kembali berkonsentrasi memperhatikan apa yang
sedang terjadi dihadapannya.
Dengan detak jantung Ulak Amat kembali bedegup
kencang ketika sepasang matanya memperhatikan empat buah batu sebesar buah
kelapa yang saling berdekatan itu mengeluarkan suara layaknya manusia, mereka
bercakap-cakap:
Batu 1:
Hai, sudahkah kalian mendengar bahwa raja dan
prajurit angkawaya akan melaksanakan sesembahan di sungai kita ini?
Batu ke 4 menyahut :
“Belum ada,
benarkah apa yang engkau katakan itu?
Batu ke 3 ikut bicara :
“Ya…kami tidak ada mendengar
informasi bahwa akan diadakan acara penyerahan sesembahan itu.
Batu 1 kembali berkata:
“Ya…mungkin dalam waktu dekat akan
dilaksanakan, ayo sekarang mari kita teruskan membersihkan tubuh kita”.
Batu 2 ikut bicara:
“Baik, mari
kita teruskan”. Mendengar
percakapan itu, makin yakinlah ulak Amat, bahwa tempat yang dia datangi untuk
mandi itu bukanlah sembarang tempat, tetapi tempat yang sangat dihormati oleh
kerajaan ghaib angkawaya. Sadar dengan hari yang sudah semakin senja, ulak amat
bergegas pulang menuju perkampungan dan melupakan tujuannya untuk mandi dan
menikmati kesegaran air sungai tabur pahajatan tersebut.
Sesampainya di perkampungan,ulak amat bergegas
menuju tempat orang kampong berkumpul dan menceritakan pengalaman aneh yang dia
temui ketika akan mandi di sungai tabur pahajatan, orang kampong pun terkejut,
ada yang percaya, ada yang merasa takut untuk ketempat itu, namun ada pula yang
penasaaran ingin membuktikan apa yang dikatakan oleh ulak amat.
Senja keesokan harinya, 2 orang pemuda yang
bernama Udin dan Adul berangkat menuju tempat pemandian yang dikatakan ulak
amat, 2 pemuda ini memang orang yang mudah penasaran dan tidak penakut, mereka
ingin membuktikan apa yang sudah mereka dengar. Tepat ketika matahari hamper
tebenam, mereka bergegas menuju tempat tersebut. Saat semakin dekat dengan
sungai, mereka sayup-sayup mendengar percakapan banyak orang di sungai
tersebut, mereka kemudian mengintip dan menyaksikan batu-batu yang ada di
sungai itu berbicara bahkan ada yang tertawa, sadarlah mereka dengan apa yang
terjadi dan ternyata apa yang dikatakan oleh ulak amat bukanlah suratu
kebohongan, dengan sangat hati-hati mereka kembali ke perkampungan dan
menceritakan apa yang baru saja mereka alami.
Kini penduduk kampong sadar bahwa tempat
pemandian yang sering mereka gunakan adalah tempat yang angker dan penuh
misteri, sebagian mereka ada yang tidak berani untuk meraktifitas di sungai itu
dan sebagian lainnya tetap ke sungai itu untuk berkatifitas seperti mandi,
mencuci dan sebagainya. Ketika jumlah penduduk kampung bertambah banyak, masyarakat
lalu bermusyawarah untuk memberi nama kampung mereka, singakat cerita, mereka
lalu menyepakati nama baru bagi kampung mereka, yaitu: Batumandi.
Sekarang Batumandi sudah berubah menjadi tempat
yang sangat ramai dan cukup padat penduduknya, dan cerita ini secara turun
temurun dan dari generasi ke generasi tetap menjadi santapan enak, baik
menjelang tidur maupun sekedar cerita melepas lelah.
Sumber :
http://lazuardibtm.blogspot.com/2013/02/cerita-asal-muasal-penamaan-desa.html?m=1