Datu Kartamina
Posted: Kamis, 29 April 2010 by Rusman Effendi in
5
Pada abad ke-14 di Kecamatan
Kalua, Kabupaten Tabalong hidup seorang Datu yang bernama Kartamina. Menurut
sahibul hikayat beliau berasal dari keturunan Raja Gagalang Kelua. Beliau
mempunyai watak pemberani dan agak liar. Kebiasaan beliau adalah suka merendam
kaki ke air.
Datu Kartamina mempunyak
kesaktian bisa menciptakan buaya dengan merubah batang korek api menjadi buaya.
Korek api itu beliau ambil sebatang dan diletakkan di telapak tangan kanan
sambil mulut komat-kamit membaca mantra :
Oh, Gusti di alam hening
Hamba bermohon dengan bening
Ubahlah bilah ini menjadi buaya kuning
Bernyawa
Berenang-renang
Menjaga keamanan
Selanjutnya beliau pejamkan mata
beberapa lama sementara mulut terus berkomat-kamit, maka batang korek api
itupun berubah menjadi buaya, mula-mula kecil seperti cecak kemudian akan
menjadi besar apabila dimasukan ke dalam sungai
Selain itu Datu Kartamina bisa
mengubah diri menjadi buaya kuning. Kalau sudah menjadi buaya, beliau berdiam
didasar sungai dan sesekali timbul ke permukaan sungai. Kalau buaya itu timbul
di permukaan sungai orang-orang yang melihatnya akan merasa ketakutan karena
bentuknya tidak seperti buaya kebanyakan, bentuk buaya kuning ini besar seperti
pohon aren (enau) sangat menyeramkan. Jika beliau ingin kembali menjadi
manusia, kelihatanlah air sungai beriak-beriak dan berbuih tebal, kemudian
muncul buaya kuning dipermukaan sungai dan terus naik ke darat kemudian buaya
kuning itu lambat laun berubah kembali menjadi manusia seperti sedia kala.
Datu Kartamina bersahabat dengan
Raja dari Kerajaan Negara Dipa, Amuntai. Karena saking akrabnya mereka sering
bertemu dan bercengkrama, terkadang Datu Kartamina datang ke Amuntai untuk
bertemu dan terkadang Raja Negara Dipa yang datang ke Kalua.
Suatu hari sang raja datang
berkunjung ke Kelua untuk melepas rindu pada sahabatnya Datu Kartamina karena
lebih kurang dua bulan tidak bertemu, setelah tiba dirumah Datu Kartamina, sang
raja mengetuk pintu rumahnya, namun stelah diketuk beberapa kali tetap tidak
ada jawaban maka sang raja bertanya kepada tetangga disebelah rumah Datu
Kartamina. Oleh tetangga di sebelah rumah beliau berkata bahwa tadi beliau
sedang berada di sungai.
Sang Raja berjalan menuju ke
sungai sebagaimana yang telah dikatakan oleh tetangga Datu Kartamina namun
tidak menemukannya. Lalu sang raja berteriak-teriak memanggil sahabatnya
tersebut dari pinggir sungai. “Kartamina …! Kartamina … !
dimana kau ? aku sahabatmu ingin bertemu” kata sang raja.
Setelah beberapa kali berteriak
memanggil, tak lama kemudian air disungai dihadapan sang raja menjadi
beriak-riak dan berbuih tebal, kemudian muncullah buaya kuning yang menyeramkan
sebesar pohon enau. Melihat pemandangan yang ada di hadapannya sang raja
terkejut dan takut yang luar biasa.
Sebelumnya Datu Kartamina tidak
bercerita kepada sahabatnya bahwa beliau pandai menjelma menjadi Buaya Kuning,
belum lagi hilang rasa terkejut dan rasa takut, sang raja dikejutkan lagi
dengan terdengarnya suara dari buaya terbut yang menyebut namanya.
“Jangan takut sahabatku, akulah
Kartamina yang kau cari” kata buaya itu. Setelah naik ke darat berubahlah buaya
kuning itu menjadi Datu Kartamina yang asli. Sejak kejadian itu sang raja
semakin senang bersahabat dan bergaul dengan Datu Kartamina sang raja pun
sangat menghormati Datu Kartamina
Kenapa di Kalua disambat Padang
Buaya
Menurut kepercayaan orang bahari
dan sampai wahini pun bahwa di kalua ada kerajaan besar para buhaya mahluk
halus yang dipimpin oleh Raja Datu Abi atau Raju Datu Banyu yang ada dialam
sana alam sebelah kita, yang kada kawa kita lihat dengan mata telanjang biasa,
mungkin hanya orang hawas yang memiliki ilmu gaib haja nang kawa malihat dan
mengetahuinya keberadaannya, memang sebagian orang di kalua datu nini
bahari bagaduhan buhaya jadi-jadian, tapi bukan berarti sabarataan orang
dikalua nang bagaduhan nya. Menurut dadangaran kisah, apabila sang ampunnya ada
acara besar atau hajatan besar seperti kawinan dll, maka buaya tadi harus di
barimakani (diberi sesajen) dengan melabuh saurang kasungai, yang penulis tahu
salah satu sesajennya hintalo dan lakatan masak, misalnya kada ingat
mambarimakani, maka ujar orang gaduhan buaya ngintu tadi bisa mamingit anak
cucu yang manggaduhnya.
Sedikit kisah penulis ceritakan
waktu penulis masih halus dahulu sekitar tahun 1990an. waktu itu ada
pengantinan di sebuah kampung kecil yang terletak di kota Kelua. pada waktu malam acara
pengantenan nya (malam minggu) ,awalnya acara persiapan pengantenannya berjalan
lancar aja. tidak beberapa lama kemudian suasana menjadi ribut, gaduh dan orang
banyak bukahan kaluaran rumah dari rumah pangantin bibini nya, penulis pun
jadi panasaran ae kanapa maka orang bukahan kaluar, ngaran kakanakan
dahulu, tingkat panasarannya masih tinggi, lalu bawani masuki kadalam rumah
pangantin babiniannya, tarnyata pangantin babiniannya kasurupan buhaya,
pangantinnya tadi bakakat dilantai nang kaya buhaya tupang lagi dah.
Limbah malihat ngintu kadanya
takutan malah handak manjanaki pangantinnya kasurupan, jaka kada orang orang
tuha disitu manyariki manyuruh kaluar, kada kaluar tupang balantak disitu
malihat. telusur demi telusur ternyata pihak nang kaluarga yang bepangantinan
tdi ada bagaduhan buhaya halus ngintu, dan mungkin kada ingat membari makani.
kada tahu pasti jua pang kanapa maka kajadian ngintu sampai bisa terjadi.
Manurut kisah apabila sudah
begaduhan maka akan diturunkan tarus manarus manggaduhnya ka anak lalakian
selanjutnya turun temurun. Jadi ngintu tupang paninggalan orang Kelua bahari,
nang sampai wahini masih ada keberadaannya di tengah masyarakat Kelua, dan nang
maulah kalua manjadi disambat orang lawan banua buhaya.Keberadaan alam sebelah
kada kawa dipungkiri adanya, dan kita wajib mempercayainya, karena itu sudah ditulis
dalam Kitab Suci Al-Qur'an bahwa Tuhan menciptakan mahluknya dalam
bermacam-macam jenis dan golongan, sekarang tinggal kita haja menyikapinya
secara bijak.
-oOo-
Sumber : Cerita Datu-Datu tekenal Kalimantan Selatan