Miniatur Rumah Adat Banjar

Miniatur Rumah Adat Banjar
Menerima Pesanan Pembuatan Miniatur Rumah Adat Banjar Hubungi RUSMAN EFFENDI : HP. 0852.4772.9772 Pin BB D03CD22E


Berbagi ke

Makam-Makam Sultan Banjar

Posted: Kamis, 10 Mei 2012 by Rusman Effendi in
0

Dalam Kesempatan ini kami mencoba menelusuri Makam-makam Raja Banjar, terhitung dari Zaman Kesultanan yang ada di Kalimantan dan Pulau Jawa, dan Mohon Maaf jika Posting ini kami Copas dari Blog lain tujuan kami supaya Generasi Muda Banjar mengetahuinya, Namun masih ada lagi Beberapa makam Sultan yang belum diketahui, mohon infonya kepada Saudara-Saudara kalau ada yang mengetahuinya.

Sultan Suriansyah 
Sultan Suriansyah atau Sultan Suryanullah atau Sultan Suria Angsa adalah Raja Banjarmasin pertama yang memeluk Islam. Ia memerintah tahun 1520-1540 Pangeran Samudera merupakan raja Banjar pertama sekaligus raja Kalimantan pertama yang bergelar Sultan yaitu Sultan Suryanullah. Gelar Sultan Suryanullah tersebut diberikan oleh seorang Arab yang pertama datang di Banjarmasin, beberapa waktu setelah Pangeran Samudera diislamkan oleh utusan Kesultanan Demak.Setelah mangkat Sultan ini mendapat gelar Anumerta  Panembahan Batu Habang atau Susuhunan Batu Habang, yang dinamakan berdasarkan  warna  merah  (habang) pada batu yang menutupi makamnya di Komplek Makam Sultan Suriansyah  di kecamatan  Banjarmasin Utara, BanjarmasinKalimantan Selatan.

Sultan Rahmatullah
Sultan Rahmatullah adalah Sultan ke-II dari Kesultanan Banjar. Sultan Rahmatullah adalah anak tertua dari Sultan Suryanullah (Suriansyah) – Sultan Banjar. Sultan ini memerintah tahun 1550 – 1570 dan mendapat gelar anumerta Panembahan Batu Putih atau Susuhunan Batu Putih, yang dinamakan berdasarkan warna putih pada batu yang menutupi makamnya di Komplek Makam Sultan Suriansyah di Kecamatan Banjarmasin Utara, BanjarmasinKalimantan SelatanIndonesia.


Sultan Hidayatullah
Sultan Hidayatullah I bin Sultan Rahmatullah adalah Raja III dari Kesultanan Banjar yang memerintah antara 1570-1595. Ia menggantikan ayahnya Sultan Rahmatullah (Raja II Kesultanan Banjar). Setelah wafatnya beliau mendapat gelar anumerta Panembahan Batu Irang atau Sunan Batu Irang, karena batu-batu yang menutupi makamnya berwarna hitam (bahasa Banjar hirang). Ia senang memperdalam syiar agama Islam. Pembangunan masjid dan langgar (surau) telah banyak didirikan dan berkembang pesat hingga ke pelosok perkampungan. Ia ada memperistri anak dari Khatib Banun, seorang menteri Kesultanan Banjar yang berasal dari kalangan Suku Biaju. Ia dimakamkan di Komplek Makam Sultan Suriansyah yang terletak di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin UtaraKota Banjarmasin. Makan Sultan Hidayatullah berdampingan dengan Makan Sultan Rahmatullah orang tua beliau.

Sultan Musta’inbillah
Belum ada data

Sultan Inayatullah
Sultan Inayatullah alias Ratu Agung, nama sebelumnya Pangeran Dipati Tuha (ke-1) atau Sultan Indallah adalah Sultan Banjar antara tahun 1642-1647. Sultan Inayatullah adalah gelar resmi yang digunakan dalam khutbah Jumat di masjid-masjid, sedangkan gelar yang dimasyhurkan/dipopulerkan adalah Ratu Agung. Nama kecilnya tidak diketahui, sedangkan gelarnya sebagai Dipati (pejabat di bawah mangkubumi) adalah Pangeran Dipati Tuha I. Beliau adalah putera dari Sultan Mustain Billah.


Sultan Sa’idullah
Belum ada data

Sultan Tahlilullah
Sultan Tahlilullah berputra enam orang yaitu Pangeran Tamjidullah, Pangeran Nullah, Pangeran Dipati, Pangeran Istana Dipati, Pangeran Wira Kasuma dan Pangeran Mas. Pangeran Mas kelak menjadi mangkubumi dengan gelar Ratu Anom Kasuma Yuda (mangkubumi Sultan Tahmidullah II). Kyai Martaraga dilantik menjadi penghulu (ulama keraton) tahun 1752. Sepupu Sultan Sepuh yang bernama Pangeran Suryanata menjadi ketua Dewan Mahkota. Ia tinggal di Martapura dan meninggal tahun 1750. Putera almarhum yang bernama Pangeran Prabukasuma menggantikan sebagai ketua Dewan Mahkota. Beberapa anggota Dewan Mahkota tinggal di luar Kayu Tangi yaitu Pangeran Marta dan Pangeran Ulahnegara yang tinggal di Margasari dan Pangeran Wiranata tinggal di Tapin

Sultan Tahmidullah
Belum ada data

Sultan Tamjidillah
Sultan Tamjidillah I bin SultanTahlilullah adalah Sultan Banjar antara tahun 1734 1759 (mangkat 1767) atau Panembahan Tingi.
Pangeran Tamjidillah I semula menjabat mangkubumi kemudian setelah wafatnya Sultan Hamidullah atau Sultan Kuning ia bertindak sebagai wali  Putra Mahkota yaitu Muhammad Aliuddin Aminullah yang belum dewasa. Tetapi kemudian mengangkat dirinya menjadi Sultan dengan gelar Sultan Sepuh. Sultan Sepuh dibantu adiknya Pangeran Nullah (Panembahan Hirang) sebagai mangkubumi (kepala pemerintahan).


Sultan Badarul Alam
Pengganti Sultan Tahmidilllah I adalah Sultan Kuning atau Sultan Badarul Alam bin Sultan Tahlilullah, namun dalam tahun itu (1734 Masehi) Sultan Kuning mangkat sedangkan anaknya, Muhammad Aliuddin Aminullah masih belum dewasa. Maka, Pangeran Tamjid atau Pangeran Tamjidillah yang memangku jabatan mangkubumi dengan gelar Sultan Muda untuk memegang pemerintahan.










Sultan Tahmidillah
Sultan Tahmidillah II (Sunan Nata Alam atau Maulana As Sulthan Tahmidillah bni As Sulthan Tamjidillah atau Tahhmid Illah II atau Panembahan Batoe) adalah  Sultan Banjar tahun 1761-1801. Sunan Nata Alam atau Susuhunan Nata Alam adalah gelar yang digunakannya sejak tahun 1772. Sedangkan gelar tahmidillah merupakan paduan dari kata Tahmid dan Allah, secara harafiah Tahmid berarti keadaan menyampaikan pujian atau rasa syukur berkali-kali (kepada Allah). Sultan Tahmidillah II putera dari Sultan Tamjidullah I. Sultan Tahmidillah II menikah dengan Putri Lawiyah, puteri dari Sultan Muhammad. Pangeran naik tahta menggantikan Sultan Muhammad yang meninggal karena sakit paru-paru yang dideritanya sejal awal pemerintahnnya (1759). Atas perintah Dewan Mahkota tahun 1762 saudara Sultan Nata yang bernama Prabujaya dilantik menjadi mangkubumi

Sultan Sulaiman Rahmatullah
Sultan Sulaiman Al-Mu’tamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah  bin Sunan Sulaiman Saidullah/Sunan Nata Alam/Sultan Tahmidillah II adalah Sultan Banjar yang memerintah antara tahun 1801-1825. Kesultanan Banjar  terletak di Kalimantan Selatan. Adiknya Pangeran Mangku Dilaga dilantik sebagai Mangkubumi dengan gelar Ratu Anum Mangku Dilaga. Belakangan Ratu Anum Mangku Dilaga ditahan kemudian dibunuh oleh Sultan Sulaiman karena diduga akan melakukan kudeta. Jabatan mangkubumi kemudian dipegang oleh Pangeran Husin dengan gelar Pangeran Mangkubumi Nata putera Sultan Sulaiman sendiri.
Sultan Adam Al Wasiqubillah 
Sultan Adam Al-Watsiqbillah  bin Sultan Sulaiman Saidullah II adalah Sultan Banjar yang memerintah antara tahun 1825-1 November 1857. Sultan Adam dilahirkan di Desa Karang Anyar, Kec. Karang Intan Kabupaten Banjar.
Sultan Adam putra tertua dari Sultan Sulaiman Rahmatullah yang berjumlah 23 orang. Sultan Adam memiliki saudara kandung sebanyak 5 orang dan saudara seayah 17 orang.



Sultan Muda Abdurrahman
Belum ada data

Pangeran Hidayatullah
Pangeran Hidayatullah diangkat menjadi Sultan Banjar berdasarkan Surat Wasiat Kakek beliau Sultan Adam. Pengangkatan ini dilakukan karena ayah Pangeran Hidayatullah, Sultan Muda Abdurrahman wafat.
Lahir di Martapura pada tahun 1822 M, di-didik secara Islami dipesantren Dalam Pagar Kalampayan (Didirikan oleh Syekh Muhammad Arsyad Al-banjari, salah seorang tokoh Agama Islam di Nusantara) sehingga memiliki ilimu kepemimpinan serta keagamaan yang cukup tinggi untuk kemudian dipersiapkan menjadi Sultan.
Sebelum menjadi Sultan sempat menduduki jabatan sebagai Mangkubumi Kesultanan pada tahun 1855 M. Pada saat itu jabatan Mangkubumi diangkat oleh Kolonial Belanda dengan persetujuan Sultan Adam. Dengan menduduki jabatan tersebut maka Pangeran Hidayatullah bisa lebih memahami & menyelami kondisi Kesultanan maupun rakyat Banjar, serta mengetahui kekuatan dan kelemahan kolonial Belanda (spionase), hal tersebut sangat berguna untuk persiapan perang 

Pangeran Antasari
Pangeran Antasari (lahir di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar,  1809 dan  meninggal di Bayan Begok, Hindia-Belanda11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah Sultan Banjar. Beliau menggantikan Sultan Hidayatullah Khalilullah atau Sultan Hidayatullah II. Pada 14 Maret 1862, beliau dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung Surapati/ Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.

Muhammad Seman
Sultan Muhammad Seman  adalah Sultan Banjar dalam pemerintahan pada masa 1862-1905. Ia adalah putra dari Pangeran Antasari yang disebut Pagustian sebagai penerus Kerajaan Banjar. Di zaman Sultan Muhammad Seman, pemerintahan Banjar berada di Muara Teweh, di hulu sungai Barito. Sultan Muhammad Seman merupakan anak dari Pangeran Antasari dengan Nyai Fatimah. Nyai Fatimah adalah saudara perempuan dari Tumenggung Surapati, panglima Dayak (Siang) dalam Perang Barito. Jadi sultan ini masih ada keturunan Dayak dari pihak ibunya.


Sebagian Sumber kami ambil di : http://kelompok4isbd.wordpress.com/

Kisah Datu Sanggul

Posted: Rabu, 09 Mei 2012 by Rusman Effendi in
0


Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh....

Orang banyak mungkin tidak begitu mengenalnya bahkan mungkin jadi tidak mengenal sama sekali, dan mungkin generasi sekarang tidak mengetahui kehidupan Datu Sanggul ini, seorang tokoh panutan dijamannya,ketulusan hatinya dalam melaksanakan ibadah dan ketaqwaannya dalam menegakkan kalimat Allah serta kedigjayaannya membuat terkenal sampai kepelosok negeri,  ketekunan beliau dalam menuntut ilmu membawanya melanglang buana dari daerah asalnya dipalembang sumatera kedaerah kalimantan, dalam salah satu riwayat nama Datu sanggul adalah Syekh Muhammad Abdush Shamad atau dlm riwayat lainnya mengatakan nama beliau adalah Ahmad Sirajul Huda, beliau hidup sekitar abad ke 18 M bertepatan dengan jamannya Syekh Muhammad Arsyad Albanjari atau lebih dulu sedikit.

Penyebab beliau berguru kepada Datu Suban gurunya para datu muning yang ada di borneo karena adanya "tanda atau isyarat" yang diperoleh beliau ketika tidur,dikisahkan ketika beliau tidur beliau bermimpi bertemu dengan orang tua yang menjabat tangannya seraya berkata " kalau kamu ingin memperoleh ilmu sejati maka hendaklah kamu mencari dan mempelajarinya kepada Datu Suban yang tinggal dipulau kalimantan dikampung muning pantai jati munggu tayuh tiwadak gumpa didaerah tatakan (daerah rantau kabupaten tapin kalsel)"  setelah mendengar kata kata orang tersebut beliau tersentak dari tidurnya seraya berkata kepada ibundanya yang saat itu berada didekatnya "ibunda dimana orang tua tadi"
  
"sedari tadi tidak ada orang selain ibu dan ananda" jawab ibundanya,kemudian beliau menceritakan mimpinya kepada ibundanya,karena kecintaan beliau kepada ilmu beliau lalu meminta ijin kepada ibundanya untuk merantau kembali mencari ilmu seperti yang dikatakan orang tua didalam mimpinya tersebut,akhirnya walaupun dengan berat hati ibundanya memberikan ijin dan mendoakannya agar semua yang dicita citakan beliau tercapai.

Singkat cerita akhirnya berangkatlah Syekh Abdush Shamad muda menuju pulau kalimantan dengan menumpang kapal perahu layar,ternyata setelah sampai dikampung muning tatakan rantau,beliau sudah disambut oleh Datu Taming Karsa yang disuruh oleh gurunya yaitu Datu Suban yang mengatakan bahwa hari itu akan datang seorang pemuda dari sumatera yang nantinya akan menjadi muridnya,mereka kemudian berjalan menuju rumah Datu Suban guru sekalian Datu Muning,dan ternyata beliau sudah ditunggu oleh Datu Suban beserta murid murid beliau,beliau kemudian langsung mengangkat Datu Suban sebagai guru sekaligus orang tuanya dan juga mengangkat murid murid Datu Suban yang lainnya sebagai saudara-saudaranya,maksud baik Syekh Abdush Shamad muda diterima Datu Suban dengan senang hati,dan mulai saat itu belajarlah beliau kepada Datu Suban,dan diceritakan karena kecerdasan dan ketekunannya dalam belajar dan ketaatannya kepada gurunya dengan persetujuan murid murid Datu Suban terdahulu akhirnya Datu Suban berkenan memberikan Al-Qur'an segi delapan dan sebuah kitab yang dikenal sekarang dengan Kitab Barencong (baca kisah Datu Sanggul dan Syekh Muhammad Arsyad)

Adapun penamaan Datu Sanggul salah satu riwayat menceritakan karena ketekunan datu sanggul dalam mentaati perintah gurunya dalam Khalwat khusus yang sama artinya dengan "menyanggul" atau menunggu  (turunnya ) ilmu dari Allah SWT, ada juga yang mengatakan beliau sering menyanggul atau menghadang pasukan tentara belanda diperbatasan kampung muning dan tentara belanda sering kucar kacir dibuatnya,adapun versi lain karena kegemaran beliau menyanggul (menunggu) binatang buruan,ada juga yang mengatakan rambut beliau yang panjang dan selalu disanggul (digelung)..wallahu a'alam...dan mulai saat itu nama beliau dipanggil Datu Sanggul.

Berkat mengamalkan ilmu yang beliau peroleh baik dari guru beliau ataupun dari Kitab Barencong tadi banyaklah beliau mendapatkan kelebihan kelebihan dari Allah SWT,diantaranya beliau kalau sholat jum'ad selalu di Mesjid Al-Haram,dan karna itulah beliau bertemu dengan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang pada saat itu sedang menuntut ilmu di Mekah dan Syekh Muhammad Arsyad mengangkat saudara dengan beliau,selain itu beliau juga bertemu dengan Datu Daha yang juga mengangkatnya menjadi orang tua sekaligus guru (insyaallah nanti diriwayat Datu Daha kita kisahkan)

Pada waktu itu dikerajaan Banjar masyarakatnya yang sangat menjunjung tinggi nilai agama diwajibkan bagi masyarakat laki laki yang sudah aqil balik atau sudah dewasa pada hari jum'ad diwajibkan untuk melaksanakan sholat jum'ad dimesjid mesjid dikampung masing masing,dan kalau tidak melaksanakan kewajiban tersebut akan didenda,dikarenakan setiap jum'ad beliau selau sholat dimesjid Al-Haram maka setiap minggu beliau harus membayar denda kepada kerajaan sampai habis harta beliau dan yang tertinggal cuma kuantan dan landai (alat untuk memasak nasi dan sayuran)  akhirnya setelah didesak oleh istri beliau karena tidak ada lagi barang yang bisa dipakai untuk membayar denda,beliau akhirnya berjanji untuk melaksanakan sholat jum'ad dimesjid kampungnya,pada saat itu sungai dikampung beliau airnya sedang meluap dan hampir terjadi banjir dikarenakan pada malam harinya hujan sangat lebatnya,disaat para jamaah sedang ber wudhu dipinggir kali,tiba tiba datang Datu Sanggul dan langsung terjun kesungai yang sedang meluap tersebut lengkap dengan pakaiannya,orang orang berteriak dan menjadi gempar , ditengah kegemparan masyarakat tiba tiba muncul Datu Sanggul dari tengah sungai dan berjalan diatas air dengan tenangnya,yang lebih mengherankan pakaian beliau tidak basah sama sekali cuma anggota wudhu beliau saja yang basah,setelah keluar dari sungai beliau langsung menuju mesjid dengan tatap mata keheranan dari masyarakat,masyarakat makin terkejut pada saat imam mesjid mengumandangkan takbir dan diikuti jamaah jum'ad lainnya beliau hanya berpantun

Riau riau padang sibundan
Disana padang sitamu tamu
Rindu dendam tengadah bulan 
Dihadapan Allah kita bertemu ...ALLAHU AKBAR....

Setelah berkata demikian perlahan lahan kaki beliau terangkat dari lantai mesjid dan tubuh beliau berada diawang awang,setelah imam mengucapkan salam perlahan lahan kaki beliau kembali menjejakkan lantai mesjid,kemudian beliau berkata kepada jamaah jum'ad "saya tadi baru saja shalat diMasjidil Haram Mekkah dan kebetulan tadi ada yang mengadakan selamatan dan saya meminta kepada yang selamatan sedikit barakat (makanan yang dibagikan saat undangan pulang) dan mari kita bersama sama mencicipinya,jangan adayang tidak ikut mencicipinya walaupun sedikit "diceritakan bahwa nasi tersebut masih panas menandakan bahwa perjalanan beliau cuma sekejab saja,sejak kejadian tsb barulah masyarakat tahu bahwa beliau adalah termasuk golongan Wali Allah,sehingga pembayaran denda baik yang berupa uang maupun benda dikembalikan kepada beliau.

Diceritakan sebelum Datu Kalampayan atau Syekh Muhammad Arsyad sampai kekampung muning untuk mengambil sambungan kitab barencong dari Datu Sanggul,Datu Sanggul meminta para muridnya untuk bertahan sejenak karena ada yang mau disampaikan,beliau meminta para muridnya dan masyarakat untuk bergotong ruyung mempersiapkan menyambut kedatangan tamu dari jauh (Datu Kalampayan),kemudian masyarakat bergotong ruyung mempersiapkan segalanya hari itu hari jum'ad beliau berkata kepada istrinya "Duhai adinda tercinta kakanda akan tidur, tolong kakanda jangan diganggu dan jangan pula membuka kelambu"  
Baik kanda tapi kakanda apabila ada yang ingin bertemu dengan kakanda dengan keperluan yang sangat penting apakah dinda boleh membangunkan kakanda "kata istrinya bertanya 
"kalau ada keperluan sangat penting silahkan saja "jawab beliau

Setelah sekian lama beliau masuk kedalam kelambu dan tidak keluar keluar padahal hari itu hari jum'ad,istri beliau memanggil manggil sampai tiga kali,karena waktu sholat jum'ad makin dekat,beliau menjadi bimbang disisi satu suami beliau sudah berwasiat supaya jangan diganggu,disisi lainnya sholat jum'ad adalah kewajiban,akhirnya istrinya memberanikan diri membuka kelambu,namun apa yang terjadi suami yang dicintainya tidak ditemukan didalam kelambu,namun yang terlihat adalah setetes air yang sangat bening dan putih berkilauan diatas kain putih,setelah melihat kejadian tersebut dengan rasa heran bercampur kagum,kelambu itu ditutup kembali oleh istrinya,tak lama setelah itu datanglah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari ,setelah memperkenalkan diri Syekh Muhammad Arsyad lalu mengatakan ingin bertemu dengan Datu Sanggul,dan ternyata setelah kelambu tsb dibuka kembali oleh istri beliau Datu Sanggul sudah kembali kewujud semula tapi dalam keadaan sudah meninggal dunia...Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uun....Syekh Muhammad Arsyad menyerahkan kain putih 5 lembar yang dipesan oleh Datu Sanggul waktu mereka terakhir bertemu dulu,dan ternyata kain putih tsb akan dipakai untuk kain kapan beliau.

Kemudian diberitahukan kepada murid murid beliau dan masyarakat,maka berdatanganlah orang orang untuk menolong dan melaksanakan fardu kifayah hingga selesai dan beliau dimakamkan di kampung muning benua nyiur tatakan Rantau,setelah selesai pemakaman Datu Sanggul kemudian Syekh Muhammad Arsyad menceritakan pertemuan beliau dengan istri Datu Sanggul dan menyampaikan pesan pesan beliau termasuk pesan untuk mengambil sambungan Kitab Barencong,istri Datu Sanggul memakluminya karena sebelum beliau meninggal sudah memberikan wasiat kepada istrinya untuk menyerahkan kitab tsb tapi terlebih dahulu beliau menyampaikan hal tersebut kepada murid murid Datu Sanggul,setelah itu baru kitab tsb di serahkan  kepada Syekh Muhammad Arsyad atau Datu Kalampayan.

Salah satu yang diyakini masyarakat adalah buah karya dari Datu Sanggul adalah syair pantun saraba ampat yang dan dalam bahasa banjar sangat terkenal karena berisi tentang  pelajaran tasawuf adapun bunyi syair tersebut adalah  

Syair Saraba Ampat
Allah jadikan saraba ampat
syariat tharikat hakikat ma'rifat
menjadi satu didalam khalwat
rasa nyamannya tiada tersurat

Huruf ALLAH ampat banyaknya
Alif i'tibar dari pada Zat-NYA
Lam awal dan akhir Sifat dan Asma-NYA
Ha isyarat dari Af'alnya

Jibril Mikail Malaikat mulia
Isyarat  sifat Jalal  dan Jamal
Izrail Israfil rupa pasangannya
I'tibar sifat Qahar dan Kamal

Jabar ail asal katanya
Bahasa Suryani asal mulanya
Kebesaran ALLAh itu artinya
Jalalullah bahasa Arabnya

Nur Muhammad bermula nyata
Asal jadi alam semesta
seumpama api dengan panasnya 
itulah Muhammad dengan Tuhannya

Api dan banyu tanah dan hawa
itulah dia alam dunia
menjadi awak barupa rupa
tulang sungsum daging dan darah  

Manusia lahir ke Alam Insan
di Alam Ajsam ampat bakawan
Si Tubaniyah dan Tambuniyah
Uriyah lawan si Camariyah

Rasa dan akal daya dan nafsu 
didalam raga nyata basatu
AKU meliputi segala liku
Matan hujung rambut sampai kahujung kuku

Tubuh dan hati nyawa rahasia
Satu yang zahir amat nyatanya
Tiga yang batin pasti adanya
Alam shagir itu sabutnya

Mani Manikam M adi dan Madzi
Titis manitis jadi menjadi
Si anak adam balaksa kati
Hanya yang tahu ALLAHU RABBI

Kaampat ampatnya kada tapisah
datang dan bulik kepada ALLAH 
Asalnya awak daripada tanah
Asalpun tanah sudah disarah

Dadalang Simpur barmain wayang 
Wayang asalnya sikulit kijang
Agung dan sarun babun dikancang
kaler bapasang diatas gadang

Wayang artinya sibayang bayang
Antara kadap silawan tarang
semua majaz harus dipandang
Simpur balalakun hanya saorang

Samar Bagung si Nalagaring
Sijambulita suaranya nyaring
Ampat isyarat amatlah penting
Siapa nang handak mancari haning

Mudah mudahan riwayat Datu Sanggul ini bermanfaat bagi saudara saudaraku semua, kalau ada kekurangan Al faqir mohon maaf sebesar besarnya akhirul kalam assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh.

 Sumber :
- Manakib Datu Sanggul
- Kisah Datu Datu Terkenal Kalimantan Selatan

Sejarah Kerajaan Banjar

Posted: Senin, 07 Mei 2012 by Rusman Effendi in
2

Kabupaten Banjar dengan Ibukotanya Martapura mempunyai latar belakang sejarah yang sangat penting sebelum menjadi Kabupaten sekarang, dulunya menjadi pusat pemerintahan Kerajaan banjar.

Kerajaaan Banjar di Kabupaten Banjar di mulai pada tahun 1612, dimasa pemerintahan Sultan Musta’in Billah yang dikenal dengan Pangeran Kecil memindahkan Keraton dari Banjarmasin ke Kayu Tangi atau Telok Selong Martapura, karena keraton di Kuwin dihancurkan Belanda. Daerah pusat kerajaan adalah Karang Intan dan Martapura sebagai pusat pemerintahan dan Keraton Sultan, pada akhir masa pemerintahan Sultan Hidayatullah. Terbentuknya Kerajaan Banjar, Raja yang Memerintah dan Susunan Pemerintah.

Kerajaan Islam yang terletak di bagian Selatan Pulau Kalimantan, disebut Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Hindu yaitu Kerajaan Negara Daha.

Kata Banjarmasin merupakan paduan dari dua kata, Bandar dan Masih, berasal dari nama seorang Perdana Menteri Kerajaan Banjar yang cakap dan berwibawa serta mempunyai pandangan yang jauh ke depan untuk menjadikan Kerajaan Banjar Sebuah Kabupaten Banjar dengan Ibukotanya Martapura mempunyai latar belakang sejarah yang sangat penting sebelum menjadi Kabupaten sekarang, dulunya menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Banjar.

Kerajaan Banjar di Kabupaten banjar dimulai pada tahun 1612, di masa pemerintahan Sultan Mustain Billah yang dikenal dengan Pangeran Kecil memindahkan keraton dari Banjarmasin ke Kayutangi atau Telok Selong dengan pusat pemerintahan di Kuin Banjarmasin.

Raja-raja yang memerintah :
1.      Sultan Suriansyah 
2.      Sultan Rahmatullah
3.      Sultan Hidayatullah
4.      Sultan Musta’inbillah
5.      Sultan Inayatullah
6.      Sultan Sa’idullah
7.      Sultan Tahlilullah
8.      Sultan Tahmidullah
9.      Sultan Tamjidillah
10.  Sultan Tahmidillah
11.  Sultan Sulaiman Rahmatullah
12.  Sultan Adam Al Wasiqubillah 
13.  Sultan Muda Abdurrahman
 
Keraton Bumi Kencana Di Martapura Dan Susunan Pemerintahan 
Pada abad ke-17 kerajaan Banjar terkenal sebagai penghasil lada. Pedagang-pedagang Banjar melakukan aktifitas di Banten sekitar tahun 1959. pada waktu itu 2 (dua) buah jukung (kapal) banjar dirampok oleh kompeni.

Disamping itu Belanda berusaha melakukan hubungan dagang dengan kerajaan Banjar, dengan mengirimkan utusan pada tahun 1607, tidak mendapat sambutan dengan baik. Terjadi petentangan yang mengakibatkan terbunuhnya seluruh utusan Belanda tersebut. 

Pada tahu 1612 Belanda mengadakan pembalasan dengan menyerbu, menembak dan membakar Keraton Banjar di Kuin Banjarmasin. Pada waktu itu Kerajaan Banjar diperintah oleh Raja yang ke-4, yaitu Sultan Musata’in Billah dengan gelar Marhum Panembahan (1959-1620). Beliau akhirnya memindahkan pusat pemerintahan dari Kuin ke Martapura. Perpindahan ini tidak dilakukan langsung ke Martapura tapi secara berangsur-angsur dari Kuin ke Muara Tambangan, Batang Banyu, Kayu Tangi sampai Martapura.

Di Martapura pemerintahan berlanjut sampai Pemerintahan Sultan Inayatullah dan Sultan Sa’idullah (Ratu Anum). Sultan Sa’idullah seorang yang beribadat dan ingin berkonsentrasi di bidang agama.

Pemerintahan kemudian diserahkan kepada saudaranya dari ibu orang Jawa bernama Adipati Halid (Pangeran Ratu = Pangeran Tapesana), karena anak Sultan Sa’idullah bernama Amirullah Bagus Kesuma belum dewasa.

Pada waktu itulah terjadi pemberontakan oleh salah seorang saudara Adipati Halid dati ibu orang Biaju bernama Adipati Anum (Pangeran Surianata). Pemberontakan diakhiri dengan kesepakatan Adipati Halid tetap bertahta di Martapura dan Adipati Anum di Banjarmasin. Tahun 1666 Adipati Halid meninggal, Amirullah Bagus Kesuma naik tahta dan terjadi revolusi istana melawan pamannya pangeran Surianata di Banjarmasin.

Pangeran Suriantan mati terbunuh dalam perjalanan dari ibukota kembali ke Keraton Bumi Kencana Martapura. Hal ini berlanjut sampai pemerintahan Sultan Hamidullah, Sultan Tamjid, Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah, Sultan Nata Dilaga, Sultan Sulaiman, dan Sultan Adam.

Pada waktu Pemerintahan Sultan Adam (1825-1857) beliau menempati istana di Sungai Mesa (Banjarmasin) dengan permaisuri yang bernama Nyai Ratu Komala Sari. Di saat beliau sakit dibawa ke Martapura dan meninggal di sana.

Pada waktu pemerintahan Sultan Tamjid (dinobatkan di Bumi Kencana) beliau berkedudukan di Sungai Mesa banjarmasin sampai turun tahta pada tanggal 25 Juni 1859.

Susunan Pemerintahan
Susunan pemerintahan Kerajaan Banjar yang disebutkan terdahulu mengalami perubahan khususnya pada masa pemerintahan Sultan Adam Alwasiqubillah. Perubahan tersebut meliputi :
1.      Radja :
2.      Sultan – Panembahan
3.      Mangkubumi :
Anggota di bawah mangkubumi adalah :
Panganan-Pangiwa-Manteri Bumi dan 40 orang Manteri Sikap
4.      Mufti :
Hakim tertinggi, pengawas pengadilan umum
5.      Qadi :
Kepala urusan hukum agama Islam
6.      Penghulu :
Hakim rendah
7.      Lurah :
Langsung sebagai pembantu lalawangan dan mengamati pekerjaan beberapa orang, pembakal (kepala kampung) di bantu oleh Khalifah, Bilal dan Kaum.
8.      Pembakal :
Kepala kampung yang menguasai beberapa anak kampong
9.      Mantri :
Pangkat kehormatan untuk orang-orang terkemuka dan berjasa, diantaranya ada yang menjadi kepala desa dalam wilayah yang sama dengan lalawangan.
10.  Tatuha Kampung :
Orang yang terkemuka di kampong
11.  Panakawanan :
Segala macam pajak dan kewajiban
12.  Sarawasa, Sarabuana, SaraBadja :
Kuasa di seluruh Pedalaman (Keraton)
13.  Mandung dan Pasa Juda :
Kepala Balai Rongsari dan Bangsal
14.  Mamagar Sari :
Penggapit Raja duduk di Sitilohor.
15.  Pariwala, dan Singataka :
Kuasa dalam urusan dan pakan (pasar)
16.  Sarageni dan Saradip :
Kuasa dalam urusan alat senjata
17.  Puspa Wana :
Kuasa dalam urusan tanaman, perhutanan, perikanan, peternakan, dan berburu.
18.  Karang Adji dan Nanang :
Ketua Balai Petani mendapat kehormatan sejajar dengan Raja sebagai pahlawan turunan bangsawan.
19.  Warga Sari :
Pengurus besar tentang persediaan bahan makanan.
20.  Anggamarta :
Juru Bandar (urusan pelabuhan)
21.  Astaprana :
Juru Tabuhan-tabuhan kesenian dan kesusasteraan.
22.  Kaum Mangumbara :
Kepala Pengurus Upacara
23.  Wiramarta :
Manteri Dagang
24.  Budjangga :
Kepala dalam urusan bangunan-bangunan rumah dan Agama.
25.  Singabana :
Kepala Ketentraman Umum 

Kerajaan Banjar sebagai Kerajaan Islam keberadaannya mempunyai 2 (dua) pusat pemerintahan yaitu Kuin di Banjarmasin dan Bumi Kencana Martapura. Pada waktu pusat pemerintahan di Martapura kerajaan bercorak Kerajaan Islam ini sangat berkembang pesat. Di Martapura (Lok Gabang) tempat lahir seorang ulama besar Syech Muhammad Arsyad Al Banjari (1710-1812) yang lebih dikenal dengan sebutan datu Kalampaian. Beliau mengarang sebuah bermacam-macam kitab sebagai penuntun umat. Kitab yang sangat terkenal adalah Sabilal Muhtadin dicetak di Mekkah, Istambul, dan Qairo. Tersebar ke wilayah Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand, Brunei, Kampuchea, Vietnam, dan Laos.

Beliau lahir pada masa pemerintahan Sultan Hamidullah (1700-1734) disekolahkan dan dibiayai oleh Sultan Tamjidillah (1734-1759) ke Mekkah selama 30 tahun, kemudian kembali ke kerajaan pada waktu pemerintahan Sultan Nata Dilaga atau Sultan Tahmidillah (1801-1825).

Pada waktu pemerintahan Sultan Adam Alwasiqubillah telah dibuat untuk pertama kalinya ketetapan hukum tertulis dalam menerapkan hukum Islam di Kerajaan Banjar yang dikenal dengan Undang-Undang Sultan Adam.

Dari beberapa sumber disebutkan ada beberapa tempat yang menjadi kedudukan raja setelah pindah ke Martapura seperti : Kayu Tangi, Karang Intan dan Sungai Mesa. Tetapi dalam beberapa perjanjian antara Sultan Banjar dan Belanda, penanda tanganan di Bumi Kencana. Begitu juga dalam surat menyurat di tujukan kepada Sultan di Bumi Kencana Martapura.

Jadi Bumi Keraton Kencana Martapura adalah pusat pemerintahan untuk melakukan aktivitas kerajaan secara formal sampai dihapuskannya kerajaan banjar oleh Belanda pada tanggal 11 Juni 1860. Status kerajaan banjar setelah dihapuskan masuk ke dalam Keresidenan Afdeling dan Timur Borneo. Wilayah di bagi dalam 4 afdeling, salah satunya adalah afedling Martapura yang terbagi dalam 5 Distrik, yaitu Distrik Martapura, Riam Kanan, Riam Kiwa, Banua Ampat dan Margasari. Selanjutnya terjadi perubahan dalam keorganisasian pemerintahan Hindia Belanda. Dibawah Afdelingterdapat Onderafdeling dan distrik.

Afdeling Martapura terdiri 3 onderafdeling, salah satunya adalah onderafdeling Martapura dengan distrik Martapura. Perubahan selanjutnya Martapura menjadi onderafdeling di bawah afdeling Banjarmasin. Afdeling dipimpin oleh Controleur dan Kepala Distrik seorang Bumi Putera dengan Pangkat Kiai.

Setelah kedaulatan diserahkan oleh pemerintah Belanda kepada Republik Indonesia tanggal 27 Desember 1949, ditetapkan daerah Otonomi Kabupaten Banjarmasin. Daerah otonom Kabupaten Banjarmasin meliputi 4 Kewedanaan.

DPRDS pada tanggal 27 Pebruari 1952, mengusulkan perubahan nama Kabupaten Banjarmasin menjadi Kabupaten Banjar yang disetujui dengan Undang-Undang Darurat 1953, kemudian dikukuhkan dengan Undang-Undang No.27 Tahun 1959.

Pada tanggal 24 Juli 2010, Kesultanan Banjar mulai dihidupkan lagi dengan mengangkat istilah "Ma'angkat Batang Tarandam." Persiapan-persiapan mulai diadakan mulai Pembentukan Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar. Dalam Persiapan ini dibuatlah atribut-atribut Kesultanan Mulai dari  Logo Kesultanan, Bendera sampai Lencana Sultan. Acara Pembentukan Lembaga Adat ini di selenggarakan di Hotel Arum Banjarmasin dan disitu di putuskan seseorang menjadi Raja Muda Banjar.

Pada tanggal 12 Desember 2010, diadakan Penobatan Raja Muda Banjar dan pemberian Anugerah Gelar Pangeran kepada orang-orang tertentu.

Baca juga Legenda Pembuat Logo Kesultanan Banjar