Miniatur Rumah Adat Banjar

Miniatur Rumah Adat Banjar
Menerima Pesanan Pembuatan Miniatur Rumah Adat Banjar Hubungi RUSMAN EFFENDI : HP. 0852.4772.9772 Pin BB D03CD22E


Berbagi ke

Sultan Adam Al-Watsiq Billah

Posted: Sabtu, 01 Oktober 2011 by Rusman Effendi in
0








Sultan Adam Al-Watsiq Billah adalah anak dari Sultan Sulaiman Rahmatullah bin Sultan Tahmidillah II . Dilahirkan pada tahun 1786 di Bumi Karang Anyar (sekarang masuk Kecamatan Karang Intan) Kabupaten Banjar.

Sultan Adam adalah putera tertua dari Sultan Sulaiman Rahmatullah (makam beliau ada di Desa Lihung Karang Intan) yang berjumlah 22 orang, saudara kandung sebanyak 5 orang dan saudara seayah 17 orang, dengan demikian anak Sultan Sulaiman Rahmatullah berjumlah 23 orang.

Saudara-saudara Sultan Adam :
I.        Saudara Sekandung
1.      Pangeran Husin Mangkubumi Nata
2.      Ratu Haji Musa
3.      Pangeran Perbata Sari
4.      Pangeran Hashir

II.      Saudara seayah
1.      Pangeran Berahim (Kesuma Wijaya)
2.      Pangeran Ahmid
3.      Pangeran Hamim
4.      Pangeran Singasari
5.      Pangeran Dipati
6.      Pangeran Ahmad
7.      Pangeran Wahid
8.      Pangeran Thosin
9.      Pangeran Tahmid
10.  Pangeran Muhammad
11.  Ratu Marta
12.  Pangeran Kusairi
13.  Pangeran Hasan
14.  Gusti Umi
15.  Raden Mashud
16.  Raden Karta Sari

Sejak awal Kerajaan Banjar pertama pusat pemerintahan selalu berpindah-pindah. Pertama di Negara Dipa (Margasari) kemudian berpindah ke Kahuripan (Amuntai), Daha (Negara) dan Bandarmasih (Banjarmasin). Di Bandarmasih inilah Kerajaan Banjar pertama kali di pimpin oleh seorang Sultan. Kemudian berpindah lagi ke Pemakuan (Sungai Tabuk), Muara Tambangan, Batang Banyu dan terakhir di Kayu Tangi Martapura. Pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Rahmatullah pusat pemeritahan berada di Karang Intan.

Pada tahun 1825 Sultan Adam dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Banjar mengganti Sultan Sulaiman Rahmatullah yang adalah Ayah beliau. Sultan Adam adalah raja Kerajaan Islam yang kedua belas. memangku Sultan Banjar selama 32 tahun. Pada Pemerintahan Sultan Adam pusat pemerintahan di Martapura dengan Istana yang terletak di Keraton, sasaran dan Pesayangan Jalan Demang Lehman.

Sultan Adam adalah seorang yang sangat rajin menuntut Ilmu Pengetahuan, banyak sekali beliau berguru kepada para putera dan cucu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, diantaranya adalah :
1.      Qadhi Haji Abu Na’im bin Syekh Muhammad Arsyad
2.      Khalifah Syahabuddin bin Syekh Muhammad Arsyad
3.      Mufti Haji Jamaluddin bin Syekh Muhammad Arsyad
4.      Pangeran Ahmad Mufti bin Syekh Muhammad Arsyad
5.      Qadhi Haji Mahmud bin Asiah binti Syekh Muhammad Arsyad
6.      Mufti Haji Muhammad Arsyad Lamak (Pagatan) bin Mufti Haji Muhammad As’adalah bin Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad

Pada masa awal pemerintahannya keadaan sangat terkendali aman dan damai. Namun setelah kurang lebih sepuluh tahun memerintah, kehidupan politik, bernegara dan bermasyarakat serta beragama mulai bergejolak, karena penjajah Belanda mulai terang-terangan ingin menguasai Kerajaan Banjar, ditambah lagi dengan kedatangan misionaris Kristen yang dipimpin Pendeta Barntein.

Melihat keadaan yang sedemikian Sultan Adam yang arif lagi bijaksana dan rasa cintanya kepada Agama Islam, berusaha untuk menangkis dan menepis budaya asing serta situasi yang mengacam kesatuan dan keutuhan kerajaan maka Sultan Adam merasa perlu untuk membuat undang-undang dengan maksud mempertahankan dan memperkokoh kepercayaan rakyat dalam beragama Islam. Untuk itu dibentuklah satu tim untuk membuat undang-undang yang langsung dipimpin oleh Sultan sendiri. Tim tersebut terdiri dari para ahli antara lain Pangeran Arsyad Husein dan Mufti Haji Jamaluddin bin Syekh Muhammad Arsyad. Dari tim tersebut tersusunlah Undang-undang yang dikenal dengan nama Undang-undang Sultan Adam.

Pada tahun 1825 ketika Sultan Adam dinobatkan, maka putera tertua Sultan Adam Pangeran Abdurrahman dilantik sebagai Raja Muda dan Pengeran ini lebih dikenal dengan gelar Pangeram Abdurrahman Muda. Raja Muda Pangeran Abdurrahman mempunyai putera yang tertua bernama Pangeran Tamjid dari Isteri yang bernama Nyai Aminah seorang Tionghoa. Dan seorang putera lagi yang bernama Pangeran Hidayatullah dari isteri yang bernama Ratu Sitti. Pada tahun 1852 Sultan Abdurrahman Muda mangkat, maka Sultan Adam menunjuk Pangeran Hidayatullah sebagai pengganti dan sebagai Mangkubumi diangkat Prabu Anom. Namun keputusan itu ditentang oleh Residen van Hengst. Residen van Hengst menghendaki Pangeran Tamjid sebagai Raja Muda. Karena peristiwa itulah terjadi perselisihan antara kerajaan dengan penjajah Belanda yang mulai mengembangkan sayapnya untuk menguasai Kerajaan Banjar. Dan dengan terjadinya peristiwa tersebut pecahlah perang Banjar pada 5 Oktober 1905.

Setelah kurang lebih 32 tahun memerintah Kerajaan Banjar dan disertai perjuangan menghadapi penjajah Belanda. Akhirnya jiwa tenang, namun raga terasa telah lemah pada 13 Rabiul Awwal 1274 H. Beliau berpulang ke Rahmatullah dan dimakamkan pada tanggal 14 Rabiul Awwal 1274 H atau 1 Nopember 1857 M di Pemakaman Kerajaan di Martapura.

Sepeninggal Sultan Adam yang arif bijaksana, Kerajaan Banjar dinaungi awan kelabu. Beberapa hari  setelah mangkatnya Sultan Adam, Prabo Anom ditangkap oleh Penjajah Belanda. Peristiwa itulah muara dari Perang Banjar yang dipimpin oleh Pangeran Hidayatullah, Mangkubumi, Pangeran Antasari dan Panglima Demang Lehman. Dengan ity bermunculanlah gerakan melawan Belanda di daerah lain, seperti Ki Saat Rata (Banjar), Haji Buyasin (Tala), Antaluddin dan Neneng Fatimah (Hulu Sungai Selatan), Datu Aling, Tagap Kandi dan Tagap Damun (Tapin), Abdul Jalil Dinding Raja (Hulu Sungai Tengah), Panglima Rasyid (Hulu Sungai Utara) Tumenggung Gamar (Tabalong) dan para pemimpin pejuang yang lain.

Belanda berusaha menangkap Pangeran Hidayatullah, namun dapat diselamatkan oleh Panglima Demang Lehman. Akibatnya Demang Lehman ditangkap Belanda dan dihukum gantung di Pohon Beringin Martapura. Kemudian Belanda membakar Mesjid Martapura dan Istana Kerajaan Banjar. Dengan segala tipu muslihat akhirnya Belanda berhasil menangkap Pangeran Hidayatullah dan mengasingkannya ke Cianjur hingga beliau wafat di sana. Namun perjuangan tidaklah berhenti dan diteruskan oleh Pangeran Antasari bersama dengan Gusti Madseman, Gusti Rasyad, Ratu Zalecha dan yang lainnya dengan semboyan Haram Manyarah. Perang Banjar berlangsung selama 48 tahun dan berakhir pada 5 Oktober 1905.

Peninggalan belau yang mungkin sampai sekarang bisa diketahuai adalah Undang-Undang Sultan Adam dan Surat Wasiat Sultan Adam.



-oOo-

0 komentar: