Miniatur Rumah Adat Banjar

Miniatur Rumah Adat Banjar
Menerima Pesanan Pembuatan Miniatur Rumah Adat Banjar Hubungi RUSMAN EFFENDI : HP. 0852.4772.9772 Pin BB D03CD22E


Berbagi ke

Nasionalisme Seorang Muhammad Arip Bakumpai

Posted: Rabu, 30 November 2011 by Rusman Effendi in
0

H.M. Arip atau H. Matarip (H. Muhammad Arip Bakumpai) adalah seorang putera Bakumpai (kini Marabahan, Kabupaten Barito Kuala Kalsel). Meski demikian, ia sebenarnya mempunyai peran yang sangat besar dalam menanamkan semangat nasionalisme di Kalimantan Selatan (Zuider Afedeling van Borneo). Profesi kesehariannya adalah pedagang yang pulang pergi Banjarmasin-Surabaya. 
Namun, karena profesi itulah ia memperoleh banyak pengalaman, pengetahuan dan hubungan dengan dunia luar, melakukan kontak-kontak dengan tokoh-tokoh pergerakan di tanah Jawa dan melihat kemajuan pergerakan di daerah lain, sehingga ketika kembali ke kampung halaman turut menjadi pelopor atau penggerak organisasi pergerakan di daerah ini. Ia adalah pembawa organisasi Sarekat Islam ke Kalimantan Selatan. Ketika berada di Surabaya, H.M. Arip turut aktif dalam pergerakan dengan menjabat sebagai Komisaris SI di Surabaya.

Atas saran Vorzitter Central Sarekat Islam, OS Cokroaminoto agar mendirikan cabang SI di Kalimantan, maka H.M. Arip bersama rekan-rekannya seperti Sosrokardono, mereka mendirikan SI di Banjarmasin dan beberapa kota di Kalimantan Selatan. Sehingga kemudian pada tahun 1914 Sarekat Islam berdiri di Banjarmasin dan mendapat pengakuan badan hukum (rechtspersoon) dengan besluit Gubernur Jenderal Nomor 33 tanggal 30 September 1914. Dari Banjarmasin, SI berkembang di beberapa kota di Kalimantan Selatan.
 
Di Marabahan, atas dorongan H.M. Arip telah pula berdiri HIS Swasta yang dikelola oleh Sarekat Islam dan di kemudian hari nantinya menjadi Perguruan Taman Siswa.
Peran H.M. Arip terukir pula pada saat dibentuknya Persatuan Pemuda Marabahan (PPM) pada tanggal 1 Maret 1929. Organisasi ini diketuai M. Ruslan, dibantu oleh Suriadi sebagai sekretaris I dan Mawardi sebagai sekretaris II dengan pelindungnya H.M. Arip, bermarkas di sebuah rumah Joglo yang disebut masyarakat setempat dengan nama Rumah Bulat, yakni sebuah rumah bertipe Joglo di jalan Panglima Wangkang, Marabahan sekarang. 
 
Ketika Persatuan Pemuda Marabahan memperluas tujuan dan ruang geraknya dengan mensponsori berdirinya Sarekat Kalimantan pada tahun 1930, maka H.M. Arip kembali berperan sebagai Pedoman Besarnya. Perubahan nama menjadi Sarekat Kalimantan antara lain dalam rangka memenuhi syarat untuk menjadi anggota Indonesia Muda yang dibentuk setelah Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928.
 
Pada saat kongres Sarekat Kalimantan yang ke-2 tahun 1931 di Barabai, para peserta kongres organisasi Sarekat Kalimantan menyatakan kebulatan tekad untuk menjadikan Sarekat Kalimantan berasaskan kebangsaan dan merubah organisasi menjadi sebuah partai politik dengan nama Barisan Indonesia (BINDO) dengan Pedoman Besarnya H.M. Arip. Perubahan itu menjadikan Barisan Indonesia (BINDO) merupakan organisasi lokal pertama yang berasaskan kebangsaan dan non-cooperatif yang dibentuk atas inisiatif para putera daerah Kalimantan Selatan.
Tiga tahun setelah pengrebekan PNI cabang Banjarmasin, maka dibentuklah cabang PNI Pendidikan di Marabahan pada tahun 1932. Organisasi ini dipimpin Musyaffa (Ketua); dibantu oleh Sunhaji (Penulis); seorang bendaharawan, M. Yusak (Pembantu Umum); dan sebagai pelindung H. M. Arip.
 
Keberadaan Perguruan Taman Siswa di Kalimantan Selatan juga tidak terlepas dari peran H.M. Arip. Mula-mula Taman Siswa berdiri di Marabahan dan kemudian di Banjarmasin dan Barabai. Cikal bakal lahirnya Taman Siswa bermula dari Particuliere Hollands Inlandse School (PHIS) atau HIS Swasta pada tahun 1929 yang didirikan pemuda Marabahan dan dikelola oleh Sarekat Islam yang nota bene dibidani oleh H.M. Arip. Ketika pemerintah Hindia Belanda menangkap guru-guru PHIS Marabahan yakni Marjono, Sutomo dan Sunaryo dan membuangnya ke Boven Digul, maka Atas anjuran Marjono sewaktu akan ditahan agar kegiatan PHIS tetap dilanjutkan dengan bantuan Taman Siswa, maka tokoh-tokoh Marabahan bersama Sutomo yang muncul kemudian berangkat ke Yogyakarta menemui tokoh-tokoh Perguruan Taman Siswa. Sebagai hasil hubungan itulah pada tahun 1931 Ki Hajar Dewantara mengirimkan guru-guru Taman Siswa yaitu M. Yusak, Sundoro dan Yusyadi
 
H.M. Arip terus berkiprah dalam menanamkan semangat kebangsaan di kalangan bumiputera. Ia tidak hanya berperan dalam kepengurusan organisasi, namun juga terjun langsung sebagai guru, sebagaimana ia lakoni sebagai guru kursus dan sekolah Neutralschool di Birayang yang dikelola Parindra Cabang Birayang.
 
Demikian sekelumit peran historis yang dapat dimunculkan dari seorang Muhammad Arip Bakumpai yang dikutip dari buku “Nasionalisme Indonesia di Kalimantan Selatan 1901-1942″. Banyak sisi lain yang belum terungkap dari kehidupannya.Foto di atas adalah sosok beliau di tahun 1939, dan hingga saat ini merupakan satu-satunya foto yang dapat diperoleh dari keturunan beliau di Marabahan. Semoga ada yang bergerak untuk menyusun biografi beliau secara lebih utuh.
 
Sumber :  http://bubuhanbanjar.wordpress.com

0 komentar: